Prolog

709 41 0
                                    

Tap Tap Tap

Suara langkah kaki tak beraturan terdengar nyaring pada gang sunyi. Seorang gadis berjalan cepat dengan sesekali menoleh kebelakang memastikan dirinya tidak diikuti oleh 'seseorang'.

Stiletto tidak menghalangi gadis itu untuk terus berlari-lari kecil dengan panik. Teror terpantul dari netra coklatnya yang mulai terlihat berkaca-kaca. Dengan nafas yang terengah-engah dia terus berlarian di gang sempit itu.

"Sedikit lagi, kumohon jangan 'mereka'."

Gadis itu bergumam dengan penuh harap entah pada siapa. Dia baru bisa merasa lega saat akhirnya mencapai ujung gang dan keluar dari gang mengerikan itu.

Huh Huh

Saat melihat banyak orang disekelilingnya gadis itu merasa lega dan lemas secara bersamaan. Dia menyandar pada tiang disebelahnya dan mulai mengatur nafas serta detak jantungnya yang terpacu dengan keras.

Setelah beberapa saat berhasil menenangkan dirinya, gadis itu mulai melangkah lagi dengan tegas seolah tidak ada yang terjadi.

◌⑅●♡⋆♡••••••••••♡⋆♡●⑅◌

Tit Tit Tiiit

Cklek

Pintu apartmen terbuka tanpa hambatan setelah gadis itu menekan paswordnya. Segera gadis itu masuk dan dengan cepat membanting pintu agar tertutup dan barulah dia menghela nafas lega.

Gadis itu melangkah kemini bar dan segera menuang segelas air untuk membantu menenangkan kepanikannya. Ditengah meneguk air itu dia merasakan tatapan intens padanya, lalu dia melirik ke sumbernya.

Pyarr

Gelas ditangannya langsung tergelincir dan membentur lantai marmer yang dingin namun gadis itu tidak peduli padanya karena netranya yang penuh dengan teror sedang terpaku pada seseorang, tidak itu adalah lima orang yang berada diruang tamunya.

"Surprise!" Kata salah seorang dari mereka dengan riang.

Namun gadis itu tetap membeku ditempat tanpa reaksi khusus selain terus menggumamkan kata-kata tidak jelas dari bibirnya.

"Tidak mungkin, ini pasti hanya halusinasi. Ya ini hanya halusinasiku"

"Ah!? Jadi setelah kami bersusah payah datang ketempat kumuh ini kau menganggap kami hanya sebuah halusinasi konyolmu? Waahh aku sangat sedih karenanya." Pria itu membuat ekspresi seakan dia sangat dirugikan. Lalu melihat kekanan dan kekiri pada rekannya sebelum melanjutkan perkataanya.

"Apa kalian dengar itu? My Jassy hanya menganggap kita halusinasinya semata. Dia tidak mengharapkan kita."

Pria itu mengatakannya dengan nada rovokatif. Segera pria disampingnya mendecakan lidahnya dengan sebal tanpa mengalihkan pandangannya yang sedari tadi terfokus pada gadis yang sedari tadi berdiri kaku memandangi mereka dengan mata bulatnya yang melebar.

"Baby kemarilah, ada hal penting yang ingin kami bicarakan denganmu." celetuk pria yang duduk paling ujung.

Baru saat itulah gadis yang telah lama mematung karena shok memulihkan kesadarannya.

"A-a aku....ka-kalian..."

Namun saat dia membuka bibrnya hanya kata-kata tidak jelas itu yang mampu keluar dari bibirnya.

Pria yang memanggilnya mengerutkan kening ketika mendengar jawaban gagap gadis itu.

"Bukankah kau harus memberi kami penjelasan setelah pergi tanpa salam perpisahan setelah kejadian 'itu'?"

"Hentikan! I-itu hanya mimpi burukku!" gadis itu mulai menggigil entah karena takut atau amarah.

Pria itu mengangkat sebelah alisnya sebelum berkata dengan senyuman manis yang terpatri di bibirnya.

"Lalu mari kita lakukan lagi dan buat itu menjadi mimpi indah."

◌⑅●♡⋆♡••••••••••♡⋆♡●⑅◌

To Be Continue

The ACE : "J"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang