chapter 2

833 85 40
                                    

Manik mata mu menatap penuh gemetar, ada cairan aneh kembali menetes di dalam mulut mu. Kau yakin itu darah dari lidah mu yang kembali terbuka lukanya.

"Tunggu hei jelas-"
"Tak ada waktu untuk menjelaskan pada penyusup."

Manik mata mu mulai menatap kosong kembali. Sudah berapa ya? Orang yang memiliki nasib serupa dengan perempuan berambut pirang ini.

Suna menyeret perempuan asing itu ke atas kembali, tampak kau tak perlu tau apa yang akan ia lakukan pada perempuan itu lagi, sudah ada beberapa korban sebelum dirinya, dan kau tau penyiksaan mereka sama semua.

'mereka beruntung.' batin mu dalam diam lalu mulai menggeser kain yang menghalangi mulut mu tuk berbic- ah iya lidah mu sudah di potong.
Menggeser kain tersebut kau pun mulai membuka mulut membiarkan darah mu menetes di luar saja. Darah itu jatuh mengenai paha mu sampai entah beberapa puluh tetes.

Kau cuma menyaksikannya sembari termenung bosan, 'apa aku masih waras?' satu pertanyaan kembali terlintas pada dirimu, tapi kau tak bisa menjawabnya layaknya esai matematika yang selalu di berikan oleh guru.

Clack

Tampaknya perempuan itu langsung pergi, suna tak peduli lagi, toh kewarasan sang gadis tadi sudah ia hancurkan berkeping keping dalam beberapa menit.

"Sayang sekali ya, padahal dia sangat baik, mau perhatian pada mu. Tapi justru karena itu aku ga suka." Ucap Suna sembari datang lagi ke tempat mu, mulai mendekat sampai dirinya melihat darah yang menetes kembali dari lidah itu.

"Ah! Maaf maaf kau pasti panik kan? Sini ku lepaskan ikatan mu dulu, jangan berfikiran menyerang ku dan kabur ya." Ucap nya sembari melepas ikatan di tangan maupun kaki ku, tampak berbekas tapi kau sudah tak asing lagi, Tak ada yang lebih sakit dari lidah mu yang di potong saat itu.

"Eh? Kenapa kau bergetar? Ah! Mode getar//plak maksud ku kau kedinginan?" Tanya Suna lalu membawa satu kotak P3K dan sebuah selimut.

"Abaikan suhu dingin mu dulu. Ayo buka mulut mu." Ucap Suna sembari mencoba menghentikan pendarahan di lidah yang pernah ia potong itu lagi.
Manik mata mu di paksa untuk melihat dirinya membuat mu merasa risih pada pandangan mu sendiri sekarang. Aroma besi karatan yang sudah tak tercium lagi pun membuat mu sedikit lebih tenang, sementara Suna merapikan kotak P3K nya dan langsung menyelimuti mu dengan selimut yang ia ambil tadi.

Tangan mu refleks mengelus kepala nya, entah apa yang sudah di perlakukan suna pada tubuh mu, kau sendiri tak tau pasti. Yang jelas tubuh mu terkadang memberi refleks lain yang sangat bertentangan dengan rasa benci mu pada suna.

Sementara sang lelaki menyingkirkan tangan mu yang mengelus kepalanya sebentar, ia pun berbaring sembari menjadikan paha mu sebagai bantal, dan memegang erat tanganmu yang mengelus kepalanya itu.

"Hubungan ini, sudah jelas ada kemajuan kan." Kata suna sembari memainkan jemari mu dan mulai mencium punggung tangan mu sampai ia mulai merasa ngantuk dan tertidur.

'bapak kau ada kemajuan, ku smekdon kalo mental ku dah pulih ni ye anjing!' batin mu sembari memejamkan mata sejenak.

Manik mata mu melihat sekitar, sial sekali tak ada bahan yang cocok untuk membunuh lelaki ini dalam sekali serangan, dan kau juga tak mau mengambil resiko. Cukup lidah. Tangan dan kaki mu tak boleh sampai terputus akibat dirinya yang marah dengan sifat mu yang memberontak.

Yang ia ingin sekarang adalah sebuah boneka penurut. Bukan seorang manusia pemberontak.
"Apa yang kau lakukan? Cium kening ku!"

Di saat kau melamun kau justru sudah melihat suna yang memasang raut wajah marah, tubuh mu kembali bergetar dengan manik mata yang terbuka lebar, suna yang sadar dengan itu langsung beralih ke posisi duduk dan mendekati wajah mu.

I Just Love You Soo (Suna Rintarou x Reader)✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang