Bagai sosok malaikat yang terbang di udara, Nakahara Chuuya dengan senyum mengembang menjadi pusat perhatian semua orang di lapangan. Tas merah yang dijinjingnya penuh oleh hadiah coklat dan bunga dari teman-temannya. Sudah sepantasnya seseorang seperti dia mendapatkan hadiah sebanyak itu pada hari valentine. Chuuya terlihat senang, di samping kirinya seorang pria berambut pirang tengah merangkulnya. Mereka membicarakan sesuatu yang lucu hingga si rambut jingga terbahak-bahak.
_
Chuuya adalah trailer sebuah film. Selain parasnya yang indah, apapun pergerakan yang ia lakukan atau bicara yang ia ucap selalu membuat rasa penasaran semua orang meningkat. Nakahara Chuuya seakan magnet, ia menarik atensi semua orang.
_
Hal menarik tentang Nakahara Chuuya, ia seseorang yang akan menyalakan lampu tidurmu ketika kamu takut kegelapan. Dia tidak akan membiarkan orang lain merasa tak nyaman. Namun ia tak segan menendang perut seseorang jika itu membuatnya tak nyaman. Tapi kembali pada kalimat utama, Chuuya adalah seseorang yang bisa kamu andalkan. Dia selalu ada untuk siapapun.
_
Debu. Nakahara Chuuya, ia selalu ada dimana pun dan membuat semua orang merasakan sesak karena debaran di dada. Ia debu yang dinanti-nanti oleh semua orang. Yang menulis ini juga mengakuinya.
_
Sekitar 20 penari memijakan kaki mereka di atas panggung. Berdansa menyerupai pasangan angsa yang indah. Renda-renda putih yang berputar terlihat seperti bulu angsa yang cantik. Tepuk tangan dilayangkan setelah mereka selesai berdansa. Apa kamu tahu untuk siapa tepuk tangan itu? Ya, untuk Nakahara Chuuya. Baik dari penonton baris terdepan sampai dengan terbelakang tahu bahwa Chuuya adalah satu-satunya yang berada pada pandangan penonton. Meski mengenakan setelan tuxedo putih jauh dari bayang-bayang seekor angsa. Hari itu, tetaplah Chuuya angsa paling indah di atas panggung.
_
Nakahara Chuuya seakan suara dari dalam diriku sendiri. Jika barang satu atau dua kali ia dapat menebak apa yang tengah kupikirkan itu tak masalah. Tetapi hampir setiap waktu dimana ia menyuarakan tanpa harus berbicara padaku. Entah apakah ia memang dapat memahami orang lain dengan begitu mudah atau karena alasan lainnya, aku menyukai Chuuya yang persis seperti isi pikiran milikku.
_
Dia berjalan di tengah derasnya hujan. Mengejar seseorang dengan payung usang (payungnya bahkan tak bisa melindungi orang itu dari air hujan). Namun, Chuuya ikut menggenggam payung tersebut tanpa keberatan melanjutkan langkah. Sulit dimengerti apa yang menjadi tujuannya, meninggalkan teman-temannya yang menawari payung lebih layak untuk seseorang pemilik payung jelek. Jika aku di posisi orang itu, mungkin tanpa payung pun aku merasa senang bisa berjalan di bawah derasnya hujan bersama Chuuya.
_
Tak pernah terbayangkan kalau aku dapat melihat Nakahara Chuuya yang terlihat seperti pecahan kaca yang tajam. Tidak ada yang berani mendekatinya karena ia sangat tajam dan hancur. Kali ini ia terlihat sedih dan marah di saat bersamaan. Aku yang hanya menatapnya pun tertusuk. Maksudku, hanya dengan melihatnya bersedih seperti itu, sungguh menyakitkan. Aku berharap Chuuya tak akan pernah sedih lagi.
_
Ada saat dimana Nakahara Chuuya terlihat seperti segelas minuman milik orang lain. Di malam prom, ia terlihat mahal, manis, dan memabukan. Membuat semua mata tertuju haus padanya. Sayang sekali, dia minuman untuk orang lain. Malam itu, hanya orang itu yang bisa mencicipinya. Mereka yang tak bisa mencicipi Chuuya bisa menelan saliva masing-masing.
_
Memori yang kurekam. Ia hanyalah memori yang kurekam. Kulihat berkali-kali hingga membekas pada pikiranku. Sampai kapanpun ia hanyalah memori yang tak akan bisa kusentuh secara nyata. Ia terlalu bahagia dan sempurna. Aku terlalu takut untuk menyentuhnya. Jadi, kujadikan Nakahara Chuuya hanya memori yang kurekam.
Ditulis oleh,
Dazai Osamu._
5 tahun, waktu yang sangat telat untuk menyadari kebodohan keduanya yang selama ini terpendam. Chuuya duduk di meja belajar temannya yang telah meninggal itu dengan pikiran yang berkecamuk. Setelah 5 tahun Dazai Osamu meninggal karena melakukan percobaan bunuh diri dengan meracuni dirinya, Chuuya baru mengetahui fakta bahwa perasaannya tak bertepuk sebelah tangan. Sial, jika saja salah satu dari mereka berani memulai sesuatu..
Kini yang tersisa di dalam kamar Dazai hanyalah tulisan tentang Chuuya semasa sekolah. Tidak ada foto dirinya atau apapun. Ini membuktikan bahwa Dazai tak perlu mengambil gambarnya untuk membuatnya teringat di pikiran.
"Bagaimana, nak Chuuya? Apa kamu menemukan sesuatu untukmu?"
Sosok wanita yang mengaku sebagai Ibu Dazai muncul dari balik pintu. Ia yang memperbolehkan Chuuya masuk ke dalam kamar si bodoh Dazai. Ibunya bilang Chuuya adalah satu-satunya teman sekolah yang pernah Dazai ceritakan.
"Barangkali ia memiliki suatu barang untukmu namun tak sempat ia berikan.. bagaimana kalau kamu melihat-lihat isi kamarnya?"
"Ah, iya. Aku menemukan surat.. untukku.." ia tak yakin dengan ucapannya.
Jika Dazai hidup, apakah ia diperbolehkan untuk menyimpan surat bodoh ini?
Tapi isi suratnya tentang dirinya, tak mungkin ia tak diperbolehkan. Kan?
"Kalau begitu ambilah. Hmm, apa kamu menemukan fotomu bersama Osamu? Kau boleh mengambilnya sebagai kenangan."
"Terimakasih, tapi kami tidak pernah mengambil foto berdua."
"Ah begitu rupanya."
Setelah pulang dari kediaman orangtua Dazai. Chuuya menghempaskan dirinya pada ranjang tidurnya, tangan kanannya menggenggam erat surat-surat milik Dazai yang ia ambil. Satu tangannya mengusap kasar wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus.
Seperti kembali jatuh cinta lagi, jantungnya tak henti berdebar sejak membaca tulisan yang berisi tentangnya.
"Menyebalkan, tanpa bertemu pun kamu tetap bisa membuatku kembali jatuh cinta."
_
Untuk Dazai Osamu.
Bodoh, kenapa meracuni dirimu sebelum mengetahui kalau aku ingin menjadi kekasihmu, sih?END.

KAMU SEDANG MEMBACA
10 Things I Love About Chuuya | Soukoku/Daichuu Oneshoot
FanfictionNakahara Chuuya, he's the only thing in sight. Mungkin dengan memahami dan merekamnya dalam pikiran hingga membekas tanpa harus melukainya di kemudian hari adalah cara yang cukup untuk menyukai Nakahara Chuuya. Soukoku/Daichuu Oneshoot | Written in...