22. || Inara

6 5 0
                                    

"Dian Inara agesti, Dengan IPK tertinggi ketiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dian Inara agesti, Dengan IPK tertinggi ketiga.."

Setelah namanya dikumandangkan sehingga bergema di penjuru hall, Inara menarik nafas dalam dalam, memejamkan mata sejenak untuk sebisa mungkin mengingat bagaimana hari ini. Bagaimana perjuangannya 4 tahun terkahir untuk mencapai gelar ini, semuanyaㅡ ia kumpulkan segala ingatannya pada hari paling menakjubkan hari ini.

Kaki dengan heels rendah itu perlahan dilangkahkan ke podium utama, sorakan serta tepuk tangan menggema ke segala penjuru hadirin yang hadir di aula wisuda ini. Dari jarak beberapa meter berjajar para dosen terbaik tersenyum penuh menyambut akan mahasiswinya dengan nilai terbaik ketiga ini.

Jangan menangis, Inara berjalan penuh percaya diri- menyembunyikan kegugupan yang luar biasa ingin menyeruak, ia tersenyum penuh haru saat seorang dosen besar memegang topi toga ya.

"Selamat Dian" kata beliau setelah bersalaman dan berbalik badan, menunjukan ijazahnya tinggi tinggi seolah mengatakan 'aku lulus! Akhirnya!' kepada semua audiens, terutama jajaran belakang yang mengangkat dua buket bunga tinggi tinggi.

Papah, mamah, Dhika dan ... Bimo.

Dengan satu buah kamera yang merekam bagaimana perempuan kebangganya itu menerima gelar sarjananya diatas podium, Dhika hanya bisa tersenyum samar sambil berusaha fokus pada hari ini, acara ini dan setelah ini.

Perempuan di podium itu kemudian menunduk memberi salam, lalu berlalu dari atas podium dan kembali ke tempat duduknya. Dhika duduk meletakan kameranya dibiarkan terkalung di leher, sementara tanganya sibuk membaca sebuah email yang baru saja masuk di ponsel saudara perempuanya.

"Astaga, aku ngga tau kalo kak Inara secepet ini" gumamnya dalam hati, menyayangkan apa yang baru saja dilakukan perempuan itu tadi malam tentunya. Gerutunya tatkala melihat laman sebuah website penjual tiket konser kondang di Jakarta, yang menjual tiket konser sebuah grup yang tentunya menggemparkan bagi Dhika dan Nara sendiri. Wayv

"Tunggu, 3 orang?! Dia beli buat temen temennya atau.. kita?" Digulirnya email itu, membacanya diantara riuh ricuh orang orang dengan euforia wisuda.
Waktunya tinggal satu bulan lagi, disana tertera jelas waktu seperti itu, tempat duduk juga tempat dilaksanakannya acara.

"Aishh" gerutunya kepada diri sendiri dan email itu, yang secara tak sadar diperhatikan Bimo disebelahnya menatap heran.

"Kenapa HMm?" Tanyanya, menarik bahu Dhika agar ia dapat melihat juga. "Hah? Ngga ini... Banyak.. apa namanya..."

"Ouh, so.. gua keluar dulu ya" pamitnya membiarkan Dhika mengusap wajah dan tengkuknya bergantian, semoga Bimo ga liat.
Ditatapnya sahabatnya itu melangkah keluar dari hall utama membawa buket bunga dan paper bag berisi perhiasan cincin khusus Inara hari ini.

"Liat ga liat, tau ga tau, Lo harus lakuin itu hari ini Bim. Dia ga bisa apa apa kalo Lo udah maju hari ini" gumamnya sekali lagi.

Dhika sebenarnya sudah khawatir tentang hal ini semenjak 2 Minggu yang lalu, berkali kali juga Dhika membujuk saudaranya itu untuk memintanya membelikan barang apapun asalkan lupa atau tidak dengan yang satu itu. Ia pikir, setidaknya.

5 Juni || Ten ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang