23. Berkunjung

435 92 38
                                    

Jam menunjukan pukul 1 dini hari. Gadis itu masih terjaga, matanya seolah tidak mau terpejam.

Anna turun dari kasurnya, ia memilih untuk keluar kamar. Siapa tahu dengan ia berjalan-jalan sedikit, membuat dirinya mengantuk.

Di ruang tamu, ada Farhan, Fiki dan Gilang yang sedang tertidur. Rumahnya terlihat begitu berantakan oleh ketiganya.

Tak mau ambil pusing, Anna melewati mereka begitu saja. Gadis itu keluar rumah, memeluk tubuhnya sendiri, merasakan dinginnya malam.

Ia duduk di teras rumahnya, menatap bintang-bintang yang begitu terang di langit.

"Bintangnya indah bukan?" Sebuah jaket menyelimuti tubuh Anna. Refleks gadis itu menoleh, membuat wajahnya keduanya begitu dekat.

"Tapi malam ini, kamu mengalahkan keindahan bintang itu, An. Sampai Bintang itu pun merasa malu melihatmu keluar," ucapnya begitu lembut.

Anna tertegun, terpesona dengan lelaki di hadapannya. Mata yang begitu indah, hidung mancung, membuat wajah lelaki itu terlihat sempurna.

"Aku sayang kamu, An. Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu. Sikapku tadi, karena aku terlalu takut kehilangan kamu."

Kedua bola mata itu saling bertemu, seolah saling mengungkapkan perasaannya.

"Maafin aku, An. Aku mohon, jangan tinggalin aku. Aku bakal memperbaiki semuanya." Air mata menetes di pipi lelaki tersebut.

Anna hanya diam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Ini pertama kalinya ia melihat Fenly, kekasihnya menangis di hadapannya.

"Aku takut kamu pergi, An. Aku pengen kita bersama sampai tua nanti," ucapnya mengeluarkan isi hatinya,

"aku mohon, maafkan aku."

Anna menarik tubuh Fenly ke dalam pelukannya, membiarkan lelaki itu menangis sepuasnya.

"Aku bingung, Fen. Jujur, aku kecewa banget sama perlakuan kamu tadi. Aku pengen marah sama kamu, tapi aku juga nggak bisa marah sama kamu," jelas Anna.

Tangan Anna mulai bergerak, mengelus punggung Fenly.

"Aku juga sayang kamu, Fen. Aku nggak bakal tinggalin kamu," ucap Anna, "udah ya nangisnya, aku udah maafin kamu kok. "

Fenly melepas pelukannya, menatap wajah Anna begitu lekat. Tangan Anna memegang wajah Fenly, menghapus air mata lelaki tersebut.

"Aku janji, aku nggak bakal tinggalin kamu, An."

Anna menggelengkan kepalanya. "Jangan berjanji dengan hal yang belum pasti, Fen," ucap Anna,

"kita nggak pernah tahu, apa yang bakal terjadi selanjutnya. Apalagi kita cuma manusia biasa, Fen. Apapun yang akan terjadi nanti, itu udah kehendak Tuhan."

Dadanya mendadak terasa sesak. Pikirannya kembali pada ucapan Rasyid tempo hari. Anna tidak bisa melepaskan Fenly, bagaiamanapun lelaki itu telah berjuang untuknya.

"Please, jangan pernah pergi," pinta Fenly kembali memeluk tubuh Anna.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang