BAB IV | SUDDEN PLAN

66 12 0
                                    

Kushina terperangah kaget ketika mendapati presensi seorang wanita bersurai merah yang digelung ke belakang dengan penampilan anggun sambil membawa tas kecil di tangannya. Alasan Kushina terkejut hebat bukanlah karena ibunya, Mito Uzumaki yang barusaja kembali dari liburan tiba-tiba menemuinya di siang bolong.

Tapi karena ucapan wanita itu yang seperti petir menyambar di siang bolong.

"Sudah waktunya kau memiliki calon suami."

Sekalipun Mito Uzumaki adalah wanita kalem yang elegan, namun ucapannya sangat sulit dibantah—bahkan untuk ukuran pemberontak semacam Kushina.

"Kaa-chan, bukannya istirahat tapi malah mendatangiku dan tiba-tiba mengatakan sudah waktunya aku punya calon suami? Ayolah, Kaa-chan, hentikan gurauan ini," eluh Kushina yang mendadak lemas akibat ucapan Mito. Wanita yang disebut Kaa-chan oleh Kushina itu pun mendudukkan dirinya di sofa dengan helaan napas pendek.

"Serius, apa kau pernah punya hubungan dengan laki-laki? Kau terlalu mencintai pekerjaanmu dan kudengar bahkan kau tidak pernah mengambil cuti. Setidaknya kekasih juga tak apa, sayang. Kaa-chan tidak mau melihatmu sendirian selamanya," balas Mito dengan nada seperti mengkhawatirkan masa depan anaknya jika ia terus menerus mementingkan pekerjaan yang tak ada habisnya.

Kushina menenggelamkan kepala di kedua tangan yang ia letakkan di meja. Ibunya tak pernah tahu jika ia memiliki kekasih—ralat. Pernah memiliki kekasih. Karena sebelumnya ia tak pernah memberitahu orang tuanya, Minato pun begitu. Mereka sepakat tidak akan mengumumkan hubungan mereka sebelum Minato siap melamarnya.

Namun hal itu tidak pernah terjadi—bahkan hingga sekarang. Tentu saja apalagi kalau bukan gara-gara pria bersurai purang yang seenak jidat meninggalkannya. Lagi-lagi Kushina mengingat masa lalu yang diam-diam ingin ia kubur. Namun karena ucapan ibunya, kini Kushina hanya bisa menghela napas.

"Kaa-chan tidak tahu saja ..." eluh Kushina dalam hati.

"Kalau kau memang belum punya," Kushina mendongakkan kepala dan menoleh pada ibunya, "Kaa-chan menemukan seseorang yang pas untukmu."

Kushina Uzumaki langsung bangkit dan berteriak, "TIDAK MAU. AKU TIDAK SUKA DIJODOHKAN!"

"Dia anak dari sahabat Kaa-chan. Besok kau harus mengosongkan jadwal malammu untuk makan malam bersama Kaa-chan dan mereka," Mito pun bangkit tanpa menghiraukan raut wajah tidak suka yang ditunjukkan Kushina dengan jelas.

"Kaa-chan, ayolah! Aku tidak mau!" rengek Kushina sambil menghambur meraih lengan ibunya dan menghentakkan kaki ke lantai. Benar-benar mirip anak kecil yang meminta agar kemauannya dituruti.

"Tidak ada tapi-tapian, Kushina Uzumaki," Mito mengetuk dahi Kushina dengan telunjuknya secara lembut. Lalu wanita itu tersenyum cerah.

"Kutunggu besok malam, Sayang," ia pun memeluk anak semata wayangnya itu dengan singkat. Kushina masih merengek di dalam dekapan ibunya agar ia membatalkan janji makan malam.

Mito Uzumaki bukan wanita yang mudah menyerah hanya karena rengekan gadis kecilnya. Jika wanita itu sudah yakin, maka tak ada lagi kata untuk mundur bahkan Kushina Uzumaki tidak akan bisa mengelak.

Mito pun melepaskan pelukannya dan tersenyum lalu berbalik melambaikan tangan kemudian melenggang keluar dari ruangan meninggalkan Kushina dengan raut wajah menyedihkan.

Kushina dalam masalah—tidak, bencana. Ibunya adalah tipe pemaksa ulung yang keputusannya sangat sulit ditolak. Sekalipun Kushina menolak atau kabur, ibunya akan selalu menemukannya dengan cara apapun. Ia pun mendudukkan dirinya dengan lemas di sofa. Urusan kekasih, calon suami atau apalah, Mito Uzumaki selalu membebaskan Kushina dahulu, tapi mungkin karena sekarang usia Kushina sudah menginjak umur 30 tahunan, ibunya mulai khawatir dan terpaksa harus ikut campur.

RED [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang