Dipersembahkan untuk sasxchia-
"Coklat yang paling legend pokoknya!" Komentar Gopal sambil menyodorkan pop ice coklatnya.
"Lebih enak bubble gum lah!" Komentar Fang sambil menyodorkan pop ice bubble gumnya.
"Ck, dasar landak ungu batu. Coba kita tanya pihak kedua. Woi, Taufan! Temen sepergilaanku!"
"Apaan?" Taufan menoleh.
"Menurut kamu enakan pop ice coklat ato bubble gum?" Tanya Gopal.
"Gimana ya ... Aku jarang minum pop ice sih. Lebih suka jasjus. Tapi kalo harus milih ...." Taufan memegang dagunya mulai berpikir. Tak lama kemudian ia kembali menatap Gopal. "Aku pilih bubble gum aja deh."
"Apa?!" Gopal menatap Taufan tak percaya.
"Yes!" Fang mengayunkan kepalan tangannya tanda puas kemudian mengusak rambutnya dengan penuh gaya. "Seleraku emang tinggi."
"Teganya kamu ngekhianatin aku, Taufan! Dimana enaknya rasa permen karet susu gitu?! Eneg mah iya!" Gopal tidak terima.
"Aku juga belum pernah nyobain sih. Aku milih itu karena ngingetin aku sama seseorang aja." Taufan mendudukkan dirinya di meja dengan santainya.
"Makanya nyobain dong biar like." Fang mendekati Taufan. "Btw emangnya siapa orang itu?"
"Ice." Jawab Taufan kemudian ia mengambil pop ice milik Fang dan memandanginya. "Dia itu tenang kayak air mengalir. Tapi kadang-kadang manja juga. Tiap dia nempel-nempel ke aku kayak permen karet. Entah minta aku bikinin kue buat dia ato jadi bantal dia ... Menurut aku itu sisi manisnya dia."
Sruup
Taufan iseng-iseng mencoba pop ice milik Fang. Setelah menyeruputnya senyumnya mengembang.
"Ternyata rasanya emang ngingetin aku sama dia. Semanis kelakuan dia." Taufan merogoh sakunya. "Oh, masih ada. Aku bisa beli berarti."
"Huh, dasar pengkhianat. Fang!" Gopal menunjuk Fang dengan geram. "Pertarungan kita masih belum selesai. Besok aku pasti bakal menang! Liat aja nanti! Aku bakal buktiin ke kamu bahwa pop ice coklat is justice!" Kemudian pergi meninggalkan mereka.
🍓
Pada hari sabtu ketujuh bersaudara itu termasuk Taufan pergi ke kolam renang. Sebelum membeli tiket mereka membeli makanan dan minuman dulu di luar.
"Oke, makanan udah beli ya. Nah, tinggal minum nih. Kalian mau minum apa?" Tanya Gempa.
"Pop ice coklat!" Jawab Blaze.
"Pop ice bubble gum." Jawab Taufan.
"Aku juga mau ah. Mango mango~" Jawab Thorn.
"Kalo gitu aku yoghurt strawberry." Jawab Solar.
"Aku coklat aja." Jawab Halilintar.
"Ah, Halii~ Emang sohibku." Blaze merangkul Halilintar sumringah sedangkan Halilintar hanya memutar bola matanya dengan wajah tidak nyaman.
"Aku vanilla blue ya." Jawab Ice.
"Lho. Tumben, Ice. Biasanya kamu beli yang melon." Timpal Solar.
"Sekarang aku suka yang vanilla blue." Ice tersenyum tipis kemudian menatap Gempa. "Btw kamu nggak mesen, Gempa?"
"Iya ya, hahaha. Lupa aku sampean." Gempa menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku yang grape."
🍓
Setelah berenang sekitar 1 jam mereka beristirahat sambil ngemil dan mengobrol.
"Kalian kapan pacarannya sih? Minumnya kapelan mulu tapi kapelan benerannya belum." Komentar Solar sambil melihat Blaze dan Halilintar bergantian.
"Setuju." Timpal Taufan.
"Aduh. Tengkyu banget supportnya, Solar. Aku bakal berusaha lebih getol lagi." Blaze memeluk Halilintar. "Ya kan, sayang?"
"Lepasin, sialan." Halilintar berusaha melepaskan diri tapi tidak bisa karena pelukan Blaze begitu erat.
"Nggak mau." Tolak Blaze.
"Kalian juga cocok lho btw." Komentar Solar sambil melihat Taufan dan Ice bergantian.
"Hari ini minumnya kapelan ya." Gempa tersenyum geli melihat mereka.
"Biru biru~" Komentar Thorn.
"Iya juga ya. Kalo ditinggal posisi berjajar bakal ketuker nih. Haha." Taufan melihat pop icenya dan pop ice milik Ice bergantian.
"Tapi hatinya nggak bakal ketuker ya." Ledek Blaze.
"Oooh~ Tentu saja nggak." Taufan merangkul Ice.
Ice yang dirangkul di tengah obrolan yang menjurus pada dirinya dan Taufan hanya menunduk dengan wajah memerah.
Ia tahu Taufan merangkulnya dengan berkata seperti itu untuk mengikuti candaan Blaze saja tapi ia tetap senang.
Ia beralih menyukai pop ice vanilla blue bukan karena sekadar perubahan selera atau coba-coba saja.
"Dia itu tenang kayak air mengalir. Tapi kadang-kadang manja juga. Tiap dia nempel-nempel ke aku kayak permen karet. Entah minta aku bikinin kue buat dia ato jadi bantal dia ... Menurut aku itu sisi manisnya dia."
Selagi dirangkul Ice teringat pada perkataan Taufan waktu itu. Ya, ia mendengarnya saat mereka bertiga mengobrol.
Saat itu ia datang ke kelas mereka untuk mengembalikan spidol kelas yang terbawa oleh guru yang mengajar di kelasnya.
Mereka memang tidak menyadari kedatangannya tapi ia mendengar apa yang mereka bicarakan dengan jelas.
Setelah itu ia keluar dari kelas mereka tanpa mengatakan sepatah kata pun dengan semburat merah menghiasi wajahnya.
Pemikiran Taufan tentangnya telah meninggalkan kesan mendalam di hatinya. Setelah itu saat ia membeli pop ice rencengan pop ice vanilla blue mencuri perhatiannya dan ia mulai menyukainya.
"Aku ...." Ice melihat pop icenya kemudian menatap Taufan. "Suka pop ice ini karena ngingetin aku sama kamu juga, Taufan."
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom
أدب الهواةHanya beberapa cerita dengan kapal yang langka (pairing tidak dicantumkan di tag jadi setiap kemunculannya random) P.S: Maaf kalau ada kesalahan atau hal-hal yang tidak berkenan dari cerita ini. Terima kasih 🙏❤️