Suara musik meramaikan suasana. Wajah kebahagiaan para tamu pun tak kunjung padam melihat pasangan yang saling bertukar cincin itu.
Semuanya bertepuk tangan ria saat Ragafa memasangkan cincin di jari mungil gadis itu. Yorala menatapnya dengan tatapan memuja walaupun laki-laki itu terus menatapnya datar.“Raga ganteng, ya,” bisiknya.
“Emang.” balas Ragafa.
“Ngeliat bibir Raga, Yora jadi mesum, nih!” ungkap Yorala.
“Gue gampar lo!” ancam Ragafa.
“Aduh, sakit, Raga!” Yorala refleks memegang pipinya.
Ragafa menatapnya malas. “Belum juga gue gampar, Cah.”
Yorala membuang muka. Ia tidak suka disebut ‘bocah’. “Raga gila.”
“Apa?!” murka Ragafa.
“Ragafa! Selamat, ya, tunangan kamu cantik banget!”
“Cepet ke pelaminan, ya!”
“Kalo udah mau nikah jangan lupa undang lagi, ya!”
Teriakan-teriakan kerabat dekat Ragafa membuat Yorala berdengus. Tidak ada akan kata ‘menikah’ di antara kami. Mon maaf.
***
“Yasa!” Riana langsung berdiri, membuat Yasada yang tengah bersandar padanya, jatuh mencium kursi. “Ayo pulang, Tante pasti nyariin aku!” omelnya.
Yasada mengusap bibirnya. Ck! Kagak ada manis-manisnya lo, kursi!
“Yasa!” teriak Riana.Yasada langsung berdiri. “Bentar lagi, Sayang .... Aku lagi kangen banget, nih, sama kamu,” bujuk laki-laki itu membelai rambut gadisnya.
“Aku gak peduli! Aku cuma mau pulang!”
Yasada tersenyum lembut. “Bentar lagi, ya,”
Riana mendelik. “Kamu gak bakalan macem-macem, ‘kan?”
Set, dah! Iman gue kuat, heh!
“Gak akan,” Yasada menarik Riana ke dadanya. “Tenang aja, okey?”
Riana mengengguk pelan. Tuhan, Yora bilang dia mesum. Tolong lindungi Ria Tuhan ....
***
Yorala dan Ragafa tengah duduk berdua. Mereka sedang beristirahat di sofa yang terdapat sedikit orang. Laki-laki itu sengaja mencari tempat yang sepi untuk membicarakan hal yang serius dengan Yorala.
“Cah!” panggil Ragafa, namun Yorala malah sibuk menyedot jus apelnya. “Bocah!”
Gadis itu menutup telinganya.
“Lo budeg, hah?!” Ragafa tak tahan.
“Nama aku Yora!” sentak Yorala tidak terima. “Bukan ‘bocah’!”Ragafa berusaha menahan emosinya. “Lo jangan kasih tau siapa pun tentang pertunangan kita ini.” Ia bersedekap dada dan menatap ke depan.
“Kenapa? Yora, ‘kan, pengen pamer sama Meizie, Fely dan Tante juga!”
“Tante lo siapa, hah?!” Ragafa ingin tahu.“Temannya Raga, Fathan.” terang Yorala.
“Biadab lo, ya, seenaknya ganti nama orang!” kecam Ragafa.
“Raga juga jahanam seenaknya ganti nama aku jadi ‘bocah’!” teriak Yorala tak mau kalah.
Ragafa menghela napas. “Lo bangga banget sama pertunangan ini, sampai-sampai lo mau pamer?!”
“Yora gak bangga sama pertunangan ini, Yora bangga karena bisa milikin Ragaaa!” serunya.
“Terserah!” Ragafa mulai pusing. “Pokoknya, gak ada yang boleh tau tentang hubungan kita, titik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia dalam Karya (Terbit)
Fiksi RemajaAntara pura-pura dicintai dan pura-pura dibenci, manakah yang lebih menyakitkan?