Khawatir.

532 26 2
                                    

"Anu bos, kite-kite mau cuma mau ngerusuh di rumah bos aja." jawab Exal nyengir tanpa dosa.

"Pergi." usir Antras pada mereka berempat.

"Bos, kita mau bahas Geng kita." kata Erkan berdiri. "Tapi masih bisa di bahas ntar malem. Lagian lo mau kerja." lanjutnya berjalan menuju pintu.

"Uncle pamit pulang Inras." pamit Erkan dadah pada Inras. "Istri Bos, pamit." pamit Erkan lagi pada Intan dengan sopan.

"Lah cuma duduk doang nih di sini?" tanya Kornelius ikut berjalan ke arah pintu.

"Kak, mereka kan bertamu kok di gituin?" tanya Intan kesal.

"Aku mau kerja. Dan aku ga mau mereka ada di rumah ini apalagi ada kamu dan Inras di rumah ini." jawab Antras mengelus rambut panjang Intan.

"Kite mah udah biasa Istri Bos di gituin sama, Bos." kata Exal menyerahkan Inras pada Antras lagi.

"Uncle, pamit ya baby." kata Exal pada Inras. Namun di tendang tulang keringnya oleh Antras.

"Jangan panggil anak gue baby! Gue bunuh lo!" peringat Antras.

"Ampun bos. Ga lagi!" teriak Exal berlari keluar rumah.

"Ya udah gue juga pulang deh kalau gitu. Pulang dulu Istri Bos dan dadah Inras." pamit Aser berlalu ke arah pintu.

"Iya hati-hati di jalan." kata Intan membalas pamiran mereka semua.

Antras yang mendengar semua itu merasa marah. Maksudnya cemburu. Hatinya panas membara.

"Ayah. Angkel tadhi teman aya ya?" tanya Inras menatap Antras berkedip.

"Bukan." jawab Antras singkat. Intan yang mendengar hal itu menatap Antras tak percaya.

"Kak, kalau bicara sama Inras jangan gitu." kata Intan, ia memang sudah mengajari Inras berbicara hal baik sejak dini. Agar suatu saat nanti menjadi pribadi yang baik.

"Maaf. Ya udah aku berangkat dulu." pamit Antras menyerahkan Inras kepada Intan.

•☆•

Hari sudah malam. Bahkan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Terlihat seorang wanita gelisah di depan rumah. Menanti suaminya yang tak kunjung pulang. Sudah ditelfon tapi tak di angkat.

Sedangkan disisi lain. Antras sedang kumpul di markas bersama-sama teman-teman se gengnya.

Antras menaikkan sebelah alisnya sebagai pertanda bahwa ia bertanya 'apa?'.

"Kita mau bahasa soal nama geng kita bos. Gue udah minta saran dari teman-teman lain. Setuju apa enggak namanya geng kita di ganti. Di ganti jadi Fire Devil's. Mereka udah pada setuju. Itupun kalau bos setuju baru bisa kita ganti." jawab Exal mewakili yang lain. Apalagi ia adalah wakil ketua.

"Makna?" tanya Antras menatap teman-temannya.

"Artinya kan Iblis Api. Ya gue tau kita ga kayak iblis. Tapi itu kesannya lebih keren. Gue juga tau kita ga akan cari masalah. Kita juga ga akan memulai peperangan. Di geng kita juga nggak pernah terjadi perkelahian. Dari pada Fire Angel's menurut kite-kite lebih kerenan Fire Devil's. Hehehe." jawab Kornelius.

Hanya Aku Yang Tahu. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang