"Udah, gak usah dipikirin ah. Paling juga Seokmin cuma ceplas ceplos aja..."
Wonwoo masih menggerutu ketika Mingyu membawanya untuk ke komplek pemakaman dimana Jeonghan beristirahat. Sepanjang jalan, tidak habis Wonwoo mempertanyakan mengapa saudara kembarnya itu punya mulut yang begitu entengnya untuk mengeluarkan kata-kata sindiran ke orang lain. Dan dia juga masih heran mengapa Joshua justru jatuh hati pada Si Kembar.
"Ya apalagi ceplas ceplos, Mas. Gak seharusnya Seokmin kayak gitu. Gak habis pikir aku tuh dia bisa kayak gitu. Kasihan Leechan sama dia di jutekin terus."
Pria itu menghela napas sambil melepas sabuk pengamannya saat mobil Mingyu sampai di pelataran parkir. Komplek saat itu tidak terlalu ramai. Mingyu memutuskan untuk parkir di bawah pohon rindang agar saat pulang nanti mobilnya tidak panas.
"Masih mau ngambek atau gimana nih? Kalo masih mau ngambek aku tungguin nih.."
Mingyu melepas sabuk pengamannya dan menatap Wonwoo seraya meminta jawaban. Wonwoo sedikit merasa keluhannya belum ditanggapi dengan benar oleh Mingyu. Namun dia mengerti, mungkin karena terlalu banyak pikiran Mingyu yang dibawa kesini. Akhirnya dia hanya menggeleng, kemudian mengecup bibir Mingyu.
"Ngga. Udah yuk kita keluar. Nanti keburu panas.."
Mingyu mengelus kepala Wonwoo dengan sayang, memakai kaca mata hitamnya dan mengambilkan satu ikat bunga matahari yang berisikan beberapa tangkai dari kursi belakang sebelum kemudian mengikuti Wonwoo turun. Wonwoo sudah di depannya beberapa langkah dengan tangan terjulur minta di gandeng. Keduanya sedikit mendaki tangga untuk menuju ke tempat Jeonghan yang memang berada agak di atas bukit pemakaman itu. Bisa dibilang paling puncak. Yang tidak sulit, hanya sekitar tiga menit mendaki, makam putih itu sudah terlihat dari kejauhan.
Wonwoo bisa merasakan genggaman tangan Mingyu menjadi agak erat sesaat sebelum mereka bisa benar-benar melihat makam Jeonghan. Dia tau prianya itu sedang mencoba menahan kesedihannya. Genggaman tangan Wonwoo terlepas saat Mingyu akhirnya tiba di depan makam dibawah pohon rindang.
Wonwoo membiarkan Mingyu mendekat ke bagian atas sementara dia duduk di bawah pohon, tepat di bagian kakinya. Sementara Mingyu menaruh bunga yang tadi dia bawa di atas gunungan landai itu dengan wajah yang suram. Walaupun matanya tertutup kacamata hitam, Wonwoo tau bahwa Mingyu akan bisa menangis kapanpun.
"Han..." panggil Mingyu, dengan suara seraknya.
Helaan demi helaan dinikmati Mingyu sebelum dia kembali pada kata-katanya.
"Gw dateng sama Wonwoo nih.. Mau ngasih tau kalo Sabtu nanti kita mau nikah..."
Wonwoo tersenyum, kemudian bangkit dari duduknya, menghampiri Mingyu dan duduk di belakangnya sambil mengelus punggung lebar Mingyu, menguatkan.
"Hai kak... lama gak ketemu ya kak.." ujar Wonwoo basa basi dengan nada seriang yang dia bisa, karena hidung Mingyu sudah mulai berair, tanda dia menangis.
"Kak, Mas Mingyu ngelamar gue. Paaaas banget waktu gue abis sembuh. Terus.. ya sekarang gue sama Mas Mingyu mau nikah nih, kak.." Mingyu tersenyum, Wonwoo kemudian melanjutkan.
"Kalo lo masih ada, gue kayaknya bisa ya kak, nanya soal sifat-sifat tersembunyinya Mas Mingyu yang dulu-dulu dikeluarin cuma sama lo? Hehehe.."
Pria itu membuka kacamata hitamnya, kemudian menyikut Wonwoo dengan bercanda dan menghapus air matanya yang menggenang. Kemudian, dengan mengalir begitu saja, Mingyu dan Wonwoo saling bercerita tentang kehidupan percintaan mereka dan sekitarnya, kepada Jeonghan seolah dia masih ada bersama mereka. Soal bagaimana Jihoon dan Sunyoung selalu makan siang bersama setiap hari di kantin, soal Wonwoo dan Jun yang kerja di kantor yang sama lagi, kepunyaan Minghao. Kemudian soal Joshua yang sudah bahagia dengan Seokmin dan akan segera menikah setelah Mingyu dan Wonwoo. Juga soal Seungcheol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minwon FWB 2.0 ; Abditory
FanficSequel of Minwon FWB ; A Guide for The Lost by @tetehcarat on twitter