Halo selamat siang
Apa kabar??Sudah siap membaca kisah cerita tentang Alfaska??
Sudah??
Scrooll terus aja kebawah...
Selamat membaca :))
Kalo ada typo dan kata kurang pas tinggal komen aja....
Minggu, 12 November
07. 15 WIBDrapp
Drapp
Brukk
"Astagfirullah!! Bunda kenapa gak bangunin Alfa!" teriak Alfa yang baru saja bangun tidur langsung mandi dan turun kebawah untuk sarapan.
"Allahuakbar!! ALFA KAMU NGAGETIN BUNDA!!" Balas Bunda Yova sembari berjalan kearah Alfa yang sedang mengambil sarapan paginya. Bunda Yova menatap bingung kearah putranya. Bukankah hari ini hari Minggu kenapa putranya menggunakan seragam osis?
"Bun, kok gak bangunin Alfa? Bentar lagi masuk. Alfa telat sekolah terus dihukum gak boleh masuk terus Alfa di skor gimana bun?" pertanyaan beruntun yang dilontarkan Alfa membuat Bunda Yova memukul pelan kepala Alfa dengan sendok sayur.
"Emang hari ini Alfa sekolah?"
"Iya bun, hari ini hari Senin hari yang paling Alfa nantikan untuk menyambut kuis dari guru sejarah Indonesia tercinta." jawab Alfa sambil menyuap sesendok nasi dan sayur kedalam mulutnya.
"Yakin hari ini hari Senin?" tanya Bunda Yova memancing Alfa dengan tujuan agar Alfa ingat hari.
"Yakin bun." jawab Alfa semangat tapi kemudian semangatnya pudar diganti dengan rasa kesal saat sang bunda memberitahu kalau hari ini adalah hari Minggu.
"Yakkk!! YANUARR!!! VINOO!!!" teriak Alfa kemudian bangkit dari duduknya kemudian berlari menuju kearah kedua adiknya yang ada di perpustakaan di lantai 2.
Disisi lain....
"Hachiimmm.."
Bersin seorang anak laki-laki saat sedang membaca buku. Anak itu adalah Vino sing bungsu Djenendra bersaudara."Bang Nuar, kok perasaan adek gak enak." ucapnya sembari mengelus leher belakangnya.
"Sama, abang juga ngerasa kek mau ada bahaya." balas Yanuar sembari menutup kamus bahasa Indonesia.
Keduanya dilanda keheningan hingga kemudian dobrakak pintu perpustakaan mengagetkan keduanya.
Brakkkk
Dengan gerakan pelan keduanya menatap ke arah pintu kemudian meneguk ludah kasar. Mereka berdua berdiri dari duduknya kemudian berjalan mundur hingga menabrak dinding perpustakaan.
"Yanuar, Vino, adik abang tercinta." panggil Alfa dengan senyum manisnya tapi, bagi Yanuar dan Vino itu senyum mematikan.
"Kenapa bohongi abang?" tanya Alfa penuh selidik menatap kedua adiknya tajam. Yanuar dan Vino hanya menunduk, menatap lantai.
"Kalian punya mulutkan? Bisa berbicarak kan." Yanuar dan Vino mengangguk kemudian dengan perlahan menatap Alfa yang bersender di salah satu rak buku dengan bersilang tangan di dada.
'Segitu menakutkan kah gue?' batin Alfa menatap kedua adiknya yang kini menatap dirinya.
"Abang dibangunin gak bangun." ucap Yanuar
"Terus??"
"Terus kita kerjain abang biar abang bangun." balas Vino dengan tampang polosnya. Tapi dalam hati dia sedang ketakutan karena jika bang Alfa maras sangat memakutkan menurut Vino karena dia sering membuat abang sulungnya marah tapi dia tidak pernah jera.
Alfa menghembuskan nafasnya kasar kemudian berjalan mendekati kedua adiknya yang membuat mereka menunduka takut.
Plukk
Kedua tangan Alfa mengelus pelan punda kedua adiknya kemudian mengacak rambut mereka bergantian.
"Lain kali jangan kayak gitu lagi, kalo abang susah dibangunin tinggal bilang aja ke bunda atau gak ya dekatin alarm ke telinga abang, oke?"
"OKE bang." sahut Yanuar dan Vino bersamaan.
"Yaudah sana lanjut belajarnya, abang mau ganti baju terus ke sawah nganter makan buat papa."
Alfa pergi meninggalkan kedua adiknya yang mengelus dada mereka merasa lega abang tertuanya tidak marah."Mood abang lagi baik ya? Tumben gak marah." tutur Vino membuat Yanuar menjitak kepala sang adik tersayang.
"Jangan keras-keras ngomongnya nanti abang denger kena bogem baru tau rasa kau dek." Yanuar menatap sinis adiknya yang mengelus kepalanya. Ia kemudian melanjutkan belajarnya meninggalkan Vino yang meringis sembari mengelus kepalanya.
"Kok saya dijitak? Wah perlu diaduin ke bunda ini biar bisa trending topik. Tapi gak jadi deng takut besok gak dibeliin seblak. " gumam Vino kemudian melangkah ke arah rak buku untuk mengambil buku baru lagi.
Sawah bapak Yama
Seorang remaja disalah satu sepetak sawah terlihat sedang membantu paruh baya menanam padi. Jika kalian menebak remaja itu Alfaska maka jawabannya benar!!
Alfaska membantu papanya menanam padi, walau niat awalnya hanya mengirim makanan tapi melihat sang papa yang nampak kelahan Alfaskan memilih membantu papanya menanam pagi agar papanya tidak terlalu kelelahan.
"Eh Nak Aska, uwis sui ra tau ketemu. Malah uwis bujang, sekolah neng ndi saiki? SMA opo SMK?" tanya seorang ibu-ibu yang kebetulan menanam pagi di samping dirinya. (Eh Nak Aska, sudah lama tidak pernah ketemu. Malah sudah remaja, sekolah dimana saat ini? SMA apa SMK?)
"Loh, ibuke Nando. Aska saiki sekolah neng SMA buk, jurusan IPS. Pripun kabare ibuk?" balas Aska sembari menghentikan kegiatannya sejenak. (Loh, ibunya Nando. Aska sekarang Sekolah di SMA bu, jurusan IPS)
"Alhamdullilah sehat As, yo wis ibuk lanjut nenem pari sit yo." pamit Ibu-ibu itu kemudian melanjutkan menanam padinya.
(Alhamdullilah sehat As, ya sudah ibuk lanjut menanam padi dulu ya.)"Iyo bu, monggoh." balas Alfa kemudian ikut melanjutkan menanam padinya. Karena tinggal sedikit Alfa memutuskan untuk menyelesaikannya langsung dari pada nanti matahari makin terik. (Iya bu, silahkan.)
Selesai menanam padi Alfa mencuci kaki serta tangannya di irigasi sawah, setelah itu menghampiri papanya yang sedang memakan bekal yang tadi Alfa bawa.
"Pa, Alfa besok pengin beli bibit cabe yang udah tumbuh boleh gak?" tanya Alfa saat matanya menatap pohon cabe di sawah milik papanya sudah tidak ada.
"Besok Senin kamu sekolah, mending daripada kamu beli bibit cabe mending beli biji kangkung aja yang sudah jelas beberapa minggu bisa dipanen dari pada beli bibit cabe nunggu cabenya muncul kan lama." balas papa Yama setelah selesai makan. Yama menyarankan seperti itu karena dia memikirkan bibit pohon cabe harganya lebih mahal dari pada biji kangkung, sedangkan anaknya membeli menggunakan uang tabungannya sendiri tanpa meminta dari dirinya atau istrinya.
"Hm...oke. Besok abang beli biji kangkung saja." ucap Alfa kemudian mengambil tempe goreng yang ada di depannya. Alfa adalah pecinta tempe, dia sangat-sangat menyukai tempe karena menuturnya itu sangat enak. Dan tiada hari tanpa tempe untuk seorang Yenendra Alfaska Djenendra.
.
.
.
.
.
.
.Segini panjangnya cukupkan???
Masih kurang panjang??Segini udah termasuk panjang, capek ngetik segini panjangnya.
Oke cukup sampai part ini dulu jangan lupa tinggalin jejak dengan cara Klik bintang di pojok kiri dan komen di sebelah bintang
Babayyy salam sehat dari Ara :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfaska
Teen FictionAlfaska remaja dengan segala tingkah dan kesabarannya menjalani kehidupannya. Ini adalah kisah tentang Alfaska remaja yang punya mimpi dan cita-cita yang besar. Akankah dia bisa menggapai mimpi dan cita-citanya jika dirinya mengalami keputus asaan d...