Kinara

12 2 0
                                    

Sepulangnya dari makan malam, Ajeng langsung mengambil ponsel untuk menghubungi sahabatanya, Kinara. Rencananya, Ajeng akan mengenalkan Kinara pada Abimayu. Siapa tahu, Abimayu bisa luluh pada pesona Kiara dan wanita itu bisa memperoleh kehidupan yang jauh lebih baik.

Setelah beberapa kali nada sambung, panggilan itu terjawab. Terdengar suara lembut Kinara.

"Halo, Ki?" sapa Ajeng.

"Halo, Jeng, ada apa?? Ach ... tunggu donk, Om Bram! Kiki lagi teleponan sama temen!" desah Kiara saat pria disampingnya tak mau diam saja, tangan jahilnya meremas benda kenyal milik Kinara dengan cepat.

"Lu sama siapa? Lagi BO, ya?" tanya Ajeng.

"Iya, nih, ada tas model baru di mall, gue pengen banget. Lo tahukan, pekerjaan gue apa? Kalau nggak BO, lima tahun juga tas itu enggak bakalan kebeli." Kinara tersenyum pada pria seumuran Ayahnya itu seakan meminta ijin untuk berbincang sebentar.

"Dasar gendeng!" Ajeng menimpuk Kinara dengan umpatan.

"Lo mau cerita apaan? Cepetan cerita, keburu Om Bram ngambek."

"Eh, tau nggak, gue tadi ketemu sama cowok ganteng, mapan, dan body-nya juga oke." Ajeng dengan antusias menceritakan tentang pertemuannya dengan Abi dan bagaimana rupanya yang rupawan. Abi benar-benar calon suami idaman, pria berkualitas tinggi.

"Terus? Pacar lo mau lo tukar tambah gitu?" Goda Kinara ketawa.

"Enggaklah, dodol!! Gue mau kenalin dia ke elo. Kali aja nyantol lo bisa jadi bini-nya. Lo kagak perlu buka paha lagi biar dapet duit, Sayang!!" Ajeng menyulut rokoknya, ia berjongkok di depan kamar kos-kosan.

"Ngaco aja, lo. Ngimpiin nikah, kenal aja enggak! Dasar!" Kinara lagi-lagi cuma bisa ketawa.

"Serius, Ki! Dia itu sama sekali belum pernah pacaran, masih perjaka ting-ting! Jadi lo bisa bayangin betapa cupu-nya dia tentang perasaan?! Nah, tinggal pinter-pinternta elo aja buat dapetin hatinya 'kan?!" Ajeng meniupkan asap rokok ke atas kepala.

"Serius lo? Pejaka?" Kinara melongo.

"Serius! Pokoknya besok lo gue kenalin dulu. Kalau lo nggak suka, nggak usah lanjut. Siapa tahu dia jalan lo buat berhenti ngakang ke sembarang pria nggak jelas!" tukas Ajeng. Sebagai sahabat dan teman satu SMA dulu, Ajeng memang memikirkan nasib sahabatnya yang semakin hari semakin suram dan tidak jelas.

Ibu Kinara sudah meninggal, Ayahnya suka bermain judi dan juga ringan tangan saat menghajar Kinara. Kinara harus bisa memperoleh uang untuk menghidupi sang ayah yang sudah tua dan pengangguran. Menutup hutang judi ayahnya yang menumpuk setinggi langit. Pekerjaannya sebagai SPG tidaklah cukup untuk menutup semua kebutuhan hidup: Wanita itu sampai rela jadi barang BO, mau tua, muda, jelek, ganteng, asal dapat uang semua dijalani oleh Kinara.

"Besok jam berapa?" tanyanya penasaran.

"Pas makan siang! Jam satu mungkin. Ga usah dandan menor! Yang penting cakep!" Ajeng terkekeh.

"Iya, iya. Udah ah, gue tutup. Keburu Om Bram ngambek!" Kinara mengecup ponselnya, "bye!"

Ajeng mendengus, "dasar gila!"

****❤️❤️❤️❤️****

Ayo di commen! Di vote!!
@dee.meliana —> igeh bro sis lur, tulung di follow ya.

After DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang