7. Untuk Pertama bag. 1

4K 105 1
                                    

Mereka benar-benar melakukan perjalanan romantis dengan kereta api. Mereka diam-diam menuju daerah berhawa dingin. Jeni dan Edward sudah menyusun rencana sedemikian rupa, supaya mereka bisa menikmati waktu bersama sebelum Jeni menikah.

Perjalanan panjang yang romantis. Jeni sangat senang, Jeni tersenyum bahagai karena Edward menggenggam tanganya. Mereka saling berpandangan dan berciuman.

Edward mengantar Jeni hingga di depan rumah Lyon Geronimo. Namun ia tidak bermaksud akan menemui menantu brengseknya itu. Edward hanya tidak mau bertengkar dengan Lyon jika sampai tua bangka itu melihatnya.

"Aku menunggu di hotel, selamat bersenang-senang dengan ayahmu."

Edward memeluk sambil mencium bibir Jeni sebelum gadis itu turun dari  taksi yang mengantarnya.

"Hmmm..." Jeni hanya menggumam sambil tersenyum lalu mengangguk. Edward melihat Jeni turun dari taksi lalu berlari ke arah ayahnya yang menyambutnya penuh suka cita. Edward tahu, sudah bertahun-tahun Jeni tidak bertemu ayahnya. Ya, sejak meqnceraikan Lydia dan Desiriee pria itu benar-benar menghilang, meninggalkan kehidupan sedihnya.

"Jalan Pak!" Edward menyuruh sopir taksi meninggalkan halaman rumah Lyon Geronimo.

Edward terdiam menuju perjalanan ke hotel. Hidup ini sangat aneh dan terbalik. Apa wajar laki-laki tua brengsek seperti Lyon dan dirinya menyukai gadis yang usianya jauh lebih muda?

Edward merenung tidak habis pikir dengan situasinya sekarang. Edward senang karena Jeni akan menikah, tapi sejujurnya ia akan kehilangan sosok ceria yang bawel. Edward mengenal Jeni seperi ia mengenal putrinya sendiri. Ia melihat gadis. Itu tumbuh karena Jeno pernah jadi partner bisnis yang sempurna untuk perusahaannya. Itu dulu... Sekarang mereka adalah kutukan dan musuh.

"Sudah sampai Pak."

Sopir taksi menghentikan lamunan Edward. Taksi sudah berhenti di depan hotel yang di tuju.

"Ah ya,  makasih."

Setelah sopir membantu menurunkan  koper yang di bawanya, Edward melakukan check in dan mendapatkan kamar yang ia inginkan.

Kamar paling besar dengan interior yang sederhana. Tapi cukup baik untuk ukuran hotel yang terletak di daerah.
Edward akan tidur sendiri, ia juga makan sendiri karena ia tahu Jeni pasti sedang menghabiskan waktu bersama ayahnya yang sudah lama tidak di temuinya sejak perpisahan orang tuanya.

Edward kembali ke dalam kamarnya, ia melihat ponselnya. Edward melihat pesan dari Jeni. Ia mengirimi pesan dan gambar. Jeni dan Lyon berfoto bersama. Edward tersenyum meskipun agak sebal pada Lyon. Walau bagaimanapun mereka adalah keluarga.

"Kau bahagia?" Edward mengirimi pesan balasan.

"Aku merindukannya, jadi aku bahagia."  Jeni membalas dengan cepat.

"Tapi sekarang aku merindukanmu."

Edward kembali memberinya pesan. Edward tersenyum. Jatuh cinta rasanya ternyata masih sama, mendebarkan. Edward jatuh cinta kembali seperti seorang remaja yang menemukan cinta pada pandangan pertama.

"Segeralah kembali padaku." kata Edward.

"Besok."

Edward tidur membaringkan tubuhnya yang lumayan pegal karena perjalanan yang panjang meskipun itu sangat menyenangkan. Edward tidak bisa berhenti menciumi Jeni ketika di dalam kereta api. Kejantanannya terasa bengkak menginginkan tubuh Jeni seutuhnya.

"Ayo kita lakukan." Jeni memohon.

"Ini tempat umum, Jeni. Berciuman saja sebenarnya melanggar norm asusila." kata Edward.

Edward's BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang