BAB III | FIXING THINGS

94 11 0
                                    

Minato memandangi wanita bersurai merah yang berjalan semakin jauh, memperbesar jarak di antara mereka. Ia sangat mengerti jika penyebab semua jarak dan pembatas yang semakin sulit ia gapai ini adalah salahnya. Jadi, Minato membiarkan wanita itu mengatakan apapun dan melakukan apapun yang ia mau—bahkan jika itu menyakitinya, maka Minato akan menerimanya.

Baginya itu tidak sebanding dengan kekecewaan yang ia berikan.

Minato Namikaze memandangi tangan kanannya yang tadi menggenggam sejenak tangan yang ia rindukan. Ia mengepalkan tangannya erat dan membulatkan tekad untuk memperbaiki hubungan mereka.

"Aku tidak berharap untuk bisa kembali sebagai kekasihnya, tapi berhubungan baik saja mungkin sudah cukup," gumamnya pada diri sendiri.

"Setidaknya sampai ia tidak menghindar dan mengabaikanku ..." seulas senyuman getir terukir di paras tampannya. Sepuluh tahun sudah terlampau cukup menyiksanya karena ia tak bisa bertemu dengan Kushina dan sekarang ...

Ia tak mau memperpanjang rasa sakitnya dengan melukai gadis yang sudah tumbuh menjadi wanita dewasa itu.

*****

Jadwal kunjungan pagi Kushina padat seperti biasa. Konoha Hospital adalah salah satu rumah sakit besar, jadi pasien yang ia tangani cukup banyak. Dengan ditemani oleh rekan dan perawat ia melakukan tugasnya dengan baik. Ia bersikap sangat baik dan ramah sebagai dokter. Ada beberapa pasiennya yang sudah bisa pulang hari ini, termasuk Reichiro Asahi, teman Minato.

Semoga dia tidak ada di sini ... aku mohon! Batin Kushina tepat sebelum membuka pintu ruang rawat Asahi. Rin Nohara di sampingnya bersama seorang perawat menahan senyuman mereka dan berusaha keras agar tidak berbicara apapun. Jika Kushina mendengar satu saja komentar yang mengganggu telinganya, mereka berdua akan habis terkena amukan Kushina yang mengerikan.

Dan menggemaskan tentu saja. Dengan wajah merah dan rambut merah.

Kushina membuka pintu dengan tenang dan menunjukkan wajah ramahnya seperti biasa. "Selamat pagi .... Asahi-san ..." Kushina menjeda salamnya tepat ketika harapannya terhempas jatuh dari langit.

Minato Namikaze ada di sana dan menyambut Kushina dengan senyuman yang menawan.

"Oh, Dokter Uzumaki, selamat pagi! Terima kasih banyak!" ujarnya sambil turun dari ranjangnya setelah seorang perawat melepas infusnya. Kushina mendadak menjadi kaku. Ia tak mau berlama-lama di sana. Wanita itu pun berbincang sebentar dan menyarankan pasiennya agar tidak terlalu memaksakan diri melakukan aktivitas berat mengingat kondisi jantungnya yang lemah.

"Saya akan berusaha dengan baik, Dokter!"

Kushina pun bergegas keluar mendahului rekan-rekannya setelah berpamitan tanpa memandang Minato yang terus memerhatikannya sejak ia masuk tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Sayang sekali Asahi-san pulang hari ini. Kita jadi kehilangan pemandangan indah Asahi-san dan Namikaze-san ..." eluh dua perawat di belakang Kushina dengan nada kelewat mendramatisir seperti kehilangan sesuatu yang berharga.

Wanita bersurai merah itu tak menanggapi para perawat dan justru merutuk di dalam hati mengapa ia harus bertemu dengan Minato pagi ini. Tapi kabar bagusnya adalah setelah ini ia tak perlu melihat keberadaan pria itu karena dia tak lagi menjadi wali pasien yang harus dia kunjungi.

Kushina bersorak dalam hati.

Mereka pun melanjutkan pekerjaan pagi mereka hingga berakhir sebelum jam makan siang.

Kushina duduk di ruangannya setelah melakukan pekerjaan paginya. Ia tak ada jadwal praktik hari ini jadi jika tidak ada pasien emergency, ia bisa bersantai. Semoga saja tidak ada, harapnya dalam hati. Terlalu sering bertemu dengan Minato menguras emosi dan pikirannya. Ia tak bisa berhenti memikirkan pria itu—dan mengutuknya dalam hati.

RED [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang