Chapter 32 - Kebohongan

9.2K 440 6
                                    

Semula Hanah tidak paham mengapa pertanyaan yang di luar konteks ini diucapkan sahabatnya itu. Kedua bola matanya menatap salah satu lampu di langit-langit koridor rumah sakit. Sementara itu, pandangannya mulai jauh menerawang. Dia mencoba menggali ingatannya tentang pertemuan terakhirnya dengan Pram.

"Aunty, ada hal yang mau kukasih tahu..."

Suara pelan gadis cantik yang merupakan keponakan Sam itu masih terngiang di kepala Hanah. Orang yang memberi balon padaku, dia adalah uncle Pram. Sebuah topik tak terduga ia dengar dari bisikan Molita saat itu. Perilaku dan sikap Pram bisa dikatakan tidak sepenuhnya baik. Seperti pada umumnya, seseorang pasti memiliki kekurangan. Dia tidak bisa mengatakan bahwa laki-laki itu sepenuhnya jahat. Namun, karena Hanah berdiri pada posisi sebagai 'target' kakak tirinya itu, tentu saja hal itu membuat Pram menjadi tokoh antagonis dalam hidupnya.

"Lo juga ngerasa heran, kan?" tanya Nadya memecah lamunan Hanah.

Pertanyaan Nadya sebenarnya bentuk afirmasi terhadap perasaannya sendiri. Gadis itu tahu perilaku Pram yang menyimpang. Dimana laki-laki itu punya perasaan terhadap adik tirinya sendiri. Namun, jika Pram berpacaran dengan dua orang berbeda di waktu yang bersamaan, bukankah perilakunya lebih sampah dari sebelumnya?

Hanah hanya bisa menganggukkan kepalanya. Dia tak mampu memberikan tanggapan apapun.

"Lalu, ada hal tentang Fenny yang bikin gue merasa khawatir. Dia bilang 'tolong' ke gue sebelum dia pingsan. Duh, gimana ya? Gue jadi merasa serba salah," ujar Nadya mengungkapkan kegelisahannya saat ini.

Hanah menoleh lalu menepuk pundak Nadya. "Pertama, ini bukan salah lo. Secara nggak sengaja aja Fenny lewat dan jatuh di depan mobil lo. Kedua, kita tunggu Fenny sadar dulu baru bertanya langsung," ucap gadis itu, menenangkan sahabatnya.

"Ya ya, kayaknya gara-gara panik pikiran gue jadi kemana-mana. Thanks, Han." Nadya tersenyum pasrah menatap sahabatnya itu. Dia bersyukur Hanah bisa datang. "Oh iya, suami lo mana?"

"Hari ini dia kerja, jadi masih di kantor," jawab Hanah. Hari juga masih siang sehingga tidak mungkin dia mengganggu Sam di waktu kerjanya.

Nadya mengangguk paham. Untungnya, tak lama kemudian, perawat memberitahu bahwa Fenny akhirnya sadar. Nadya dan Hanah langsung pergi ke kamar tempat Fenny dirawat.

Begitu melihat Hanah di sampingnya, kedua mata Fenny terbelalak lebar. Dia langsung bangkit duduk, berusaha menggapai lalu menggenggam tangan kanan Hanah erat. "Han, tolong gue! Tolong banget!" pintanya tiba-tiba.

Hanah kebingungan menghadapi situasinya. Dia menoleh ke arah Nadya untuk mencari penjelasan. Namun, sama halnya dengan Hanah, Nadya pun tidak mengerti alasan sikap Fenny yang berubah drastis seperti ini. Gadis berambut pirang sebahu itu hanya balas menatap Hanah dengan tatapan bingung juga. "Ada apa, Fen? Apa yang bisa gue bantu?" tanya Hanah pada akhirnya.

"Lo tahu kan kalau gue pacaran sama Pram? Beberapa waktu lalu ada barang gue yang ketinggalan di apartemennya. Barang itu penting banget, sebuah flashdisk!" Fenny buru-buru menjelaskan. "Tanpa flashdisk itu gue nggak bisa ngelanjutin skripsi gue. Bisa nggak lo bantuin gue buat ambil flashdisk itu?"

Kalimat yang dilontarkan Fenny membuat pertanyaan timbul di kepala Hanah. "Lho? Kalau gitu kan lo bisa ambil sendiri? Lo kan pacarnya?"

Kening Fenny berkerut seketika. "Masalahnya, gue lagi tengkar sama Pram. Gue jadi nggak enak kalau harus ngomong ke dia. Tolongin gue, ya, ya?"

Entah mengapa Hanah merasa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di sini. Tapi, dia tidak bisa menjelaskan perasaan janggal yang sedang dirasakannya itu. Setelah berpikir sejenak, Hanah pun menyanggupi permintaan Fenny. Wajah Fenny langsung berubah sumringah begitu mendengar jawaban Hanah. Tatapan yang tadinya terlihat kosong, kini terlihat kembali hidup.

Secret Behind Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang