9

66 9 0
                                    

Happy reading

"Lo gak makan siang?" tanya Minju sambil mendorong kursi kerjanya ke belakang dan muncul dari sekat kubikel.
"Lagi gak mood" jawab Somi lesu.
"Kenapa? Daritadi lo ngeliat ponsel terus. Nunggu siapa?"

"A-apa ? Ng-gak!" gagap Somi. Ia menggelengkan kepalanya dan bergegas memasukkan ponselnya itu ke dalam tas. Benar. Sepertinya ia harus mengenyahkan benda itu dari pandangannya. Ia tak ingin ada kecurigaan yang menghampirinya karena Haechan.

"Gak usah bohong. Omong-omong lo ikut kita makan di resto luar gak?" ajak Minju lagi. Kali ini wanita itu sudah berdiri dan mengambil dompet serta ponselnya bersama karyawan yang lain.
"Nggak usah. Terima kasih tawarannya, selamat makan." tolak Somi. Ia menangkupkan kedua tangan di wajah lalu menunduk lesu.

"Ya udah kalau gitu gw per-"
Tiba-tiba saja suasana menjadi sepi dan Somi mendengar suara sesuatu diletakkan ke atas mejanya. Perlahan namun pasti, perempuan itu menjauhkan kedua tangan dari wajahnya dan membuka mata.

"Eh?!" bisik Somi ketika ia menemukan sebuah kantong plastik dengan sterefom didalamnya. Ia tahu pasti didalamnya adalah makanan yang ia inginkan kemarin malam. Hingga sebuah suara berhasil menambah keterkejutannya.
"Gw dengar kemarin malem ada yang pesen makanan pedes"

"K-kak Haechan?!"

🐻

Sejak kemarin malam, Haechan sudah khawatir jika Somi marah padanya. Laki-laki itu hanya meninggalkan pesan sekali dan hingga hari ini Somi masih belum membalasnya. Sepertinya Somi salah paham. Sebenarnya Haechan merencanakan hal lain untuk perempuan itu. Semoga saja rencananya berhasil.

Jadi, ketika waktu sudah hampir menunjukkan jam makan siang, Haechan segera pergi ke restoran yang direkomendasikan Mingyu. Em mungkin lebih baik disebut dengan kedai? Ah entahlah kakaknya mengatakan bahwa tempat tersebut menjual seblak paling enak. Semoga saja.

Setelah membeli makanan yang diinginkan Somi itu, Haechan memacu mobilnya menuju butik tempat Somi bekerja. Awalnya, ia sempat kesulitan ketika berhadapan dengan seorang perempuan di pintu masuk butik. Jadi butuh sekitar sepuluh menit untuk mencoba mendapat izin dan informasi tentang ruangan tempat Somi bekerja.

Haechan berjalan di lorong panjang, hingga ia menemukan ruangan yang dimaksud resepsionis tadi. Haechan membuka pintu kaca ruangan itu dan cukup gugup ketika mendapati bahwa ruangan Somi juga ditempati beberapa karyawan lainnya.

Setelah menjadi pusat perhatian selama sekitar dua menit, Haechan berjalan kikuk ke arah meja Somi. Dari jarak ini, Haechan bisa mendengar suara perempuan itu. Matanya fokus pada Somi, bertanya-tanya ada apa dengan perempuan itu. Kenapa nampak lesu sekali sampai menangkup wajahnya seperti itu?

Dengan senyum mengembang Haechan menaruh kantong plastik itu ke atas meja kerja Somi.
"Eh?!" bisik Somi. Somi sempat menoleh ke arah lain dan ketika matanya bertemu dengan Haechan yang bersandar di sekat kurbikel miliknya, Haechan bersumpah bahwa wajah Somi tak pernah selucu ini.

"K-kak Haechan?!" seru Somi. Kali ini perempuan itu bangkit berdiri sambil merapikan kemeja merah muda serta rambutnya yang tergerai.
"A-aku ....sebaiknya kita pergi ke luar" Somi sempat tergagap di awal kalimat dan memutuskan untuk mengucapkan hal lain ketika menyadari seisi ruangan memperhatikan mereka berdua. Secepat kilat, Somi mengambil tas selempangnya serta makanan pemberian Haechan dan menarik laki-laki itu pergi.

𝙇𝙤𝙫𝙚 𝘼𝙜𝙖𝙞𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang