Rindu Tuhan-nya Fir'aun

10 2 0
                                    


Namaku Rey. Aku dilahirkan di surga yang retak pondasinya. Dibesarkan di taman yang penuh dengan tanaman kerdil tanpa bunga. Saat usia sembilan tahun pikiranku lebih tua dari Izazil dan Fir'aun hingga suatu ketika Allah mengirimkan Rosulullah Musa Alaihissalam.

"Mbah, Semalam saya mimpi bertemu Rosulullah Musa Alaihissalam. Beliau menghancurkan menara masjid dan menjungkir kubahnya."

"Bersyukurlah namun jangan bangga karena mimpi itu. Rosulullah Musa Alaihissalam dikirimkan untuk memberi nasehat pada Fir'aun dan bani Israil yang tersesat dari jalan-Nya."

Semenjak itu aku tumbuh sebagai manusia dewasa dan lebih cenderung menjadi pemuja berhala. Tuhanku adalah uang, karir dan jabatan serta kenikmatan-kenikmatan dunia yang lainnya.

Aku tumbuh liar melebihi pembantaian di karbala dan keras terhadap ritual-ritual agama islam melebihi kerasnya Amr Bin Hisyam terhadap Rosulullah Muhammad Solallahu Alaihi Wa Sallam. Sehingga aku dikeluarkan dari surga oleh orang-orang di sekelilingku.

Saat setan-setan terbelenggu dan siksa kubur dihentikan, aku dengan rela hati memasuki pintu-pintu neraka dan tinggal di dalamnya minum es campur dan mengunyah ayam panggang. Sementara ahli surga mencibirku sambil membawa mushaf ke masjid.

"Rey antarkan tumpeng ke masjid. Hari ini di sana memperingati nuzulul Quran," ujar mbah putri.

"Ah ! males mbah putri. Kenapa sih harus repot-repot buat tumpeng juga. Kalau mau hataman ya hataman saja."

"Kamu ini puasa tidak pernah, tadarus juga males. Sampai kapan kamu terus-terusan kayak gini?"

"Mereka tadarus dapat apa sih? Ngerti yang dibaca juga tidak. Habis hataman pulang cuma bawa nasi dan lauk satu takir. Puasa, menahan diri dari hawa nafsu katanya. Setelah puasa makan sampai gak  ingat kalau mereka manusia. Saya heran Allah yang katanya Tuhan umat islam itu siapa sih kok buat aturan aneh-aneh."

"Dasar anak bengal! ya sudah kalau gak mau nganterin tidak usah ngomong yang aneh-aneh. Astagfirullahaladzim!" Nampak mbah putri teramat kesal.

Aku melangkah ke surau menemui mbah kakung. Nampak beliau sedang asyik memainkan biji tasbih. Seperti biasa aku enggan mengganggunya.

"Ada apa lagi kok ribut-ribut Rey?"

"Mbah, Allah yang dipertuhankan orang-orang itu siapa sih?"

"Terus menurutmu sendiri bagaimana?"

"Allah tuhannya orang yang mengaku islam itu kurang kerjaan dan terlalu banyak aturan. Orang harus sholat, zakat, puasa dan haji. Di bulan yang seperti ini juga firmannya banyak dibaca. Tapi bisa jadi Allah itu hanya istilah untuk menakut-nakuti manusia, mengancam, mendiskriminasi, memberikan janji-janji yang bertujuan untuk menguasai sesama manusia. Kok ada ya Tuhan yang senang melihat manusia puasa, hataman Quran sebulan berkali-kali. Dia itu Tuhan atau manusia sih yang suasana hatinya dapat dipengaruhi keadaan di sekelilingnya? Quran itu katanya firman Tuhan, tapi kok hanya segitu banyaknya bahkan sebulan hatam firman Tuhan bisa berkali-kali?

Mbah hanya tersenyum melihatku. "Kamu memang seperti bani Israil. Saya tidak heran kalau Allah menghendaki kamu bertemu Rosulullah Musa Alaihissalam meskipun hanya dalam mimpi.
Baiklah sekarang antarkan tumpeng itu ke masjid, kasian mbah putri sudah capek-capek masak tapi nanti tidak ada yang makan. Sepulang dari masjid nanti akan saya kisahkan tentang Rosulullah Musa Alaihissalam sebelum menghadap Fir'aun."

"Baik Mbah, tapi nanti saya juga mahu bertanya tentang Rosulullah Musa dan laut merah yang terbelah. Itu mukjizat atau dongeng atau ada penjelasan lain kok mirip dengan kisah Sri Kresna dalam pewayangan?"

"Rey, mbah tahu engkau gelisah dan itu sangat wajar. Engkau menjadi pemberontak akidah bukan tanpa alasan. Engkau sengaja tidak sholat, enggan puasa dan rajin maksiat itu tidak diragukan lagi. Cukup hatimu saja yang meraba-raba kekhilafan itu.

Ketika Rosulullah Mabuk BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang