1. Masa Lalu

8 2 0
                                    


Aku tidak peduli tentang kekurangan serta kelebihan yang kamu miliki, aku mencintaimu seperti pengabdian bulan pada bumi
***

Aroma tanah tercium begitu pekat, hujan baru saja menyapa bumi Jakarta.
Seorang gadis tengah menikmati aroma yang alam bagikan di lantai 2 sekolahnya, senyumnya selembut senja yang mampu membuat orang-orang terpesona, bulu matanya lentik, hidungnya lancip dengan bibir mungil berwarna pink, matanya sedikit sipit, dipadu dengan kulit kuning langsat. Wajahnya nampak sempurna tanpa celah.

"Alena!" Teriakan nyaring berasal dari seorang gadis yang sedang membawa cup minuman greentea hangat di tangan kanannya, sesekali ia menyesap minuman tersebut. Ia berjalan mendekati Alena. Alena mengangkat alisnya seolah mengatakan "apa-apaan dia". Saat tiba disamping Alena, dia ikut melamun bersamanya, ada-ada saja.

Ah ya, perkenalkan itu adalah Sean Hasley, gadis aktraktif dengan rambut kepang dua yang sudah terlihat berantakan, sesekali menyesap minuman greentea miliknya sambil melihat siswa berlalu-lalang yang baru saja datang ke sekolah.

"Alen, lu mau?" Tawar Sean pada Alena sambil menyodorkan minuman greentea miliknya, Alena membalasnya dengan menggeleng saja. "Yaudah, Alden mana? Tadi anterin lu kan?" Lanjut Sean.

"Gatau, dia telat lagi kayaknya soalnya tadi bilangnya ada kerjaan dulu gatau deh itu apaan" Jawab Alena.

Alden Andromeda, siswa yang sering sekali melanggar aturan, BK saja sudah muak dengan sikapnya yang tidak bisa diberitahu, surat peringatan pun telah diberikan berkali-kali, tapi entah kenapa orangtuanya tidak pernah mau datang. Alasan Alden tidak dikeluarkan adalah meskipun dia sangat-sangat membuat seluruh guru frustasi, tapi prestasinya dibilang seni dan olahraga membuatnya bisa bertahan.

Alena menghela nafas, sampai kapan Alden terus seperti itu? Ia sudah lelah memberitahu pria yang sekarang menjadi pacarnya itu. Mereka satu kelas tepatnya kelas XI-2 MIPA, jadi Alena bisa dengan leluasa mengawasi Alden.

KRINGG...

Bel masuk terdengar memekakkan telinga, semua siswa masuk ke kelas masing-masing, begitu pula Alena, bahkan sampai jam pelajaran pertama dimulai pun Alden masih tidak terlihat.

Sampai pada saat jam kedua berdering, terdengar ketukan pintu, kemudian pintu terbuka setelahnya yang mengalihkan pandangan murid pada Alden, Alden memandang guru yang sedang mengajar sembari nyengir tampak seperti tak berdosa.

"Maaf Pak, saya terlambat hehe" Alden menghampiri Pa Tarno, guru Biologi itu menyilangkan tangan di dada, kemudian Alden menyalimi pa Tarno yang masih di sambut oleh tangan pa Tarno sebelum kemudian menyilangkannya kembali.

"Ah, kamu ini! Bapak udah capek sama kamu! Tapi bapak lagi baik, kali ini silahkan duduk" Ucapan Pak Tarno membuat Alden sumringah, ia segera berjalan menuju kursi miliknya, ia sempat kontak mata dengan Alena sebelum ia duduk di kursinya yang berada di 2 kursi belakang gadisnya.

Jam pertama hingga keempat berjalan dengan kondusif, hingga sekarang tiba waktunya untuk istirahat. Siswa beserta siswi SMA Abdi Taruna berbondong-bondong menuju kantin sekolah, sedangkan Alden bukannya menuju kantin seperti siswa kebanyakan, namun ia bersama 4 temannya yaitu Devan, Farrel, Rezvan dan Tama malah berjalan menuju gerbang belakang yang berada di dekat gudang sekolah untuk pergi ke tempat tongkrongan mereka.

Saat tiba di depan gerbang tersebut, seseorang mencegahnya, tak lain merupakan wakil ketua OSIS, Kenzo namanya. Ia memegang buku ditangan kanannya, buku berwarna biru untuk mencatat anak-anak yang melanggar aturan sekolah yang nantinya akan di beri poin setiap pelanggaran.

"Mau kemana?" Tanya Kenzo menatap mereka semua dengan sinis.

"Biasa, lo minggir dah, daripada nanti nasib lo sama kayak Deren" Devan memperingati. Hal tersebut membuat Kenzo menelan salivanya, namun wajah ketakutan sama sekali tidak ia tunjukkan. Ia harus menjalankan tugasnya, namun disisi lain ia takut jika harus bernasib sama seperti Deren.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To BalanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang