Gretta begitu antusias saat Arsen membawanya ke suatu tempat menghadap bangunan bangunan tinggi, dengan lampu lampu orange menghiasi.
Tidak jauh beda dengan seorang Arsen, pemuda itu tersenyum sumringah memperhatikan Gretta "apa kau menyukai suasana malam seperti ini, Gretta?" gadis itu tidak menoleh ke arah Arsen yang berdiri tepat di sampingnya "sangat, tuan. Saya merasa sangat damai" jawab Gretta singkat.
"saya sudah menceritakan tentang saya. Apa kau tak mau menceritakan tentang dirimu kepada saya?"
Gretta mengangguk secara spontan gadis itu menarik lengan Arsen menuju ke gazebo yang tersedia.
"apa yang ingin anda ketahui, tuan?"
Pertanyaan Gretta membuat Arsen tertawa, "umm, keluarga?""baiklah, saya tidak mengingat begitu jelas apa yang terjadi. Saat itu saya masih berumur 5 tahun, saya di titip di suatu tempat yang sangat ramai anak anak disana, semua orang memperlakukan dengan baik siapapun yang mereka temui. Saat itu samar samar saya mengingat, orang tua saya seperti menandatangani selemar kertas, setelahnya saya tak pernah melihat orang tua saya"
"saya banyak belajar dari tempat itu, tuan. Seprti memasak, menyapu, menyuci pakaian, dan pekerjaan orang dewasa. Anak anak disana hanya 5% yang bersekolah tuan. Dan saya berada di 95% lainnya, yang menghabiskan waktu untuk bekerja. Walaupun kami tidak bersekolah, kami tetap di didik layaknya anak murid" Arsen masih menyimak apa yang di ceritakan oleh Gretta, melihat gadis itu mengoceh membuat Arsen merasa seperti ada ribuan kupu kupu terbang di perutnya
"saat usia saya 17 tahun, saya sudah bisa keluar dari tempat itu dan hidup mandiri, saya tak ingat sama sekali dimana rumah saya, itu membuat saya harus mencari pekerjaan yang menyediakan ruang istirahat sekaligus"
"Lalu, apa hang terjadi dengan orang tua mu?" tanya Arsen.
"entahlah tuan, saya juga tidak tahu. Tapi dari banyaknya mulut yang saya dengar pembicaraannya, sangat minoritas ada anak panti yang di ambil alih lagi oleh keluarganya, semakin saya dewasa, saya semakin paham. Pasti ada alasan tersendiri mengapa saya di titipkan atau di buang lebih tepatnya, di tempat yang seperti itu" Gretta tersenyum kecut saat mengingat kembali masa masa dimana dirinya hidup di lingkungan Panti Asuhan.
"saya pikir, saya adalah orang paling hancur didunia ini. Ternyata saya tidak sendiri" ucapan Arsen barusan di sambut tawa renyah dari Gretta, gadis itu juga merasakan hal yang sama, dia tidak sendiri.
Arsen melihat pergelangan tangannya yang dilingkari arloji. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.38 sudah waktunya untuk mereka pulang.
Di perjalanan pulang, Arsen meminta Gretta untuk tetap melanjutkan ceritanya, Arsen benar benar pemuda yang baik.
"oh ya, tuan. Tadi saat saya memilih parfume bersama Sera, Sera memberi tahu saya jika tuan tidak menyukai aroma teh hijau" Gretta kembali bersuara saat hening menyelimuti beberapa menit yang lalu
"iya, saya benci teh hijau" Arsen menjawab dengan sedikit tersenyum "aroma nya membuat kepala saya pusing, entah sejak kapan saya rasakan itu, tapi yang jelas saya benar benar tidak suka" Gretta tertawa saat melihat ekspresi wajah Arsen yang mengecut, dan beberapa kali pemuda itu mual
"apa kau menyukai aroma teh hijau?" tanya Arsen
Gretta mengangguk "tentu, saya sangat suka aroma teh hijau" Arsen melirik Gretta tanpa menggerakkan kepalanya menghadap gadis itu "kenapa?" katanya dengan nada rendah.
"entahlah, saya hanya suka dengan aromanya"
Arsen hanya menanggapi dengan tawa singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Dengan Rahasia
Jugendliteratur"Untuk mu... Seseorang yang saya cintai, tak bosan bosan saya ucapkan cinta untuk mu. Membawa berjuta juta warna didalam kehidupan saya. Terima kasih telah hadir. Katakan pada tuhan, jika kau terlahir kembali, sudi lah menjadi milik saya, dan tingga...