42. -||PCADA||-

169 22 3
                                    

Dua hari yang lalu Annisa positif hamil, tapi yang tau baru Fadhlan dan keluarga besarnya saja. Kedua sahabatnya belum ia beritahu mengenai berita bahagia ini. Niatnya sore ini Annisa ingin mengajak mereka ke cafe.

Sebelumnya ia sudah izin kepada sang suami untuk pergi sebentar. Dan Fadhlan mengizinkannya, yang terpenting Annisa selalu menjaga dirinya agar tidak kelelahan.

Benar kata Akhtar tempo lalu, ternyata hadiah yang paling berharga adalah dikaruniai seorang malaikat kecil. Ia tidak menyangka sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.

"Sayang, hari ini aku pulang agak telat. Soalnya semalam Akhtar udah notice digrup kalau nanti ada rapat lagi." ucap Fadhlan, kemudian ia sibuk membuat sarapan hari ini.

"Oh, iya. Nanti juga aku keluar sama Ayra dan Nabilla mungkin abis ashar mas, soalnya pasti Ayra repot sama Husein."

Fadhlan menghentikan aksinya sejenak kemudian menatap istrinya yang sedang duduk dihadapannya. "Nabilla? 'Kan dia kerja di perusahaan Akhtar, sayang. Kamu lupa ya?"

Annisa menepuk dahinya pelan. "Astaghfirullah, iya aku lupa. Untung aja aku baru ngasih tau Ayra. Hem mas nanti kamu bilangin ya, kalau weekend ini aku ngajak dia ketemuan."

Fadhlan terkekeh pelan.

"Masih muda kok pelupa sih kamu. Iya nanti aku bilangin Nabilla."

.

"Umiii... abiii," pekik Affran.

Tanpa diperintahkan ia merebahkan badannya disofa. Sungguh perjalanan yang jauh ini membuat Affran kelelahan. Sekitar belasan jam ia berada didalam pesawat. Koper yang ia bawa, sudah tergeletak dilantai.

"Loh Affran? Kamu sudah pulang nak?"

Mata yang tadinya terpejam kini perlahan terbuka. Dan langsung melihat sang empunya suara tadi.

"Eh umi. Assalamu'alaikum mi." Affran buru-buru mencium punggung tangan Hana.

"Wa'alaikumsalam. Kamu sudah lama?"

"Belum mi, palingan lima menitan sampai sini. Abi kemana mi?"

"Ada dikamar."

"Aku samperin abi dulu ya mi."

Hana mengangguk pelan.

Kepulangan Affran yang tiba-tiba ini menjadi kejutan bagi Hana dan juga Rizal. Pasalnya, baru kemarin lusa mereka saling tukar kabar, tetapi hari ini anak itu sudah sampai rumah.

Berbeda dengan Affran. Ia sengaja tidak memberitahu kepulangan dari Swiss, karena ia ingin menjadikan ini sebuah kejutan untuk orangtuanya.

Affran sekarang sudah berada tepat didepan pintu kamar Rizal dan Hana. Kemudian ia mengetuk pelan pintu kamar itu.

Tok

Tok

Tok

"Masuk aja sayang, pintunya tidak dikunci." ucap Rizal dari dalam kamar. Affran terkekeh pelan, pasti abi nya mengira itu adalah Hana. Makanya ada sebutan sayang.

Dan dengan gerakan yang pelan, Affran membuka pintu kamar Rizal. Dilihatnya Rizal sedang sibuk dengan laptop miliknya. Sudah dipastikan kalau Rizal sedang memantau perkembangan perusahaannya.

"Assalamu'alaikum abi."

Rizal menoleh kesumber suara itu. Matanya membulat seolah tak percaya akan kedatangan Affran.

"Wa'alaikumsalam. A-affran?"

"Duh bi, mukanya jangan kayak orang syok gitu dong. Iya, Affran baru pulang sekitar lima menit yang lalu sampai sini." kini Affran mendekat dan duduk dipinggir ranjang. Segera ia mencium punggung tangan Rizal.

Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang