Bastard pt 7

1.7K 148 9
                                    

Masa bodoh dengan rasa canggung yang bakalan terjadi nanti. Yang penting Jungkook dandan semaksimal mungkin. Bahkan, pomade yang hibernasi lama di laci, jadi modal andalan untuk menata rambutnya.

Menyunggingkan senyum saat melihat pantulan diri dari cermin.

"Sempurna,"

Celana jeans yang gak pake riped, belt LV yang melingkari pinggang ramping terbungkus kaos hitam sangat sempurna dengan outfit kemeja yang kancingnya dibiarkan terbuka. Jungkook memang punya sisi good looking sejak slahir ditambah dengan sentuhan narsis setelah beranjak dewasa tak ayal membuatnya makin enak dipandang.

Turun melewati anak tangga dengan tidak santai, mengabaikan sang eomma yang tercengang melihat penampilan putra satu-satunya itu. Karena penasaran, wanita paruh baya itu menyusulnya ke depan.

"Mau kemana pagi-pagi?" suaranya agak kencang.

Kuliah tak mungkin bukan?

"Mengejar masa depan eomma," Jungkook dengan wajah songongnya masuk mobil dan meninggalkan eommanya yang kembali diam, berpikir. Lima detik setelahnya, masuk rumah sambil mengedikkan bahu.



Sebenarnya, Jungkook sudah ngebut, saking pengennya cepet sampe rumah Jimin. Tapi, senyum yang ia lakukan sampai giginya kering dari tadi tampaknya harus berubah merengut.

Di depan rumah Jimin ada sebuah mobil. Bukan itu saja, tapi Jimin juga masuk ke dalam mobil itu setelah pintu dibuka dengan penuh senyum dari seorang pria.

Ya, pria yang sama saat ia lihat. Pria yang ada di feed media sosial Jimin. Pria yang kala itu ia lihat memberikan kalung kepada Jimin. Ah, Jungkook hampir melupakan kenyataan itu.

Matanya terus melihat ke depan, meskipun mobil itu sudah hampir menghilang dari jangkauan pandangnya. Menggigit bibir bawah sambil meremas setir mobil. Merasa sudah kalah start. Haruskah lanjut berlari kencang dan menyalip? Menikung?

Jimin diam, begitu pula Namjoon. Ada kecanggungan setelah beberapa lama tak berjumpa. Ya, karena memang Jimin sengaja menghindarinya. Tapi, entahlah, kali ini Jimin tak tega mengabaikan orang yang sudah ia sayangi itu.

Yang Jimin saat ini pikirkan bukan hanya hal itu saja, tapi juga seseorang yang semalam sudah mengatakan ingin menjemputnya. Jungkook bilang akan mengantarnya bekerja. Meski Jimin tak mengiyakan atau membolehkannya, tapi mengingat Jungkook itu keras kepala, ia yakin jika saat ini pria bongsor itu sudah ada di depan rumahnya. Menantinya keluar rumah.

Jimin jadi tidak enak hati.

"Ji," ucapan Namjoon memecah isi pikiran Jimin.

"Eh," Jimin menoleh buru-buru.

"Aku harap nanti saat jam makan siang, kamu mau meluangkan waktu untuk bisa bicara berdua denganku," nada suara itu cukup sendu. Jimin menunduk.

"Ji, aku tahu, aku sangat keterlaluan. Aku ingin minta maaf,"

"H-hyung.."

"Tak perlu bicara banyak saat ini, tak akan cukup waktunya.." ucap Namjoon sambil melirik kedai tempat bekerja Jimin. Karena memang tempat kerja Jimin tidak terlalu jauh.

Jimin mengangguk.

"Sampai ketemu nanti siang hyung,"

Namjoon membalas senyum Jimin. Lalu, pria manis itu keluar. Berlari kecil ke dalam kedai.





"Kenapa dia?"

Ada dua orang yang saat ini sedang menatap Jungkook dari kejauhan. Mereka adalah teman-temannya.

Kumpulan Oneshoot / Cerita Pendek KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang