Lust - (Durihali)

1.8K 88 8
                                        

"Kak Hali, sejak MOS aku selalu mikirin kakak. Aku ...." Duri mengepalkan tangannya menahan perasaannya yang semakin meluap seiring kata-kata yang terucap. "Bener-bener suka sama kakak. Jadi apa kakak mau pacaran sama aku?"

Itulah pernyataan cinta yang Halilintar terima dari adik kelasnya satu hari setelah MOS berakhir. Berawal dari perannya di kelas 7.4 sebagai PJ yang berakhir dengan hubungan sepasang kekasih dengan adik kelas yang dulu berada dalam tanggung jawabnya.

Sebagai pacarnya dan kakak kelasnya yang mengawasinya sejak MOS ia tahu bahwa Duri itu masih polos dan kekanak-kanakan. Ada kalanya hal itu mengganggunya mengingat bahwa ia berteman dengan Blaze yang terkenal dari kelas 7 sampai 9 sebagai bandar bokep dan pembuat onar.

Hingga pada suatu hari Duri yang mengantarnya pulang dengan motornya seperti biasa disuguhi hujan deras. Alhasil ia mengajak Duri untuk singgah di rumahnya sampai hujan reda. Sore yang dingin itu mereka luangkan dengan menonton film ditemani selimut yang membalut tubuh mereka serta semangkuk pop corn dan dua gelas coklat panas.

Saat sudah hampir mencapai akhir cerita Duri ingin ke toilet namun saat beranjak ia malah terpeleset selimut hingga membuatnya jatuh ke arah Halilintar. Agar tidak menimpa Halilintar ia segera berpegangan pada meja yang berada di belakang mereka namun alih-alih tidak menimpa Halilintar ia malah jadi memojokkan Halilintar.

Duri terbelalak. Halilintar juga kaget saat mendapati dirinya dipojokkan oleh Duri secara tidak langsung. Kini jarak mereka sudah hampir tidak ada lagi ditambah semburat merah yang menghiasi wajah mereka.

"Ma ... Maaf, aku kepeleset tadi."

"Ah, nggak apa-apa."

Saat melihat bibir Halilintar yang melontarkan kata demi kata dari jarak sedekat ini membuat Duri tergoda. Tatapannya meneduh seiring tangannya yang memegang pipi Halilintar kemudian menciumnya mesra.

Berpacaran dengan orang yang polos bukan berarti mereka tidak pernah melakukan skinship sama sekali. Mereka sudah sering melakukannya. Yang belum pernah mereka lakukan hanyalah seks.

Lumatan dan hisapan itu terus berlanjut hingga Halilintar terbelalak saat merasakan tangan Duri yang satu lagi menyusup ke bajunya kemudian ia mendorong Duri yang menyebabkan tautan bibir mereka terlepas.

"Dari mana kamu belajar hal kayak gini hah?! Siapa yang ngajarin kamu?!"

"Nggak, aku—"

"Apanya yang nggak?! Aku tahu pasti ada yang nyesatin kamu sampe ngelakuin hal nggak senonoh kayak gini! Oh, Blaze ya?"

"Nggak, kak. Dia nggak ada hubungannya sama sekali soal ini!"

"Nggak mungkin! Pasti dia kan! Temenan sama dia itu emang cuma bawa pengaruh buruk buat kamu! Makanya—"

"Cukup, kak!!" Duri mengguncangkan bahu Halilintar.

Cengkraman di bahunya dan tatapan tajam Duri membuat Halilintar terkesiap. Tak lama kemudian sorot mata Duri yang tajam mulai meredup seiring cengkramannya yang pelan-pelan terlepas.

"Kak." Duri menunduk. "Aku ini laki-laki juga."

"Duri ...." Hati Halilintar berdenyut nyeri melihat wajah Duri.

Ini pertama kalinya ia melihat Duri menunjukkan wajah seperti ini. Kepolosan dan keriangan yang terpancar dari wajahnya itu telah berubah menjadi keputusasaan.

"Blaze sama sekali nggak ada sangkut pautnya sama ini. Dia emang jahil dan mesum juga tapi aku seneng temenan sama dia. Kita ketawa, ngisengin, dan nangis bareng. Pertemanan kita itu berharga dan nggak ada seorang pun yang boleh ngerusaknya." Duri menatap Halilintar intens. "Sekarang aku mau tanya sama kakak."

"Kak, salahkah aku jika aku punya nafsu pada pacarku?"

Mata Halilintar membulat.

"Jika itu memang salah maafin aku, kak ... Tapi jangan nyalahin temenku cuma karena kakak nggak terima sama mauku."

"T ... Duri ...." Halilintar hendak menggenggam tangan Duri namun Duri malah berbalik dan melangkah pergi hingga membuat tangannya gagal meraih tangan Duri.

"Aku pulang dulu."

Halilintar ingin menghentikan Duri tapi ia merasa tidak memiliki kekuatan untuk menghentikannya hingga membuatnya hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca.

🍓

Keesokan harinya Duri tetap mengantar Halilintar pulang seperti biasa tapi hari ini mereka benar-benar canggung. Setelah Duri menjemput Halilintar di kelasnya ia yang belum memiliki niat untuk melakukan skinship lagi dengan Halilintar sejak kejadian kemarin tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh Halilintar yang kemudian membawanya pergi.

"Eh eh, kak. Mau kemana?" Duri menatap Halilintar yang berjalan di depannya sambil menggenggam tangannya heran.

"Toilet."

Begitulah jawaban Halilintar. Namun setibanya di toilet jika biasanya Duri menunggunya di luar kali ini Halilintar juga menyeretnya masuk. Setelah itu ia memojokkan Duri ke pintu.

"Ah ... Ada apa, kak? Kenapa kakak—" Wajah Duri memerah saat mendapati dirinya dipojokkan oleh Halilintar kemudian perkataannya menggantung oleh Halilintar yang tiba-tiba menghambur ke dadanya.

"Kamu nggak salah. Sebenernya nggak ada yang salah."

Tatapan Duri meneduh mendengar perkataan Halilintar. Ia pun memeluk Halilintar.

"Maaf ya, Duri." Halilintar meremat baju Duri.

"Nggak apa-apa, kak." Duri mengangkat kepala Halilintar hingga pandangan mereka bertemu kemudian kembali memeluknya. "Nggak apa-apa."

"Aku juga sebenernya nungguin kamu buat gerak." Halilintar membuka tiga kancing teratas Duri hingga dada Duri sedikit terekspos kemudian mengecup leher Duri hingga membuat Duri tersentak dengan wajah yang semakin memerah. "Jika kamu bener-bener mau ngelakuin itu denganku lakukanlah."

Duri yang telah mendapat lampu hijau dari Halilintar tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia langsung menggendong Halilintar dengan posisi berhadapan kemudian menempatkannya di wastafel. Namun saat ia hendak melancarkan aksi nakalnya tiba-tiba pintu salah satu bilik terbuka dan menampakkan seorang pemuda bermata oranye yang tengah cengar-cengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal melihat pemandangan yang cukup panas di depannya.

"B ... Blaze?!" Seru keduanya dengan tatapan tak percaya.

"Hehe. Hai, Duri. Hai, kak. Gini, aku ikhlas banget jadi penonton gratisan. Tapi 5 menit lagi ada seleksi buat lomba futsal. Jadi amat sangat terpaksa kudu skip dulu." Blaze berjalan melewati mereka kemudian membuka pintu dengan celah yang sangat minim lalu keluar dengan mulus. "Aku keluar dulu ya? Abis itu silakan kalo mau dilanjut." Setelah itu menutup pintu.

Usai kepergian Blaze Halilintar langsung menutupi wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus saking malunya. Di tengah rasa malu yang menguasainya Duri menggendong Halilintar hingga membuatnya sedikit tersentak.

"Aku nggak mau berakhir di sini aja, kak." Duri menggigit bibirnya kemudian menatap Halilintar intens. "Ayo lanjutin di rumahku."

Halilintar memalingkan pandangannya kemudian mengangguk pelan.

END

Blossom (BACA WALL SEBELUM REQUEST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang