part 22

2.7K 269 33
                                    

Zeno yakin kalau Kana lagi becanda sama pesan singkatnya. Dan dia yakin kalau anak itu cuman main - main aja. Tapi apa Zeno masih kurang yakin kalau sekarang Kana malah lebih deket sama Sean di banding dia?

"FUCK-!!" pekik Zeno yang sudah teramat kesal, emosi nya sudah memuncak dari tadi. Dan sekarang dia akan menunggu dan meminta penjelasan dari Arkana Abinaya.

Bisa aja Zeno menghubungi Kana dulu dan nanyain dia lagi dimana, cuman sial. Kana malah memblokir semua akun sosial nya. Jadi Zeno harus menunggu kepulangan anak itu.

Membayangkan ketika Sean menggendong nya saja sudah membuat Zeno hampir frustasi. Apalagi menerima fakta bahwa Kana memutuskan nya. Dia sadar diri kalau dia sendiri yang menciptakan jarak antara dia dengan Kana.

Tapi bukan ini ending yang Zeno mau.

Perihal ucapan nya yang ingin keluar dari semua nya itu memang benar. Secepat ini? Gila-! Zeno belum terbiasa.

Sekarang sudah hampir jam sepuluh malam, dan rumah Arkana baru saja menunjukan tanda - tanda kehidupan. Lampu kamar itu menyala, Zeno hendak melompat ke balkon kamar Arkana tapi sebelum itu Kana malah sudah menutup tirai jendela nya.

Zeno mendengus. Apa barusan? Bertindak seorang diri. Ia memutuskan untuk melompat ke balkon Arkana dan mengetuk pintu jendela itu beberapa kali.

Arkana yang di dalam merasa ketakutan, beberapa menit dia memikirkan untuk membuka atau tidak pintu balkon nya. Tapi tetap saja, yang nama nya masih punya perasaan mana tega liat orang di cintai di anggurin gitu aja. Ya kan?

Membuka pintu itu dengan raut wajah datar nya, mempersilahkan Zeno masuk begitu saja. "Jangan bikin keributan disini. Gw lagi nggak ada mood buat itu Zen" peringat Kana.

"Hem" Zeno masih memerhatikan gelagat Kana yang sedikit tak nyaman dengan kehadiran nya. Kemudian dia menarik tangan Kana secara kasar dan menyudutkan nya ke tembok. "Bilang sama gw, bukan lo kan yang ngirim pesan itu?" obsidian hitam nya terlihat sangat mendominasi.

Kana memberontak ketika Zeno semakin mempersempit jarak di antara mereka. "Gw gak punya waktu buat itu" pekik Kana, toh Zeno juga melakukan itu beberapa jam lalu.

"Oh? Terus lo punya waktunya cuman buat Sean? Udah puas lo di jamah sama dia? Udah rela hm?"

"Zen?!" bola matanya melebar, dia berhenti memberontak dan menatap Zeno lekat. "Omongan lo barusan bikin gw benci sama lo"

"Berarti bener?" Zeno terkekeh pelan. "Lo murahan ya Na? Pantes aja dengan gampang nya lo nyerahin harga diri lo ke gw" Zeno masih menunjukan senyum remeh nya.

Air mata merembes dari pelupuk matanya, Kana menggeleng kuat. Menggigit bibir nya yang kehabisan kata-kata mendengar pikiran Zeno tentang nya. "Ini rumah gw, kalau lo udah nggak ada urusan sama gw lebih baik lo keluar" tukas Kana sambil mendorong tubuh Zeno untuk menjauh.

"Gak" pungkasnya sambil menarik tangan Kana dan membanting tubuh itu ke kasur. Mengukung tubuh Arkana dan mencengkram tangan nya agar tidak memberontak.

"ZENO-!! BERHENTI-!!" pekik Kana tidak terima ketika leher nya malah menjadi tempat bercumbu bagi Zeno. Zeno menulikan telinga nya dan mengecup leher jenjang Arkana.

"ZENO GW GAK SUKA-!!"

"Hm?" Zeno menghentikan aktivitas nya dan menatap lekat ke arah Arkana yang berada di bawah kukungan nya.

Tangis Arkana pecah, dan itu sama sekali tidak membuat Zeno khawatir atau peduli. Menurutnya Kana pantas mendapatkan itu. Mencengkram kuat dagu Kana untuk mendongak ke arah nya. "Liat gw"

"Gak-!"

"Liat gw lacur-!!" sarkas Zeno sambil sedikit menekankan kuku nya ke pipi Arkana. Kana menangis histeris. Dia bukan orang seperti itu, lebih sakit lagi kalau Zeno yang mengatakan itu padanya. Zeno tersenyum melihat manik rusa memerah itu menatap obsidian kelam nya. "Pintar"

[ ✔ ] Arzeno ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang