"Capee Skyy!!" Agnia melempar sapu lidi dengan kesal lalu menatap garang Sky yang malah bersantai alih alih melakukan hukuman.
"Salah lo, ngapain pake ngomong gitu ke pak Budiman" Ujar Sky memojokan Agnia.
"Tapikan yang bolos bukan gue doang, lo juga!" Ucap Agnia kesal, Sky memang membatu menyapu tadi, namun hanya seperempat halaman, sisanya Agnia.
Pak budiman itu, beliau sungguh memberi hukuman yang tidak main main pada keduanya. Bagaimana mungkin mereka di beri hukuman membersihkan halaman belakang sekolah yang lebarnya seabreg.
"Sisanya lo Kerjain sendiri!" ketus Agnia, dia mengayunkan kaki menjauhi Sky dan meninggalkan Halaman Belakang.
Bel istirahat berbunyi sudah sepuluh menit yang lalu, jadi artinya ada dua puluh menit untuk Agnia mengisi energinya kembali.
"Heh gua cariin, bolos kemana lo?" Di sela Agnia makan, Zylen datang.
"Kantin, abis tu ketauan pak Budi" terangnya, Agnia menyedot Minumannya.
"Di kasih hukuman apa sama pak Budi, lagian so so'an bolos" Zylen mengejek.
"Bersihin belakang sekolah, sama si Sky"
Zylen mengangguk angguk, Namun detik berikutnya matanya melotot tegang.
"Lo bolos sama sky, Azura?"
"Nga, gua ketemu dia di rooftop,"
Mendengar itu Zylen menghela nafas lega, "Gua fikir lo ngejar dia lagi"
Agnia mendelik "Ga yaa, gua gak mau ngulangin kesalahan secara dua kali"
"Bagus kalo lo sadar" Bertepatan dengan itu segerombolan Siswa menuju tempat Zylen dan Agnia.
"Kita kita boleh gabung gak nih?" Suara pria, mengintrupsi perhatian keduanya.
Mereka adalah Gibran, Kansa dan Grombolannya.
"duduk aja" Zylen menjawab, Sebenarnya dia tidak suka pada mereka. Lihat, bahkan mereka membuat setiap sorot mata menoleh pada meja yang di tempati Zylen dan Agnia.
"Gimana kabar lo, Azura?" Tanya Jian, Agnia menoleh, "Seperti yang lo lihat, gua baik"
"Gua perhatiin akhir akhir ini lo banyak berubah," Suara lain menimbrung Agnia melihat, dia mungkin Farhan atau Fahri? Agnia tidak tau pasti di antara pria kembar itu siapa yang berbicara.
Yang Agnia ingat, di Novel memang ada karakter kembar, mereka kembar identik namun sifat dan sikap mereka bertolak belakang. Agnia tidak terlalu mendalami karakter itu. Mereka juga tidak terlalu tersorot di alur cerita.
"hem, lo cukup perhatian juga ke gua" Agnia menjawab santai, Apa itu berubah? dia tidak berubah, mungkin perubahan yang di maksud bocah kembar itu adalah karena dia yang tidak lagi menempeli Sky. Ya Simply karena dia bukan Azura.
Sedangkan Ghibran dia tidak perduli pada percakapan yang di bahas. Dia sedang memandangi Kansa, dengan jari yang memutar mutar rambut Kansa.
Kansa sendiri dia sedang mengamati percakapan itu, dia tidak berani bertanya karena dia tidak terlalu dekat dengan Azura. Meskipun sebelumnya Azura selalu berada di sekitarnya.
"Btw lo makin cantik aja" kembar yang lain berbicara. Matanya mengedip satu, Agnia hanya menatap geli, dalam hatinya ia mengucapkan betapa genit laki laki itu.
Ya, Sekarang Agnia sadar kembar yang pertama berbicara padanya adalah Farhan, Laki laki ramah juga kutu buku terkenal anti dengan perempuan. Dan kembar yang berbicara kedua adalah Fahri, Laki laki yang sering gunta ganti pasangan.
"Azura kalo lo gak inget sama Sky-
"Diem gue mau makan" Agnia memotong ucapan Farhan. Makannya belum habis, dan harus terpotong oleh pertanyaan dari mereka.
Yah, setelah itu tidak lagi ada yang berbicara. Zylen juga diam tak bersuara semenjak kedatangan mereka.
Agnia berniat minum, Namun ada tangan lain yang mengambil minumannya. Lalu menyiramkan tepat di wajah Kansa.
"minum guee" Agnia bergumam, sangat di sayangkan sekali minumannya terbuang sia sia. Agnia mendongkak untuk melihat pelaku yang membuang minumannya ke wajah Kansa.
Hem, good. Mengapa hari ini dia selalu terganggu saat makan? tadi pai tersedak karena teriakan menggema dari pak Budi, sekarang Minumannya di gunakan untuk sarana Membully padahl tenggorokan Agnia sedang serat.
Ingin memaki namun tak berani, ia tidak ingin menambah kesialan jika memaki Liset.Ya, Dia Liset, perempuan yang di ciptakan dengan karakter Antagonis.
Sang Antagonis memang memiliki ke beranian yang luar biasa ya, buktinya Liset. Dia dengan berani beraninya menyiram Kansa di depan pawangnya.
Sky yang sedari tadi diam, dia menyodorkan minumannya yang belum tersentuh, Agnia sebenarnya enggan. Niat meminta minuman Zylen ternyata sudah abis. Segera Agnia menerimanya.
"LO APA APAAN SIH LISET?!" Bentak Ghibran kencang.
"uhuk uhuk uhuk" Agnia tersedak kembali, dia terkejut. Zylen mengusap usap punggung Agnia, dia juga terkejut hampir saja Handphone yang dia pegang loncat dari tangannya.
Ghibran menoleh sekejap pada Azura, Lalu dengan acuh dia kembali menatap marah pada Liset.
"Gara gara jal*ng ini lo bentak gue Fian?!" Liset menunjuk Kansa yang sedang menunduk, seharusnya dia melawan bukan? Diam ketika di injak adalah cara cepat menurunkan harga diri.
"Diem Liset! gua udah muak liat tingkah laku lo!" Geram, Ghibran benar benar geram. Selama ini dia selalu bersabar dan menahan keinginan untuk memiting leher liset yang selalu menindas Kekasihnya.
"Udah Fian, aku gak papa" Kansa berdiri dia menyentuh lengan Ghibran mengusapnya pelan agar amarahnya meredup.
"Lo ngomong apa tadi?? Fian?! Cuma gua yang boleh manggil dia Fian!!" Liset maju tangannya terangkat untuk menarik rambut Kansa, sungguh kebencian dia untuk wanita itu sudah meradang.
Namun sebelum itu, Ghibran dengan cepat menangkis tangan Liset.
Agnia mengangguk angguk, Ghibran itu di ciptakan dengan karakter yang siap melindungi, Beruntung Kansa dia bersama lelaki yang menyediakan tempat aman untuknya.
"Sebelum lo sentuh dia, Gua patahin tangan lo!!" Setelah itu tanpa melepaskan pegangan pada Liset Ghibran segera membawa Liset menjauh dari Kantin. Menyeretnya dengan paksa.
Setelah kepergian Liset dan Ghibran Kantin benar benar hening. Mereka yang berada di sana terlalu canggung untuk bersuara.
Padahal kejadian ini sering sekali terjadi, Namun tetap saja mereka terlihat Syok tapi tak urung mereka juga menikmatinya. hemm~
***
[Berikan Vote sebagai uang Parkir]
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura sang Figuran
FantastikGadis itu, Agnia Rahayunda -dia memiliki takdir yang terus mengobrak abrik hidupnya. Bagaimana mungkin jiwanya tersangkut di dalam Novel, lalu dia harus menelan kenyataan bahwa dirinya mengisi tubuh figuran dengan akhir -gila- karena rasa cintanya...