"The!"
"Thena!"
Teriakan mama terdengar jelas dari kamarku. Aku turun ke lantai bawah dengan tergesa-gesa.
"Kenapa, Ma?" tanyaku.
Mama menunjuk 2 koper besar yang terletak di samping tangga. "Ini udah lengkap semua? Berkas-berkas buat universitas kamu? Barang-barang kamu?" tanya Mama.
"Iya, Mamaaaa. Udah semua kok, sisanya nanti kan kalo alat-alat keperluan di rumah aku beli aja sama Kaya, Karin," jawabku.
Mama mengangguk lega, "yaudah kalau gitu, tidur gih, besok bangun pagi, pesawat kamu jam 9 jangan lupa," ucap Mama sambil mengelus rambutku pelan.
Besok. Yup, besok aku akan meninggalkan Jakarta untuk sementara waktu demi menempuh pendidikan tingkat lanjut di salah satu universitas di Malang. Ya nggak selebay itu juga sih, kan aku pasti pulang setiap liburan semester. Tapi untuk aku yang notabene nggak pernah tinggal jauh dari orang tua sejak aku lahir, ini cukup menantang sih.
Aku jadi ingat 3 bulan lalu waktu pertama kali dapat pengumuman kalau aku lulus di salah satu universitas di Malang, dan lucunya ternyata 2 sahabatku yang lain juga lulus di universitas yang sama. Bahkan Kaya satu jurusan denganku. Sementara Karin... dia satu jurusan dengan satu orang lagi yang juga lulus di universitas yang sama dengan kami. Orang itu, orang yang secara diam-diam menjadi pusat perhatianku. Orang yang diam-diam selalu membuatku tersenyum konyol melihat tingkah lakunya. Orang yang selalu memberi rasa berdebar di dalam hatiku. Orang yang tidak akan pernah tau isi hatiku yang sebenarnya mengenai dia, karena dia memang tidak perlu tau.
Dia, dia Aidan Edga Adrian.
---
I dedicate this story to my best friend, some parts of this story was inspired by you.
S
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Left Unsaid
RomanceTo: Aidan Edga Adrian There's something I want to tell you so badly, but it turns out to be something left unsaid. Athenania