"Geser dong mbak".
Tegas seorang ibu dengan tas ten-teng belanja kepada perempuan sebelahnya.
"Iya Bu, mohon maaf, ini juga bis nya penuh, jadi saya tidak bisa leluasa untuk bergerak". Balasnya.
Kemudian Dia memegang tiang yang terpasang di atas bis sebagai pegangan.
Namanya adalah Arina Zifanka Amaraja, gadis mungil berkulit putih, dengan rambut panjang hitam dan tampilan modis bak wanita karir.
Dia adalah anak pengusaha tapi karena sang ayah menikah lagi dan sering berselisih paham dengan ibu tirinya, Dia lebih memilih untuk tidak bergabung dengan perusahaan ayahnya dan pindah ke Bandung.
Ya, hari ini Arin akan datang ke seminar tentang bisnis dengan narasumber yang bergitu Ia idolakan. Sebenernya Arin bisa meminta mobil kepada ayah nya untuk di pakai sehari-hari, tapi Dia tidak mau karena Dia ingin memiliki sesuatu dari jerih payahnya sendiri.
Seminar itu bertempat di salah satu hotel Bandung. Jaraknya lumayan dari tempat tinggalnya, bisa satu jam lebih apalagi di tambah macet.
"Duhh, harus cepetan nih nyampeknya, nanti nggak kebagian kursi lagi".
Arin turun dari bis dengan langkah cepat, Ia berjalan masuk hotel.
"Eits ini saya dulu yang sampek, silahkan anda duduk di belakang".
Tiba-tiba ada cowok yang main nyerempet saja, padahal sampainya barengan.
"MAAF YA, Anda tidak bisa mengusir saya begitu saja".
Balas Arin yang langsung duduk di kursi tersebut.
"Nggak bisa gitu dong, wah nih orang ya".
Sambil meletakkan tangan di pingang dan mengerutkan dahinya, cowok ini sepertinya sangat tidak rela Arin duduk di kursi tersebut.
"Sudah-sudah yo Mas. Seharusnya Mas itu ngalah sama cewek, ladies first atuh mas, udah mbak ee duduk disitu, biar saya aja yang pindah ke belakang, mas nya duduk disini".
Tiba-tiba orang sebelah nyeletuk.
"Syukurlah ada orang ini". Seru Arin dalam hatinya.
"Nggak mas terima kasih, ogah saya duduk sama Dia, mau menang sendiri, egois".
Cowok ini kemudian berjalan ke belakang dan duduk di kursi itu.
"Idih, saya juga ogah, udah mas duduk disini aja sama saya, nggak usah repot-repot mas, mas duduk manis aja di sini". Tegas Arin, dengan senyum lega karena Dia bisa duduk di kursi terdepan.
Acara akan segera di mulai, audien sudah penuh dan narasumber sudah berada di podium.
"Awas aja nih cewek, pagi-pagi udah bikin naik darah". Ucap Lean.
Dia adalah Leanko Adelard. Cowok kumis tipis, dengan kharisma yang begitu memikat tapi hanya Arin yang sama sekali tidak klepek-klepek akan parasnya.
"Baik, terimakasih kepada pemateri, dipersilakan kepada audien yang ingin bertanya". Tutur pembawa acara seminar.
"Saya". Leanko mengacungkan tangannya.
"Selamat pagi, terimakasih atas waktunya, perkenalkan nama saya Leanko, saya ingin bertanya bagaimana jika dalam berbisnis kita mengedepankan ego? Terima kasih". Dengan senyum kecil, Lean ingin menyindir Arin.
"Leanko, namanya bagus sih tapi kelakuannya". Ucap Arin dalam hati.
Sembari narasumber menjawab pertanyaan Lean, Arin begitu sibuk mencatat apa saja yang telah disampaikan oleh Bapak Bima.
Acara telah usai, panitia membagikan box makanan kepada audien yang telah hadir di acara seminar itu.
"Silahkan mbak". Panitia memberikan box makanan kepada Arin.
"Terima kasih mbak". Arin langsung membuka makanan tersebut, beberapa sendok ia kunyah, tiba-tiba iya tersedak.
"Ekh.. Ekh... ". Arin tidak bisa menahan kerongkongan yang seperti ada duri ikan atau semacamnya nyangkut di lehernya.
"Minum minum". Lean memberikan air putih pada Arin, tapi Arin malah menatap Lean begitu lama.
"Ayo minum mbak ee". Celetuk cowok sebelah Arin.
"Cowok ini benar-benar buat aku melting". Ungkap Arin dalam hatinya. Setelah sekian detik, akhirnya Arin minum.
"Makanya, kalau makan ya makan, pikirannya jangan kemana-mana, makan juga pelan-pelan". Lean seperti mengomel pada Arin, setelah itu Dia pergi entah kemana.
Selesai makan Arin pergi ke luar hotel dan akan pergi menemui teman kuliahnya, Sea dan Deina. Tapi, Arin masih menatap sekeliling, siapa tau nanti Lean lewat.
"Jalan kaki pulang?", Lean membuka kaca mobil dan menyapa Arin.
Tak sia-sia menunggu cukup lama, Lean muncul juga.
"Nggak, nanti naik bis atau ojek, udah jalan sana".
Arin kemudian mengambil handphone dan memesan ojek online.
"Yaudah, hati-hati ya, awas ya lain kalau pakai baju jangan kebalik".
Dia melambaikan tangan pada Arin dan pergi lurus ke arah jalan Selatan.
"Mana sih yang kebalik, perasaan nggak deh". Arin panik dan benar saja itu hanyalah lelucon belaka.
Sepanjang perjalanan ke cafe, Arin selalu kepikiran akan Lean. Mengesankan tapi menjengkelkan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lewat Rasa (ONGOING)
RomanceDua orang berbeda dipertemukan lewat rasa dalam canda dan tawa. Seonggoh cinta di berikan pada sang maha cinta, tapi keadaan mematahkan segalanya. "Kenapa kamu berbohong padaku, apa yang selama ini kamu rencanakan Lean, kamu sebenarnya siapa? aku su...