Wasiat Cinta
*
*
Bab VII
* *
Waktu Bersama
*
*
Aku menatap Mas Ali lekat dengan wajah tak habis pikir.
Tiba-tiba aku ingin tertawa namun Mas Ali lebih dulu menyela "gak usah ketawa kamu!" Ucapnya.
Aku langsung merapatkan mulutku lalu berkata "dimana kecoanya?" Tanyaku santai lalu membalikan selimut.
"Disana! Mending kamu menjauh dari ranjang, saya akan telpon pemadam kebakaran sekarang" ujar Mas Ali meraup ponselnya yang ada dimeja.
Aku melotot, "ngapain?!" Tanyaku tak santai.
"Untuk ngusir kecoalah, masa ngusir kamu!" Jawabnya ngegas.
Dan aku tak bisa menahan tawa lagi, ruangan ini penuh dengan gelak tawaku sambil menatap Mas Ali.
"Bhahahaha... Malu sama otot atuh, Mas" ucapku.
Tiba-tiba kecoa yang tadi dibicarakan muncul sambil mengapung kearah Mas Ali
"Kinanti-!!!" Jeritnya lalu berlari kearahku.
Dia berdiri dibelakangku, serius?!
Sebegitu takutkah?"Saya udah bilang jangan ketawa" sarkasnya memeluk pundakku dari arah belakang.
"O-oke oke" jawabku disela tawa.
Setelah itu aku menggunakan alat pel yang ada ditanganku untuk menangkap kecoa itu.
Praakk
Dapat-!
Aku lalu membuang keceoa yang sudah mati itu ketong sampah dekat pintu.
Ngomong-ngomong, Mas Ali masih bergelayutan dibelakangku ini.
Aku menatapnya sambil berkata, "udah mati kecoanya, masih mau nelpon pemadam kebakaran?" Tanyaku sambil terkekeh.Ia melepaskan pelukan itu lalu mendelik kearahku, "gak jadi!" Jawabnya sarkas lalu keluar dari kamar setelah melepar handuk yang sejak tadi ia genggam.
Aku pun tertawa keras lagi setelah dia pergi.
Ya ampun, ada-ada saja Pak tua itu-!
Upsss-!
Terdengar suara pintu dibuka, "kalo saya denger kamu masih ketawa, saya akan upload video cctv kamu disosmed" Aku langsung menghentikan tawaku seketika.
"Eh? Gak gitu Mas, ak— "
Dia kembali menutup pintunya lalu pergi sebelum aku selesai berbicara.
Oke, mari berhenti tertawa atau video memalukan yang belum pernah aku lihat itu di sebar luaskan oleh Mas Ali.
*
*
Aku di ajak Mas Ali keluar, katanya jalan-jalan supaya aku tidak jenuh dirumah terus.
Padahal jika aku ingin, aku bisa keluar sendiri. Bukan karena tidak hafal jalan tapi aku terlalu malas untuk pergi.
Mungkin nanti, jika aku sudah tinggal lama disini aku bisa berjalan-jalan sendiri selagi Mas Ali sibuk berkerja.
Aku juga merindukan suasana Bandung setelah sekian lama meninggalkan kota ini.Aku menatap Mas Ali yang tengah fokus menyetir.
Sebenarnya aku ingin meminta maaf soal tadi pagi yang menertawakannya, tapi aku masih belum berani menatapnya lama setelah tadi ia mengancam tentang video cctv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Cinta
Любовные романыWARNING (21+) Ini cerita dari Kinanti Azhira, gadis cantik dari kampung bisayang harus rela dinikahkan di usianya yang baru minginjak angka 20. Memiliki orang tua yang sudah tua dan semua kakaknya sudah berkeluarga, Mama Sarni dan Bapak Adi mengin...