part 2

12 1 0
                                    

Akhir Kekalahanku

Apakah ini penantian yang tak berujung, ataukah ini keegoisan sesaat, atau mungkin the real Love itu berarti berani mencintai dan berani melepaskan......

Sampai saat ini Aku masih bertahan, entah ini hanya Aku atau Aku dan Dia, namun yang pasti kami masih bersama hanya saja di frekuensi yang berbeda,. itu menurutKu.

Aku ingin bertanya tapi takut bertanya, aku takut kehilangan, tapi memendam rasa ini tak kalah sakit dengan penantian ini. Seakan berjalan di atas balok es, dingin yang tiada akhir namun terus mencoba berdiri di atasnya karena Dia masih terus memegang tanganku menyebarangi dinginnya pijakanku.

Aku masih mencintainya, apakah rasa yang sama masih terpaut di hatinya?

Pertanyaan itu selalu dan selalu mengganggu pikiranku saat aku menatapnya lekat saat dia tak menyadari tatapanku yang selalu menimbulkan tanda tanya (?), apakah dia masih kekasihku yang dulu, yang memiliki detakan yang sama saat bersamaku, atau detakan itu perlahan hilang di gantikan oleh pengabdian anak kepada orangtuanya. Apakah ini keegoisanku semata yang selalu ingin bersamanya?

Aku tidak tau sampai kapan ini berlanjut, tapi seakan ini sudah tak sehat lagi, hubungan ini seakan sudah tak memiliki makna, ahhh sesak... dadaku sesak.

"Ka..ka Rafa!!" Febi memanggil sambil mengguncang tangan Rafa.

Sontak Rafa terkejut "ya?"

"Kakak kenapa sih? Dari tadi aku panggil loh, kakak sakit? Lagi mikir apa sih? Berat banget kayaknya. Kerjaannya ada masalah?"

"Hah.., sory Bi, iya kerjaan. Aku pusing banget" melebarkan senyumannya.

"Kamu udah kelar ya?"

"Iya, soalnya kakak Aku telpon gak di angkat, jadinya aku samperin deh" Febi masih berdiri menatap Rafa yang terlihat kebingungan.

"Maaf ya Bi, aku beberes dulu baru kita balik" merapikan mejanya lalu mengambil handphonenya yang tergeletak di sudut meja melihat missed call dari Febi Dua kali.

"Maaf ya" mengusap kepala Febi lembut dan meraih tangnnya ke parkiran kantor.

Febi memeluk Rafa sepanjang jalan, sesekali Rafa memegang tangan Febi yang melingkar di perutnya.

"Jadi kamu mau makan apa Bi?"

"Hmmm... Makan apa ya? Kakak mau makan apa?"

"Hahahaha..... Aku sih ngikut kamu aja" timpal Rafa

Kenapa harus terus mencoba kalau sebenarnya tau akan gagal lagi.

Yahh, manusia bisa hidup karena masih punya harapan, sekalipun tau akan gagal tapi masih terus mencoba berharap kegagalan berhenti karena ada harapan yang terus berusaha menggapai keinginannya untuk bahagia.

Rafa masih terus dan terus, berulang dan berulang mempercayai harapannya untuk bersama kekasih hatinya saat ini.

Apa aku akan terus seperti ini atau aku yang pada akhirnya akan menyerah dan pergi meninggalkan harapan yang sudah lama ku bangun sendiri?

"Ka, dari tadi ngelamun terus. dari kantor, di motor juga gak banyak bicara, sekarangpun masih bengong. Apa seberat itu target baru kakak?" Febi menyelidik.

Rafa tersenyum ke arah Febi, menggenggam tangannya dan menciumnya lembut.

"Maaf ya, aku harusnya gak begitu saat bersama kamu"

"Gak apa-apa, maksud aku kalau kakak ada masalah bisa cerita siapa tau aku bisa bantu kan?"

"Hmmm,, kamu bener, harusnya aku cerita ke kamu tapi e'nek ngomongin kerjaan kalau kita lagi sama-sama gini hehehe" sambil melemparkan senyum bodohnya. Senyum yang harus dia pertahankan sama seperti perasaan bimbangnya yang hanya harus dia pendam sendiri sampai saatnya nanti semua harus di bicarakan.

_My Lost Love_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang