19. Sebelum Sekolah Dimulai

1.5K 208 37
                                    

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Rys?"

Erica menatap sang suami dengan pandangan cemas. Tangannya senantiasa menggenggam tangan sang putri asuh yang terkulai lemas di atas ranjang. Wajah pucat Rys membuat semua orang dewasa yang ada di sana dilanda kekhawatiran lebih.

Severus menghela napas. Ia menggeleng dengan wajah datar walau kecemasan tak bisa ditutupi dari wajahnya. "Aku tidak tahu. Tubuhnya sehat, tidak ada yang salah."

"Lalu kenapa dia tidak bangun, Sev?!"

Mata hitam Severus melirik pada sang istri. Mata sang Lady Prince tergenang oleh air mata. "Tenangkan dirimu. Rys pasti akan bangun." Severus bangun dari duduknya dan meraih pinggang istrinya, membawa tubuh ramping berbalut gaun biru tua itu ke pelukannya.

Erica hanya mampu meneteskan air mata dalam diam. Ia sudah terlalu jatuh sayang pada kedua Kembar Potter yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Terlebih Leandra Potter adalah sahabat dekatnya selain Alice Longbottom dan Amelia Black nee Bones.

Pintu kamar terbuka dan masuk seorang wanita dengan rambut merah. Mata hijaunya bersinar teduh.

"Severus, bagaimana keadaannya?"

Suara wanita itu lembut dan tegas di saat bersamaan. Dialah Qamra Drea Chrystal, saudara kembar identik Leandra Chrystal sekaligus istri dari Regulus Black. Wanita itu memiliki rupa yang sangat mirip dengan Leandra, hanya sifat mereka yang berbeda. Jika Lea adalah sosok Gryffindor yang berapi-api maka Qamra adalah sosok penyihir yang penuh ketenangan.

Severus melepaskan pelukannya pada Erica. Mata hitamnya menatap datar Qamra yang saat ini berjalan menuju ke arah Rys. Sang Lady Chrystal duduk di tepi ranjang dan tangan kanannya mengusap dahi sang keponakan penuh kelembutan.

"Keadaannya sudah stabil, hanya ia belum mau membuka mata."

Qamra mengangguk paham. Ia menutup mata sejenak. Tak lama mata zamrud itu terbuka dalam sentakan keras. Ia menoleh ke arah Severus yang mengerutkan kening, juga Erica yang menatapnya khawatir.

Sudut bibir Qamra tertarik. Mata hijaunya berbinar, mengingatkan Severus pada binar kedua Kembar Potter. "Rys mendapatkan berkah dari Lady Magic." Terdengar suara napas tercekat tapi Qamra malah menatap wajah tertidur Rys penuh kasih. "Ia akan membawa perubahan besar. Lady Magic mendukung apa yang diperjuangkan oleh mereka. Oleh para anak-anak favoritnya."

Saat kalimat terakhir itu keluar dari mulut Lady Chrystal, suasana terasa berbeda. Severus dan Erica bisa merasakannya, sebuah magis besar yang melingkupi kamar itu dalam ketenangan.

"Salam dariku untuk kalian yang berjuang."

***

Ujung jubah hijau dengan sulaman perak itu menyapu lantai marmer hitam Peverell Manor. Langkah sang pemimpin Slytherin berhenti di depan jendela besar yang menampakkan pemandangan Hutan Kegelapan. Di kejauhan, terlihat bayangan tinggi kastel Hogwarts yang tak pernah hilang kemegahannya bahkan setelah satu milenium berjalan.

Sorot kelabu yang tajam bahkan tak mampu menyembunyikan aura bijak yang tak semua penyihir miliki. Salazar Slytherin yang terkenal akan kekejamannya tak lain adalah seorang penyihir yang menginginkan Dunia Sihir menjadi lebih baik.

"Apa sebegitu rindunya kau dengan Hogwarts, Sal?"

Salazar menoleh. Mata kelabu bertemu dengan mata cokelat pendiri asrama singa. Godric berjalan mendekati sang sahabat dengan langkah tegas nan pasti. Mereka berdua berdiri bersisian, memandang bayangan Hogwarts yang mulai mengabur sihirnya.

Salazar mendengkus. "Bukankah kau juga begitu?" Nada sindiran tak bisa ditutupi. "Tapi aku tidak akan ke sana sebelum semua masalah menjijikkan ini selesai."

The Heir and Heiress of HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang