01

470 58 4
                                    

Bagi Seonghwa, menjadi temannya saja sudah cukup. Setiap hari bertemu, bersenda gurau, berbagi keluh kesah, atau bahkan menginap berdua di studio karena yang lebih muda tidak ingin ditinggal sendiri. Seonghwa si pemuja hidup sehat, dan yang di seberang sana dengan pola hidupnya yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Seonghwa rasa, Seonghwa cukup dengan semua itu.

Sampai di suatu ketika, pemikirannya berubah.

0o0o0

"Kau akan pergi ke agensi sepagi ini? Seperti yang ku duga, pelatih baru kita memang sangat bersemangat ya."

Pujian dari bibi penjaga mini market membuat pipinya sedikit mengeluarkan semburat merah muda.

"Ah tidak perlu memujiku seperti itu bibi, kau tau aku memang tidak bisa bangun siang," balas Seonghwa malu sambil mengeluarkan beberapa nominal uang kertas untuk membayar makanan dan minuman yang ia beli.

Setelah berbincang-bincang sebentar, Seonghwa kembali menaikan masker yang ia pakai lalu berjalan santai menuju agensi. Kini tujuannya hanya satu, ruangan Hongjoong.

Sebelum memasuki ruangan dari temannya itu, matanya ia alihkan untuk melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Jam 06.30, sepertinya Hongjoong masih terlelap di sofa cokelatnya. Lalu tanpa mengetuk pintu, ia memutar knop dan masuk.

Dan benar saja, Hongjoong temannya itu masih terlelap di sofa dengan gaya tidurnya yang seperti orang tidak sadarkan diri. Tangannya di atas dada memegang selimut sedangkan kepalanya bersandar pada pinggiran sofa dengan mulut yang sedikit terbuka. Bukan pemandangan yang asing bagi Seonghwa, jujur saja.

Lalu tanpa disuruh, si rajin itu membersihkan meja-meja yang berantakan. Merapihkan kertas-kertas sambil membaca sekilas dan membagi tumpukan kertas menjadi beberapa kelompok agar ketika butuh nanti Hongjoong tidak perlu repot mencari. Meja rapih, dan kini ia mengalihkan atensinya pada Hongjoong.

Netranya menatap manusia yang terlelap itu hangat. Matanya yang tertutup memperlihatkan bulu mata yang lentik nan cantik, hidungnya yang menjulang, bibirnya yang sedikit tebal, semuanya indah. Ingin sekali Seonghwa mendaratkan tangannya di sana, menari di atas kulit Hongjoong untuk mengusap seluruh bagian dari wajahnya yang bagaikan karya terbaik dari Sang Pencipta. Tapi sayang, ia bukan siapa-siapa.

Ia sadar ketika tidak sengaja melihat pop up pesan dari handphone Hongjoong. Seseorang berkontak bahasa yang ia yakini bukan bahasa Korea dengan emoticon love yang orang itu kirim. Seonghwa sepenuhnya sadar.

Jadi ketika ia puas menatap Hongjoong yang terlelap, ia pergi meninggalkan ruangan dengan onigiri dan air mineral serta susu pisang yang ia taruh di atas meja. Dan tanpa menunggu si penghuni terbangun seperti biasanya, ia pergi melangkahkan kakinya menuju studio dance di lantai yang berbeda.

0o0o0

"Oke istirahat 30 menit ya!"

Seonghwa menegak air dalam tumbler kesayangannya rakus sambil melihat sekitar dan berakhir terfokus di sudut. Biasanya di sudut dekat pintu keluar itu ada Hongjoong yang melihat bagaimana ia melatih para trainee. Lalu saat ia selesai, pria yang lebih pendek itu akan menariknya pergi dari ruangan dan menyeretnya keluar agensi untuk sekedar berjalan-jalan.

Biasanya, di perjalanan itu Hongjoong akan menyampaikan keluh kesahnya sambil sesekali menghela nafas panjang. Seonghwa paham bahwa bulan ini adalah bulan yang melelahkan bagi Hongjoong. Namanya yang semakin dikenal tentu saja membuatnya semakin sibuk dan kekurangan waktu untuk beristirahat. Tapi Hongjoong selalu berkata bahwa ini adalah tuntutan dari pekerjaannya, ia harus menerima dan bertanggung jawab atas apa yang sudah ia kehendaki.

Teman | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang