°Gadis Brengsek° [53]

33 3 0
                                    

°••[Hari H]••°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°••[Hari H]••°


"Eh? Kenapa?!"

"Asha mau main bareng temen lama Asha itu, 'kan?" tanya Rana tegas. Di belakangnya, suaminya tampak turut menatap Alisha tegas.

Kok bisa tau? Siapa? Alis Alisha terpadu kesal. Tangannya menggenggam dari balik tubuh.

"Masuk ke kamar," tutur ayah Alisha.

Alisha tanpa menoleh langsung melesat ke kamarnya. Jarum jam sudah menunjukkan angka delapan, yang artinya semua anggotanya telah berkumpul di satu tempat.

Hanya tinggal menunggu kapan bentrokan itu benar-benar akan terjadi.

Kini Alisha mengurung diri di dalam kamarnya. Ia ingin membanting barang-barang di dalam kamarnya karena tidak becus menjadi ketua. Tapi ia masih sayang barang-barangnya.

Smartphonenya pun kini disita sebelum ia bangun. Ketika ia bertanya pada Bi Ijah, ternyata sudah diamankan oleh kedua orangtuanya.

"Yang cuma tahu perihal ini cuma si belio bego itu. Ternyata dia nggak sebego itu ternyata. Tapi tetap aja dia bego!"

Alisha menarik lepas kuncir kudanya hingga rambutnya terurai. Terduduk di kasur sembari menatap keluar.

Membuang jauh-jauh pikiran untuk mencoba kabur dari balkon adalah pilihan terbaik. Karena dulu dia pernah melakukannya, membuatnya apes dikurung dalam kamar tamu yang terletak di tengah rumah. Artinya, tak ada jendela di sana.

"Apa memang akan berakhir begini?" gumam Alisha memanyunkan bibirnya.

Alisha berdiri. Kakinya melangkah mengelilingi ruangan, mencoba berfikir.

Sebuah bola lampu imajiner berada di atas kepalanya, Alisha membuka pintu kamar perlahan. Di sana Rana sudah berdiri dengan tatapan mengintimidasi. Begitu seram, sampai-sampai suaminya pun turut bertekuk lutut di hadapannya.

"Cuma mau ambil camilan," kata Alisha tanpa menatap manik Rana langsung.

"Memangnya di kamar nggak ada?"

"Habis,"jawab Alisha sedinginnya.

Tiap langkah Alisha terus dibuntuti ibunya dengan tangan terlipat di depan dada.

Alisha menuju dapur, coklat silverqueen menjadi pilihannya.

"Jangan makan coklat pagi-pagi begini. Nanti sakit gigi ngeluh-ngeluh."

Alisha menatap datar ibunya. Coklat yang sudah dikupas bungkusnya, langsung ia lahap dalam jumlah besar.

"Asha!" Tekukan di pelipis Rana tak membuat Alisha gentar. Gadis itu malah melewati ibunya seakan tidak ada orang di sana.

"Nggak bakal ngeluh, kok."

Rana menepuk jidatnya. Lagi-lagi putrinya ini bertingkah seenaknya. Alisha kembali menuju ruang tamu. Duduk di sofa seraya menyalakan televisi. Entah siaran apa yang ia buka, Rana hanya memperhatikannya bergeming.

Gadis Brengsek✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang