TUJUH BELAS-BYAKTA FAMILY

562 36 0
                                    

Tujuh belas

Hari ini adalah hari sabtu, karena Meesam dan Laqueta sedang libur, maka Meesam berniat mengajak Laqueta jalan-jalan berdua, hanya berdua karena ketiga anaknya tidak akan Meesam ajak.

"Ta, hari ini kamu sibuk?" tanya Meesam pada Laqueta yang sedang membuat susu.

"Enggak, aku cuma mau lanjutin tulisan aku aja, memangnya kenapa?"

Laqueta meletakkan tiga gelas susu di meja makan lalu menatap Meesam.

"Aku mau ngajak kamu jalan-jalan, kemana aja yang kamu mau," jawab Meesam.

"Tanya sama anak-anak mereka maunya kemana, aku ngikut aja."

"Aku cuma ajak kamu, anak-anak ditinggal aja," ucap Meesam pelan agar tidak ada yang mendengar ucapannya, anak-anaknya itu mudah sekali merajuk, jadi untuk menghindari itu, alangkah baiknya mereka tidak tau.

"Loh? Kamu udah punya anak, seharusnya anak yang diutamain," protes Laqueta.

"Sekali-sekali, sayang. Apa salahnya kamu dukung aku sekali ini? Biasanya juga kita pergi sama mereka." Meesam masih berusaha membujuk Laqueta agar setuju dengannya, lagipula sekali-kali tidak masalah, kan?

"Nanti kalau mereka tau, mereka merajuk. Susah bujuknya."

"Jangan sampai mereka tau, oke?"

Laqueta berpikir sebentar lalu mengangguk. Sekali-sekali, pikirnya.

🐬🐬🐬


"Mami sama Papi mau kemana? Nggak berantem lagi, kan?" tanya Ogya melihat kedua orang tuanya sudah rapi, sedangkan ia dan kedua saudaranya bahkan belum mandi.

"Mau pergi sebentar, memangnya kapan mami sama Papi berantem?" Meesam yang menjawab pertanyaan Ogya.

"Kemarin," seru ketiga anaknya kompak.

Meesam dan Laqueta terdiam, ternyata pertengkaran mereka kemarin dipahami oleh anak-anaknya. Dalam hati mereka berdua berjanji tidak akan menunjukkan keributan apapun di depan anak-anaknya.

"Kemarin Mami sama Papi nggak berantem, kalau berantem memangnya Mami mau pergi sama papi?" ucap Laqueta, maksud Laqueta agar anak-anaknya bisa melupakan kejadian kemarin.

"Nggak mau, jadi Mami sama papi nggak berantem, ya? Bagus deh." Ochi bertepuk tangan seolah merayakan sesuatu.

Laqueta mengusap rambut Ochi sekilas. "Mami sama papi pergi dulu."

"Mami sama Papi nggak pergi jalan-jalan, kan? Karena ada kerjaan?" Ochi si tukang curiga yang bertanya.

"Memang ada yang harus diurus, sayang." Meesam yang menjawab pertanyaan Ochi karena Laqueta pasti akan lebih memilih untuk diam.

Ojwala mencium punggung tangan Laqueta lalu Meesam dan diikuti oleh kedua adiknya.

"Jangan berantem, oke? Ojwala jaga adik-adik kamu, ya. Ogya, Ochi jangan nakal apalagi bikin abang pusing, ya?"

"Oke, Papi."

"Nanti bawain mainan ya, Papi," pinta Ochi.

"Ogya maunya makanan aja," timpal Ogya.

"Yang penting Mami sama Papi pulang dengan selamat." Ojwala memang yang paling pengertian.

"Iya, sayang."

🐬🐬🐬

Selama perjalanan Laqueta hanya diam, dia masih merasa canggung di dekat Meesam. Meskipun mereka sudah akur, tetapi tetap saja perdebatan mereka masih membekas di ingatan dan hati Laqueta.

Byakta Family [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang