10. Makan Malam Bersama

28 4 6
                                    

I hope you enjoy reading this story!


•Happy Reading•

Suasana sekolah sudah mulai sepi, hanya ada satpam dan beberapa murid lain yang sedang menunggu jemputan.

Hari ini Alkana tidak dijemput seperti biasanya, karena Vania sibuk bekerja di rumah dan juga harus mengurus Nathan. Akhirnya Alkana memutuskan untuk pulang naik bus bersama Fanasya.

Mereka berjalan keluar menuju gerbang sekolah dan menunggu bus di halte yang tak jauh dari sekolah.

Setelah menunggu 10 menit lamanya bus menuju rumah Alkana pun tiba. Fanasya naik terlebih dahulu dari Alkana. Keadaan di dalam bus sangat ramai, tetapi mereka beruntung karena masih ada 2 kursi kosong yang tersisa.

Di perjalanan terjadi keheningan lagi, tak ada percakapan apapun di sana hanya ada suara klakson kendaraan lain di luar yang terdengar hingga ke dalam bus.

Fanasya hanya melihat-lihat pepohonan hijau di luar sana dari jendela. Ia sangat bosan menunggu perjalanan yang sedikit macet, akhirnya ia memutuskan untuk menggambar di sketchbook kesayangannya untuk mengurangi rasa bosan.

Rasa bosannya memang hilang, tetapi rasa ngantuknya mulai tiba. Ia sudah beberapa kali menguap dan sedikit meneteskan air di ujung matanya.

Matanya perlahan menutup, ia sudah tak tahan menahan rasa ngantuknya. Hingga akhirnya kepalanya terjatuh pas di bahu Alkana. Tentu saja Alkana terkejut, Alkana langsung membenarkan posisi kepala Fanasya yang sedikit miring.

Tiba-tiba secara tidak sengaja lengan Alkana menyentuh sketchbook milik Fanasya. Ia sangat penasaran dengan gambar Fanasya yang dibuat hampir setiap harinya. Dan ia mencoba untuk mengambil sketchbook itu dari pangkuan Fanasya secara diam-diam. Perlahan ia membuka cover sketchbook itu dan menampilkan lembaran pertama.

Baru lembar pertama Alkana sudah dibuat terkejut oleh gambarnya. Indah, sangat indah. Hanya itu yang dipikirannya saat melihat gambar Fanasya. Hingga lembar terakhir Alkana tak bisa berhenti untuk dibuat kagum, rasanya ia ingin memberi tepuk tangan kepada Fanasya.

Alkana merasa tenang ketika melihat gambar Fanasya, karena di setiap gambar Fanasya memang mempunyai ciri khas dan arti tersendiri. Sekarang ia tahu mengapa Fanasya lebih memilih menghabiskan waktu untuk menggambar.

Roda bus perlahan berhenti, menunjukkan bahwa mereka sudah sampai di halte dekat perumahan Alkana.

Alkana langsung menutup sketchbook itu dan mengembalikannya seperti semula. Lalu ia mencoba untuk membangunkan Fanasya. Tubuhnya juga sudah sedikit pegal karena perjalanan lumayan lama karena macet.

"Sya bangun, kita udah sampe." Ucap Alkana sembari menggoyangkan bahunya.

Kepala Fanasya seperti diguncangkan, akhirnya ia membuka matanya perlahan tetapi belum terkumpul semua nyawanya.

"Eh ya ampun sorry Na, gue gak sengaja." Ucap Fanasya terkejut karena menyadari ia tidur di bahu Alkana. Ia langsung membenarkan posisi duduknya.

"Gak sengaja tapi kok sampe ngigo." Usil Alkana.

"SERIUSAN?" Wajah Fanasya terlihat sangat merah. Alkana hanya bisa menahan tawa melihat paniknya wajah Fanasya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kanvas yang Telah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang