[05] Who hates it?

18 5 4
                                    

Topengnya terlalu lucu, sampai tertipu kalau dia penipu.

🌵🌵

Seperti biasa, Makaila jalan sendirian di tengah ramainya orang. Pandangannya lurus ke depan. Langkah kakinya kecil tapi cepat. Tujuannya hanya satu, seperti biasa, tempat favoritnya; perpustakaan.

Gadis berambut tergerai itu, membuka pintu perpus dan langsung disambut oleh sang penjaga. Bu Anita, yang sudah mengenal Makaila karena keseringannya ke sini.

Setelah membalas sapaan wanita berkaca mata itu, Makaila melanjutkan langkah. Menempati tempat kesayangannya, di pojok ruangan yang tertutup rak-rak.

Awalnya dia hendak membuka novel dan membaca sambil mendengarkan musik lewat handset. Namun, semua itu musnah, gara-gara pendengarannya menangkap obrolan di meja yang terhalang satu rak tinggi.

Makaila ingin tidak peduli. Tapi obrolan itu membuatnya harus mendengarkan. Karena ini menyangkut orang yang akhir-akhir ini mengganggunya. Terselip nama Kalan dalam pembicaraan yang terdengar serius itu.

Ini 'kan perpus dilarang berisik, kenapa mereka malah ngobrol di sini coba? pikir Makaila heran.

"Lo make topeng, ya? Lucu banget." Terdengar salah satu dari mereka terkekeh.

Namun, yang satunya lagi justru tertawa. "Ya."

"Lo tau? Lo jahat."

"Gue tau. Gue jahat, bodoh, atau pengecut? Ya, gue pantes dapet gelaran seperti itu. Anggap aja gue bangkai yang bersembunyi di tengah banyaknya bunga."

Tidak ada jawaban. Lawan obrolannya sekarang hanya diam memperhatikan. Sementara Makaila, gadis itu membisu dengan tampang tak percaya.

"Dua orang itu, sama kaya gue. Mereka juga gak sebaik di depan Kalan. Mereka semua make topeng. Bukan cuman gue, asal lo tau!"

"Kenapa kalian gitu?"

Cowok berambut acak-acakkan itu menghela napas berat. "Ada problem yang gak bisa gue jelasin ke lo."

"Yaelah, elo. Gue bocorin ke Kalan, mampus!" Tawa pun mengiringi perkataan si cowok itu.

"Jangan sekarang, belum waktunya." Kalimat pun berhenti. Hening cukup lama. Sebelum akhirnya kembali terdengar, "tunggu sampai dia ada di titik hancur karena keluarganya, baru gue buka topeng."

Makaila mematung. Cowok itu? Teman baik Kalan. Memang Makaila tidak tahu siapa di balik obrolan itu. Karena bangkit untuk melihat pun, dia takut. Lagipula, saat keberanian muncul, kedua orang itu telah berlalu pergi.

Punggung mereka terlihat. Makaila menyipitkan mata. Mencoba untuk mengenali siapa mereka. Namun tetap saja, Makaila tidak tahu orang itu. Yang pasti, salah satu cowok itu menggunakan hoodi cokelat dengan tulisan LH besar di belakangnya.

Kenapa mereka begitu? Dalam hati Makaila bertanya-tanya.

Teman sebaik mereka, bisa berhati busuk bila di belakang? Makaila menggelengkan kepala. Dia tidak peduli.

Tidak peduli apa pun yang akan mereka lakukan pada Kalan.

Itu urusan mereka.

Buat apa Makaila pusing-pusing memikirkan hal itu?

[.]

"Alan." Haidar menyenggol-nyenggol bahu temannya itu kasar.

Kalan meliriknya tajam. Kelakuan Haidar tadi, membuat konsentrasinya buyar saat sedang menggambar di kertas putih polos.

In FabulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang