Rumah besar yang didominasi warna putih dan abu muda itu tampak rapi. Lebih rapi dari hari biasanya. Suasana dapur dan ruang makan pum tampak riuh. Dua asisten rumah tangga tampak bahu membahu menyiapkan suguhan. Tak ketinggalan tante Kayla dan bu Elyana sang pemilik rumah ikut membantu. Ingin menyuguhkan yang terbaik untuk tamu istimewa keluarga mereka pagi menuju siang ini.Beberapa menu makanan sudah siap tersaji di atas meja makan. Tak lupa makanan kecil telah tertata rapi di atas piring lonjong. Beberapa makanan tradisional tersaji di sana. Tentu saja Fahira memberi informasi apa saja makanan kesukaan keluarga ustadz Jauhar. Berteman baik dengan Husna membuat Fahira juga tahu apa makanan kesukaan Husna dan keluarganya.
"Rendangnya sudah siap, Uni" ujar Kayla yang bertugas memasak rendang. Tentu saja suguhan khas Minang, menjadi andalan mereka. Sebagai orang Minang, bu Elyana dan tante Kayla tentu saja bisa membuat rendang sendiri. Fahira pun sebenarnya bisa memasak seperti bunda dan tantenya. Hanya saja gadis cantik bermata indah itu tak terlalu sering mengasah kemampuannya yang satu itu karena sibuk kuliah."Ah iya Kay. Taruh situ dulu aja. Nanti dipindah ke meja kalau pas jam makan siang" sahut bu Elyana masih berkutat dengan menu yang lain.
"Fahira apa masih di kamar ya Kay?" Tanya bu Elyana sembari melihat ke lantai dua. Dimana kamar Fahira berada.
"Iya sepertinya, Uni. Harap-harap cemas menunggu pujaan hati" Jawab Kayla datar. Meski sebenarnya hatinya juga bahagia mengetahui sang keponakan perempuannya akan segera sold out.
"Wajar itu, Kay..." bu Elyana tertawa sumringah. Sebagai ibu ia juga bahagia sang putri satu-satunya akan dipinang seorang lelaki. Apalagi ketika tahu kalau lelaki tersebut adalah putra asuh ustadz Jauhar yang juga berprofesi sebagai ustadz dengan gelar hafidz quran. Orangtua mana yang tak senang.
"Iya, Uni. Kay ke kamar ibu dulu ya uni. Bantuin ibu dandan" ujar Kayla seraya berjalan ke kamar sang ibu yang tak jauh dari ruang makan.
"Ibu sudah siap?" Tanya Kayla ketika sudah berada di dalam kamar sang ibu. Nenek Ninis tampak masih duduk di ranjang. Kaki nenek Ninis kini memang sudah susah dipakai berjalan. Hingga lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar.
. "Tolong pasangkan ibu kerudung, Kay. Ibu ingin memakai kerudung warna biru" ujar nenek Ninis.
Kayla mengangguk. Segera menuju ke lemari yang ada di samping kanan ranjang. Mencari kerudung warna biru yang diinginkan ibunya.
"Ini, Bu. Kay bantu pakai" Kayla dengan cekatan menata kerudung kain tersebut di kepala nenek Ninis. Hingga di saat tetakhir Kayla menyematkan kerudung dengan bros berbentuk bunga, tangan nenek Ninis meraih tangan Kayla.
"Kamu kapan, Kay?"
Tangan Kayla terasa kaku. Ia sekilas menatap mata nenek Ninis yang mulai redup karena usia. Meski bisa menebak kalau sang ibu akan membahas masalah sakral itu. Tapi tak urung Kayla tetap merasa jengah untuk membahasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
SpiritualMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...