Sebuah rumah di Desa Hakobera, 15 km dari Pegunungan Dokudami
"Bibi Emi, bagaimana kondisi Ibu?" tanya Nazuna, anak laki -laki berusia 10 tahun.
"Kelihatannya kondisi Ibu memburuk," cicit Suzuna, anak perempuan berusia 10 tahun, sekaligus adik kembar Nazuna.
"..." Bibi Emi, tabib Desa Hakobera tidak menjawab. Ia sibuk memeriksa kesehatan Seri -Ibu dari si kembar, Nazu dan Suzu- dengan seksama.
"Bibi," panggil Nazuna lagi.
Mata anak itu menatap pada peluh yang terus bercucuran dari pelipis Seri. Sedangkan Suzuna, yang duduk tepat disamping Nazuna mulai berkaca -kaca.
"Jangan tinggalkan kami, Ibu," isak Suzuna.
Mendengar isak Suzuna, Seri mencoba membuka mata. "... Nazuna, Suzuna," panggil Seri pelan. Pandangan matanya mulai mengabur. "Ibu... Akan selalu bersama kalian," lanjutnya lirih.
"Nazu-kun, Suzu-chan, mari bantu Bibi untuk mengganti air kompres ini," ajak Bibi Emi.
"Baik Bibi," jawab si kembar bersamaan.
"Ibu, kami akan mengganti airnya sebentar. Tolong bertahanlah," pesan Nazuna sebelum pergi.
"..." Seri tak mampu berkata - kata. Rasa sakit sudah nyaris menghilangkan kesadarannya.
Bibi Emi segera mengambi air dengan menggunakan panci dan segera menyalakan kompor.
"Bibi," panggil Suzuna. "Apakah Ibu baik - baik saja? Ibu bisa bertahan kan?"
"..." Bibi Emi terdiam. Ia menimbang, haruskah berkata jujur pada kedua anak ini?
Melihat keraguan pada wajah Bibi Emi, Nazuna segera paham. "Ibu... Tidak bisa bertahan lama ya?" tanya Nazuna pelan.
"!" Suzuna terbelalak kaget. Matanya mulai berkaca - kaca. "Hiks... Ibu..." Air mata mulai mengalir di kedua pipinya yang gembul.
"Suzu-chan jangan menangis," jawab Bibi Emi lembut. "Setelah kita mengganti air untuk kompres ini, Bibi akan bicara jujur tentang kondisi Ibu kalian,"
"Ba- Baik-" isak Suzuna.
Nazuna mengusap air mata yang tersisa di pipi Suzuna. "Suzuna, jangan sampai Ibu tahu kamu menangis. Itu akan membebani Ibu. Ibu akan baik - baik saja," hibur Nazuna.
"Eum," Suzuna mengusap kedua mata dan membersihkan sisa air mata di pipinya.
'Nazuna, kau memang kakak yang baik ya.'Batin Bibi Emi. 'Meski kau sendiri juga sedih, kau berusaha untuk tidak menangis dan tetap kuat.'
"Ini sudah matang. Mari kita kembali ke tempat Seri," ajak Bibi Emi sembari mematikan kompor.
"Baik," jawab Nazuna dan Suzuna patuh.
"Suzuna, kau bawa kain kompres pengganti saja. Biar baskom ini aku yang bawa," perintah Nazuna.
"Biar Bibi saja yang membawa baskomnya," sela Bibi Emi. "Ini berisi air panas. Bisa berbahaya kalau anak kecil sepertimu yang membawanya. Kau bawa saja baskom kecil yang berisi air biasa itu,"
"Ya," jawab Nazuna patuh. Ia bergegas mengambil baskom yang berukuran lebih kecil.
Mereka bertiga bergegas kembali ke tempat Seri berbaring.
.
"Bibi, Ibu sudah tidur sekarang," ucap Nazuna. Ia melirik ke arah Ibunya. Napas Seri tampak teratur.
"Iya." Bibi Emi juga melihat ke arah padang Nazuna. Seri tampak tidur dengan tenang disana. Meski begitu, wajah pucat dan kuyunya tak juga hilang.
"Jadi...?" Suzuna bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A S H I T A B A [END]
Fiksi PenggemarSakura Haruno, kunoichi asal Konoha diberi tugas oleh guru yang merangkap sebagai Hokage, Tsunade, untuk mencari dan mendapatkan tanaman Ashitaba yang dipercaya mampu memperpanjang umur bila dikonsumsi. Di lain pihak, sang Sannin yang kejam, Orochim...