Bab 40 (Love Bleeding)

174 32 13
                                    

"Diperkosa kok pacaran bertahun-tahun?"

"Diperkosa keenakan tuh"

"Alah emang lagi cosplay aja waktu itu"

"Pemerkosanya seganteng dan sekaya itu lho hehehe ups"

"Ngapain sih drama? Kalau murahan , ya murahan aja"

"Ngakak sih, ngaku diperkosa JA terus ganti pacaran ke TS,lebih berduit, sae Gendhis!"

"YA DEH SI YANG PALING JADI KORBAN, SENENG SEKARANG ANCURIN KARIR J.A ... ANJING!"

"ribet amat pakai acara lapor, bertahun-tahun perasaan diem aja, abis videonya kesebar ngakunya diperkosa, dasar munafik!"

Jehan membaca semua komentar itu dari layar iPad nya. Perasaannya gamang. Luka-luka amukan ayahnya masih terasa sakit dan perih, meski tak sesakit hatinya.

Bertahun silam dia memang memperkosa Gendhis. Dia gadis SMA baik-baik dan suci. Gadis itu mencintainya tanpa berat hati. Sulit rasanya menanggung risiko Gendhis akan berpaling darinya sementara mereka berhubungan jarak jauh. Ego dalam dirinya berkecamuk, hasrat ingin menguasai kian membuncah. Gendhis sungguh memberontak, menangis, bahkan meminta ampun untuk hal yang sama sekali bukan salahnya. Dia masih memakai seragam sekolah dengan potongan yang sopan , ketika Jehan paksa untuk bertelanjang. Dia baru saja selesai les matematika dan belum makan siang ketika diseretnya menuju kamar.

Dia sungguh mungil, tidak berdaya dan tidak ada yang melindunginya , ketika terkungkung nafsu bangsat Jehan.

Jehan menutup kedua telinganya mengenang semuanya, seolah raungan Gendhis masih terngiang di telinganya hingga kapan pun.

Setelah semuanya tuntas , dengan bajingan Jehan sempat tersenyum puas dan memperlihatkan hasil rekaman kejadian itu kepada Gendhis yang bahkan tidak mampu menggerakkan tubuhnya.

Gendhis kehilangan harga diri , kehilangan rasa percaya pada dirinya, dan kehilangan Jehan saat itu juga. Gendhis hanya mampu tersengal-sengal ketika Jehan memaksanya lagi dan lagi tanpa ampun.

Gendhis jadi budaknya setelah itu. Jehan punya jaminan kuat untuk tetap menahannya. Sejak saat itu Jehan adalah kebutuhan Gendhis.

Yang tidak Gendhis tahu, Jehan tidak pernah berniat membagi rekaman itu ke siapa pun kecuali hanya untuk menakuti Gendhis.

Jehan tidak bohong waktu bilang mencintainya.

Jehan masih terus menonton video itu ketika hatinya kalut. Dia merasakan egonya kembali, dia merasa superior , dan dia merasa gagah hingga tidak ada yang mampu mengalahkannya setiap kali melihat rekaman itu.

Sakit, Jehan sesakit itu.

Jehan berdiri dari duduknya, dia melangkah keluar kamar tanpa keraguan. Menuruni tangga dan melihat ayahnya yang menatapnya prihatin dan ibunya yang tidak berhenti menangis.

Kedua tangannya menggenggam dan diarahkan ke salah satu orang yang menjemputnya.

"Saya bersalah, saya akan mengakui semua , dan bertanggung jawab" Katanya tanpa getaran.

Tak lama terdengar suara histeris Nyonya Adhilaksono, ketika polisi itu memborgol Jehan dan membawanya.

...............................................................

"Tahan semua akses , kita hanya diberi waktu 3 menit!"

"Siap! Komandan"

Situasi bandara Internasional Kota Y selalu padat dan sibuk, namun siang itu lebih istimewa. Lebih dari 30 personel dikerahkan untuk mencari seseorang yang akan kabur ke luar negeri.

My Boo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang