LIMERENCE 16

14.4K 1.2K 17
                                    

Update! Jangan lupa vote dan komentarnya ya❤️

🌼🌼

Ardhani sedang tidak baik-baik saja. Pesannya sampai sekarang masih belum di balas Jesica. Sementara si pengirim foto juga juga hilang entah ke mana tanpa bisa menjelaskan pertanyaan Ardhani yang masih belum menemukan jawabannya. Hubungan apa yang dipunya Jesica dan James sampai harus melakukan skinship yang bahkan tidak dia tahu. Mereka bahkan tidak ada project film atau drama bersama selain iklan jam tangan yang sudah beredar.

Dia marah, kenapa Jesica melakukan ini? Kenapa dia tidak bicara soal ini kepadanya? Bukannya Jesica sendiri yang menyuruh Ardhani untuk saling terbuka dan jujur? Ardhani mengerang, mengusap wajahnya gusar, bahkan di saat seperti ini pun dia masih menunggu pesan masuk dari Jesica walau tahu itu sesuatu yang sangat mustahil mengingat kekasihnya sedang bekerja sekarang.

"Tumben kamu ada di rumahku."

Ardhani menengadah melihat kakak laki-laki nya sudah berada di depannya. Namanya Ivander, sepertinya dia baru saja pulang dari kantor.

"Tumben jam segini sudah pulang," sahut Ardhani. Bukan menjawab pertanyaan Ivander dia malah balik bertanya.

Ivander memang jarang sekali berada di rumah di jam seperti ini. Laki-laki itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia lebih suka bermalam di kantor daripada pulang untuk beristirahat. Bahkan jarang sekali pulang ke rumah orang tuanya jika tidak ada sesuatu yang penting.

Satu alis Ivander bertaut mendengar pertanyaan tidak masuk akal itu. "Suka-suka. Lagi pula kenapa kamu harus diam di rumahku."

Ardhani mendengus. "Suka-suka aku lah."

Ivander menggelengkan kepalanya mendengar balasan dari adiknya. Tidak seperti biasanya, hari ini Ardhani tampak tidak mood. Seperti anak perawan yang baru dapat tamu bulanan. Menghiraukan Ardhani, Ivander memilih masuk ke dalam kamarnya.

Ardhani menggeram, dia tidak bisa terus seperti ini. Berada di rumah pun tidak membuat pesannya di balas Jesica. Yang ada malah perasaannya semakin buruk. Bahkan saking kesalnya, Ardhani ingin sekali menghancurkan semua isi rumah.

"Sial," umpat Ardhani.

Ardhani bangkit dari duduknya. Hal yang paling benar adalah pergi ke Bar. Hanya minuman yang bisa melupakan masalahnya sekarang walau dia tahu tidak permanen. Semuanya akan kembali mengganggu ketika keadaan sudah menjadi normal.

**

Kebahagiaan datang dari mana saja. Jika bukan dari cinta yang tidak terbalas, mungkin dari hasil cinta yang pernah dia impikan bisa terbalas. Punya keluarga bahagia dengan anak yang sehat adalah mimpi indah yang di tunggu Karina. Tapi sekarang, apa dia bisa menganggap ini sebagai mimpi indah? Rasanya sulit. Dia tidak tahu harus senang atau sedih. Semuanya bercampur menjadi satu.

"Rin."

Karina mendongak, dia tersenyum tipis melihat Ersa. Ersa yang memaksa pergi untuk memeriksa kesehatannya siapa tahu harus mendengar kenyataan tidak menyenangkan. Karina tidak tahu apa yang ada di pikiran Ersa sekarang. Mungkin Ersa akan bertanya tentang kehamilan ini. Jika Ersa marah dan membencinya, Karina tidak peduli.

Ersa mendekat ke arah Karina yang duduk diam di atas kursi. Perempuan itu tidak berhenti melamun sedari tadi. Dia memikirkan kehamilannya yang tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.

"Gimana keadaan kamu?" tanya Ersa.

Karina tersenyum. "Aku baik."

Ersa memerhatikan wajah Karina pucat dan lemas. Dia tahu perempuan ini tidak baik-baik saja. Apa lagi mengingat fakta bahwa ayah dari bayi yang ada di dalam kandungannya adalah Ardhani. Laki-laki yang sangat dicintainya, tapi tidak balik mencintai Karina.

Limerence (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang