Kapal pesiar itu telah berlabuh, dengan langkah berat namun harus ia tahan tengah Cassandra lakukan, ucapannya harus terbukti, jika dirinya akan selalu baik-baik saja setelah keluar dari kapal ini, setiap langkahnya akan menjadi penghapus kejadian malam itu dan membuangnya sejauh mungkin.
Ia tak boleh menyusahkan oranglain, Cassandra menghirup kembali udara luar, kedua kakinya kembali melangkah sempat sesaat ia menoleh ke arah belakang dan maniknya tanpa sengaja menangkap pria berjas hitam memakai kacamata itu melangkah dengan gagah, Cassandra bergeming di tempat melihat pria itu untuk terakhir kalinya.
"Semoga kamu baik-baik saja," ucap Cassandra pelan lalu tubuhnya kembali berbalik untuk melangkah, ya momen kali ini adalah pertemuannya yang terakhir dan Cassandra akan selalu berharap takkan ada pertemuan kedua.
Cassandra melangkah sebari menggeret koper miliknya dan tersadar akan keberadaan Miran, setelah kejadian mengecewakan itu, Miran pergi dengan tiba-tiba, "Aku harus menghubungi Miran."
Niat awalnya adalah menjelaskan permasalah yang berbelit ini dengan segera, namun setelah Cassandra mencoba menghubungi Miran berulang kali justru suara operator yang menjawab, apa kesalahannya kali ini begitu patal?
"Bisakah kita berbicara?" Cassandra memutuskan untuk mengirimkan pesan suara, berharap jika nomer ponsel milik Miran secepatnya mampu ia hubungi.
Kegelisahannya terhenyak oleh suara kendaraan bus berhenti tepat di hadapan Cassandra yang memang tengah menunggu bus di Halte, wanita itu kembali menggeret kopernya dan masuk dengan segera.
Di lain tempat, di sebuah mansion mewah Kevin masuk dengan langkah lelahnya, padahal ia telah melakukan liburan tapi tubuhnya terasa seperti sehabis lembur bekerja. "Felix, kamu beristirahat sejenak."
"Baik bos."
Kevin berlalu untuk masuk kembali ke salah satu ruangan, dan ia memeluk hangat seorang wanita paruh baya yang tengah terduduk santai, "Nenek?"
Pria itu luruh dalam pelukan wanita yang sebelumnya ia panggil nenek, "Maafkan cucumu ini, nek."
Wanita paruh baya itu menangkup kedua pipi Kevin, "Apa Valerie buat masalah lagi?"
Kevin menggeleng, ia tak bisa membohongi wanita yang ia sayangi, ia berusaha untuk tetap berpikiran jernih. Ia harus berkata jujur tentang perbuatannya dikapal pesiar, "Kevin ingin berkata jujur, nek."
Wanita itu meletakkan buku bacaannya, ia menarik lembut kedua tangan Kevin dan menyuruhnya untuk duduk disampingnya. "Apa ada masalah serius?"
Kevin menatap lekat manik sang nenek, "Aku, meniduri seorang gadis untuk pertama kalinya."
"APAAAA?" sang nenek segera memberikan pukulan ringan sebari terkekeh, "Pertama kalinya kau bilang?" Ia segera menggeleng sebari terkekeh, ada-ada saja tingkah konyol cucu satu-satunya ini.
"Kamu itu seorang pria brengsek dan bajingan, mana ada melakukan hal itu pertama kali?"
Pria itu merasa sangat malu, bahkan untuk urusan ranjangnyapun wanita paruh baya ini sampai hapal betul, "Nek, bukan Kevin. Tapi gadis yang kevin tiduri baru pertama kali melakukannya."
"Sudah nenek duga, pasti gadis itu yang pertama kali bukan pria sepertimu." Setelah mengatakannya, sang nenek diam sejenak, "Kamu hatus bertanggung jawab, DASAR BODOH!"
"Gadis itu pasti akan mengandung keturunan kita, ini berita bagus. Nenek akan persiapkan semuanya."
Kevin mencekal pergelangannya, "Nenek mau kemana? Persiapan apa yang nenek maksud?" Kevin merasa cukup bingung, pasalnya ia tak berniat untuk melakukan pesta, apalagi bersangkutan dengan Valerie. Hanya mengingat namanya saja sudah sangat memuakkan.
Wanita paruh baya itu kembali duduk ditempatnya, ia menepuk-nepuk pundak cucu kesayangannya itu lalu mulai membicarakan maksud dari ucapannya sebelumnya, "Dia dari keluarga mana? Perusahaan apa? Biar nenek datang untuk melamarnya."
"Tenang, nenek akan mengurus semuanya dengan sangat baik, kamu hanya duduk manis dan menikmati pesta specialmu."
Tunggu! Jangan bilang? Kevin segera menggeleng cepat, "Apa yang nenek maksud melamar gadis yang Kevin tiduri dikapal itu,"
Dia mengangguk.
Skakmat! Kevin merasa semakin gusar, bukankah wanita itu menolak untuk menerimanya bertanggung jawab. "Aku tidak akan menikah, nek."
"Kamu harus bertanggung jawab, seorang pria harus tegas! Mana bisa kamu seenaknya begitu? Habis manis sepah dibuang."
"Tapi, gadis itu yang menolak untuk Kevin bertanggung jawab." Aku Kevin untuk berusaha meyakinkan Neneknya mengurungkan niat.
Sang nenek nampak menelaah dan melihat ekspresi yang Kevin berikan, "Pasti kamu mengancamnya bukan?" Sang nenek bersidekap, "Kenapa kamu melakukan hal rendah seperti itu? Kamu mengancamnya dengan uang? Menghancurkan perusahaan keluarganya? Atau akan membunuh keluarga mereka?"
"Waahh, Nenek merasa sangat kecewa kepadmu Kevin!!" Sang nenek berniat kembali untuk beranjak, dan menetralkan kekesalan yang tengah ia rasakan.
"Gadis itu yang menolaknya, Kevin tidak melakukan apapun, apalagi sampai harus mengancam, kecuali di dunia bisnis." Kevin menengadahkan pandangannya, "Gadis itu berbeda nek, dia sangat sederhana dan pikirannya begitu polos. Cucumu ini memang benar brengsek." Setelah mengucapkannya, Kevin tertunduk.
"Kevin bertanya, jika dia hamil bagaimana? Apakah dia akan menanggungnya sendiri?"
"Dia tetap menolak, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kami hanya melakukannya sekali, padahal Kevin ingat betul mengelurkan kecebong-kecebong penerus Kevin lebih dari tiga kali, Nek." Kevin tetus menggeleng sebari terkekeh, bisa-bisanya ia merasa lucu ketika membicarakan aibnya sendiri.
Sang nenek hanya mampu menghela napas panjang, "Dasar cucu laknat! Nenek yakin gadis itu akan hamil."
"Kevin juga berharap gadis itu hamil nek, dan Kevin tidak usah menikah dengan Valerie."
Kevin segera beranjak, ia baru mengingatnya kembali dan segera meluruskan permasalahannya dengan bibi Maura, ia tak ingin dianggap pria salah, jelas-jelas kesalahan Valeri waktu itu tak bisa termaafkan, "Kevin harus pergi sebentar, Nek."
Pria itu setengah berlari keluar ruangan dan menyambar kunci mobil miliknya yang ia letakkan sebelumnya diatas nakas, menghiraukan teriakan Felix yang sempat menyusulnya berlari.
Kevin segera menarik pedal gas dan melesat cepat membelah jalanan kota, ia mengendari mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi, masalahnya dengan Valerie harus ia selesaikan, ia memutuskan untuk membatalkan lamarannya dan tidak menikahi Valerie.
Ia merasa sudah sangat terpikat oleh kesederhanaan seorang Cassandra, ia merasa jatuh cinta pada pandangan pertama memang benar adanya, Kevin ingin mendapatkan gadis itu dengan berbagai cara, ia akan mengejar dan menyatakan perasaannya dengan sangat gamblang tanpa keraguan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED BY YOU
RomanceGadis polos bernama Cassandra atau kerap di panggil Caca itu melakukan sebuah perjalanan romantis di atas kapal pesiar bersama sang kekasih untuk berlibur romantis, Cassandra begitu mencintai sang kekasih. Namun, sebuah insiden menimpa Cassandra ket...