Chapter 15 -- Dia Tidak Datang

7.2K 1.1K 12
                                    

Lee Jae Jong memiliki seorang adik perempuan bernama Lee Yu Na. Meski hidup dan mendapat porsi pendidikan yang sama, tapi Yu Na memiliki kepribadian yang jauh berbeda dibanding kakaknya. Jae Jong adalah orang yang kuat dan mandiri, sedangkan Yu Na lebih manja dan menyukai kemewahan.

Ketika dia berusia dua puluh lima tahun, dia bertemu dengan seorang pria di bar dan jatuh cinta, pria itu bernama Jung Won Young.

Jung Won Young bukan anak dari keluarga darah biru seperti dirinya. Orang tuanya biasa saja, mereka bahkan tinggal di pedesaan. Pria itu sendiri hanya bekerja sebagai karyawan biasa, tapi ada penyakit 'ingin diakui' yang melekat akibat pengaruh dari teman-teman semasa kuliah.

Jung Won Young hanya tahu bersenang-senang, sama seperti Yu Na. Yu Na pikir, kepribadiannya yang sama adalah takdir dan mereka adalah pasangan yang sangat cocok.

Setelah ayahnya memilih pensiun dari kepemimpinan perusahaan, dia menyerahkan semua tanggung jawab kepada anak pertamanya itu, termasuk mengurus urusan keluarga Lee mereka. Maka dari itu, Yu Na meminta izin kepada kakaknya untuk pertama kali ketika dia ingin menikah dengan Won Young. Tapi sayangnya, Jae Jong kurang setuju dengan hubungan itu.

"Apa karena latar belakangnya?" Yu Na berteriak marah sambil menangis. "Aku tidak peduli mau dia kaya atau miskin. Aku mencintainya."

Jae Jong segera menatap dingin padanya. "Bukan karena itu. Tapi karena sikapnya sangat buruk."

Dia pernah bertemu dengan Won Young sekali, dan dia begitu sombong. Jika dia adalah karyawan biasa yang memiliki sikap rendah hati dan menyadari posisinya, Jae Jong pasti tidak akan menentang pernikahan itu.

Tapi sepertinya cinta Yu Na pada Won Young sangat besar dan kuat. Itu adalah pertama kalinya seseorang memahaminya dengan baik, jadi dia terus memaksa dan bahkan mengancam bunuh diri pada kakaknya.

Jae Jong pada akhirnya menyerah, bahkan ketika Yu Na meminta warisannya lebih dulu – padahal orang tua mereka masih hidup – dia memberikannya, dengan satu syarat; jangan datang padaku jika suatu hari kau kesusahan.

Tapi Yu Na pergi dengan percaya diri saat itu.

Sayangnya, pernikahan mewah itu tidak sebanding dengan kehidupan Yu Na setelah lima tahun pernikahan. Uang miliknya hampir habis, hanya menyisakan sedikit untuk pendidikan putra mereka.

"Bagaimana kalau kita mengolah uang itu," kata Won Young pada suatu hari. "Temanku bermain judi dan berhasil melipat gandakan uangnya dalam sekejap."

"Bagaimana jika kalah?" Yu Na masih memiliki rasa khawatir.

"Serahkan saja padaku. Kita pasti akan jadi kaya lagi."

Seperti mendapat keberuntungan, mereka benar-benar melipat gandakan sisa uang itu. Kemewahan kembali menghampiri dan mereka menjadi lebih sombong. Masalahnya, permainan judi bukan sesuatu yang pasti. Keberuntungan itu tidak selamanya. Ketika usia putra mereka menginjak sebelas tahun, uang mereka tak bersisa. Won Young bahkan berhutang banyak ke beberapa orang temannya.

"Coba kau meminta pada kakakmu, dia pasti akan menolong kita."

Yu Na menggeleng. "Meski sudah lebih dari dua belas tahun tidak bertemu dengannya, aku tahu bagaimana sikap Jae Jong. Dia keras dan selalu memegang teguh pada ucapannya."

"Lalu kita harus bagaimana?!" Won Young membanting vas bunga yang ada di dekatnya. "Dia terus menagih sampai kepalaku mau pecah."

Tubuh Da Rim bergetar di dalam kamarnya. Hampir setahun ini, orang tuanya jadi lebih sering bertengkar. Ayahnya bahkan mulai suka melempar barang-barang.

"Kalau begitu, bagaimana jika menjual rumah ini?" kata Won Young seperti menerima ilham besar.

Yu Na langsung menolak dengan tegas. "Rumah ini dibeli dengan uangku. Kalau ini dijual aku harus tinggal dimana? Aku tidak sudi tinggal di rumah kumuh!"

[BL] Hiduplah Untuk Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang