Dari Hanoi ke Vientiane menghabiskan waktu kurang lebih lima belas jam menggunakan jalur darat lewat tol. Tidak banyak berhenti karena mengejar waktu agar bisa tiba di Yunan minggu depan. Pemberhentian terlama terjadi di Nam Phao International Check Point, itu juga perihal visa dan mobil.
Konon katanya, memasuki Laos cukup menguras energi dikarenakan kendala bahasa dan juga beberapa overlander banyak mendapat pengalaman kurang mengenakan. Bahkan petugas border pun tidak terlalu fasih berbahasa Inggris. Sehingga untuk turis mancanegara pasti akan mengalami kesulitan, kebanyakan mereka hanya bisa bahasa lokal dan Mandarin saja.
Vientiane menjadi tujuan utama. Bertemu Vincent dan istrinya —Emma— keduanya merupakan kenalan Chandra ketika mereka melakukan overlanding ke Indonesia. Diperkenalkan lewat IMI (Ikatan Motor Indonesia) yang merupakan wadah bagi para overlander Indonesia untuk menjelajah dunia lewat kendaraan pribadi, khususnya mobil dan motor.
"Kita nginep jadinya di rumah temen kamu itu buat malem ini?" tanya Wendy memastikan semua anaknya duduk nyaman di kursi belakang, setelah selesai makan malam yang kelewat telat di sebuah restoran seafood. Mereka akan melanjutkan perjalanan menuju Ibu Kota Laos. Sekitar dua jam lagi mereka sampai.
Laos merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki laut. Itu disebabkan karena wilayahnya diapit oleh Cina, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Myanmar.
Chandra mengangguk tanpa terdistraksi, dia masih fokus mengeluarkan mobil dari parkiran.
"Tapi udah dikontak merekanya?"
"Udah, Bun," sahut Chandra sembari memerhatikan kaca spion samping mobil.
"Bentar deh ... kita gak jadi camping kalo nginep di mereka?" bingung Wendy, karena jadwal mereka ke Vientiane seketika berubah ketika Vincent menawarkan diri untuk menemani keluarga Chandra selama di Laos.
"Tetep jadi, Bun, tapi nginep di mereka dulu. Mereka mau ikut camping juga," Chandra menjawab santai.
"Terus jadwal yang udah tersusun diubah lagi?" tanya Wendy lagi. Tidak ada jadwal khusus sebenarnya, mereka hanya menyusun beberapa destinasi yang cukup populer untuk dijelajahi yang sewaktu-waktu bisa berubah sesuai kondisi lapangan. Keduanya sepakat untuk mengikuti situasi yang terjadi saja.
Chandra mengangguk di balik kemudi. Sejujurnya, ayah tiga kepala manusia ini cukup lelah. Perjalanan kali ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Belum lagi saat pengecekan kedatangan di perbatasan. Kalau bisa, Chandra ingin cepat meletakkan kepala di atas bantal.
Berjam-jam mengemudi apa lagi di waktu yang seharusnya digunakan istirahat sangat beresiko, mengantuk, lelah, juga kondisi jalan yang gelap dan cenderung off road melengkapi semuanya. Seperti yang dirasakan Chandra, makin lama makin lelah seluruh tubuhnya. Rasanya ingin merentangkan tubuh di atas kasur secepatnya. Padahal perjalanan jauh ini belum ada setengah dari rencana mereka.
"Mau tukeran nyetir, gak?" Wendy berinisiatif menggantikan Chandra. Wanita itu berubah seratus persen lebih peka dari biasanya. Langsung menangkap sinyal kelelahan dari Chandra.
Keluarga kecil itu telah menyiapkan dengan matang dan penuh perencanaan sebelum keberangkatan ke luar negeri. Termasuk dengan menyiapkan Wendy sebagai supir cadangan kalau-kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
Chandra menolak keras ide itu. Sampai detik ini, Chandra belum mengizinkan Wendy untuk mengemudi mobil mereka selelah apapun dirinya.
"Setengah jam lagi juga sampe kok, Bun," ucap Chandra menunjukkan maps pada sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Love
FanfictionThere is no sincerer love than the love of family. Chandra memiliki impian, keliling dunia bersama sang istri dan anak-anak lucu mereka. Hingga suatu hari setelah penantian sepuluh tahun, keluarga mereka mewujudkan mimpi itu. Bersama Wendy dan ketig...