Happy Reading~!
#
#
#
#
#
"ah~! Aku pasti akan merindukan kalian” ucap Belinda sembari menatap Rafael dan Violet bergantian dengan tatapan sedihnya. Rafael tertawa gila mendengar ucapan gadis itu, sementara Violet menatap tanpa minat dua orang gila yang telah menculik dirinya.
“hahaha setelah ini kami akan hidup bahagia~! Tinggal jauh dari orang-orang menjengkelkan itu dan membangun keluarga bahagia bersama Lesya! ah…tidak-tidak, maksudku Violet” ucap Rafael sembari menatap Violet yang kini tercengang dengan senyuman miringnya.
“Lesya? siapa dia? Aku belum pernah mendengar nama itu di kekaisaran ini?” tanya Belinda sembari menatap Rafael yang sedang menata beberapa barangnya dan Violet di sebuah koper. Ya, Rafael memang berencana untuk membawa kabur Violet dan meninggalkan kekaisaran Mosha. Pergi ke tempat yang sangat jauh, di mana tak akan ada yang dapat mengusik kehidupan nya kelak.
“kau tak perlu tahu. Lebih baik kau awasi keaadan sekitar, jangan sampai kami tertangkap” ucap Rafael. Belinda menatap sinis pria itu sebelum pergi meninggalkan ruangan berdebu itu. mengawasi keadaan sekitar.
“dari mana kau mengetahuinya?” tanya Violet setelah melihat Belinda benar-benar telah Pergi meninggalkan mereka berdua. ia membuang pandanganya ke arah lain, enggan menatap wajah Rafael yang kini sangat amat menjengkelkan di matanya. ia merasa Rafael bukan lagi sosok yang ia kenal.
“ah itu ya? waktu itu aku tak sengaja mendengar ucapanmu di toilet” jawab Rafael santai seraya memainkan beberapa helai rambut Violet yang tergerai, sedangkan Violet menatap terkejut pada Rafael ketika mendengar pengakuan pria itu. ia sama sekali tak menduga akan ada yang mendengar ucapanya. terlebih itu adalah Rafael.
“lalu kenapa kau menculikku? Kita tak lagi berhubungan. Aku bahkan telah memiliki tunangan…Rafael, sadarlah. Lepaskan aku, kau akan terkena masalah jika pihak istana Mengetahui perbuatanmu. Axton tak akan tinggal diam” ucap Violet panjang lebar, berusaha menyadarkan Rafael yang mungkin sedang kerusakan pikirnya. Tetapi semua itu tak berguna karena kini pria di hadapanya itu menatap menatap marah padanya.
“diam! Jangan bercanda Violet! baik dulu maupun sekarang kita akan selalu berhungan!. Tingggalkan Axton pria bajingan itu. Kau hanya pantas bersamaku! Kita akan tinggal di sebuah desa yang asri, membangun rumah tangga yang bahagia bersama anak-anak kita. Bukankah itu adalah impian mu?!” tanya Rafael dengan nada setengah membentak. Ia mencengkram kuat pundak Violet, sama sekali tak memperdulikan keadaan gadis itu.
“ya! semua itu memang pernah menjadi sebuah impian bagiku, tetapi itu dulu bukan sekarang. Aku tak lagi mencintaimu Rafael. Kau bahkan sama sekali tak memikirkan nasib Greisy nantinya. Dia adalah adik mu di kehidupan ini. apakah kau tak memikirkan nasibnya kelak akibat perbuatanmu?!” Violet membalas ucapan pria di hadapanya dengan penuh emosi. Saat ini ia sama sekali tak mengerti akan jalan pikir pria itu. mengapa ia sangat bodoh? Ia seharusnya sadar, rasa yang di milikinya bukanlah cinta, melainkan obsesi semata.
Plak!
Hal yang tak pernah Violet duga pun terjadi. Rafael baru saja menamparnya. ia ingat bahkan sangat ingat bahwa pria itu tak pernah menyakiti dirinya. Kini Violet benar-benar telah menganggap Rafael gila. Pria itu berubah untuk alasan yang sangat mendrama.
“lihatlah? Kau bukan lagi orang yang ku kenal. Kau menamparku, kau seharusnya tahu bahwa aku sangat membenci itu. kau mengingatkanku pada ayahku yang brengsek” ucap Violet sembari menatap datar pria yang ada di hadapanya. Pria itu, Rafael. Menatap tangan yang baru saja ia gunakan untuk menampar Violet tak percaya. Kini ia benar-benar takut Violet akan membenci dirinya.
“ma—mafkan aku…a—aku tak sengaja” ucap Rafael terbata-bata, menatap khawatir pada pipi Violet yang memerah akibat tamparanya. Violet sama sekali tak membalas ucapanya, gadis itu menatap datar dirinya yang kini tengah di landa kepanikan.
“ma---maafkan aku” ucap Rafael lagi, kemudian membekap mulut dan hidung Violet dengan sebuah sapu tangan yang telah di taburi obat tidur.
🍁🍁🍁“hahahah” Rafael tertawa dengan kedua tanganya yang berada di saku celana. Angin sepoi-sepoi yang berhembus kencang, air biru yang membentang luas membuat senyuman pria itu semakin lebar. Ya, saat ini Rafael dan Violet telah berada di sebuah kapal besar yang akan membawa mereka pergi dari kekaisaran Mosha.
*Sementara itu di tempat lain
“katakan! Di mana putriku jalang!” bentak duke Brenthly sembari mencambuk Belinda tanpa ampun. Sama sekali tak perduli dengan keadaan mengenaskan gadis itu, kini yang ada di benaknya hanyalah putrinya seorang.
“ha! dasar tua Bangka bodoh! Aku tak akan memberitahumu” ucap Belinda sembari tersenyum meremehkan. Duke yang mendengar jawaban dari gadis itu semakin membabi buta memukulinya, tetapi seseorang mencekal lenganya.
“katakan di mana Violet. Kau akan menjadi permaisuri berikutnya jika kau memberitahu kami. Bukankah itu yang kau inginkan?” tanya Axton dengan ekspresi datarnya. Duke menatap Axton tak percaya, tentu saja ia tak terima mendengar itu. tetapi ketika ia kembali teringat akan Violet yang lebih penting dan utama dari segalanya, maka ia hanya diam menantikan jawaban dari gadis yang beberapa waktu lalu pernah menumpang di kediamannya.
“ya…inilah yang ku nantikan” ucap Belinda sembari tersenyum manis yang tampak begitu menjijikkan di mata Axton. benar-benar telah kehilangan akal. Ia terpaksa melakukan hal menjijikkan ini, karena baginya Violet lebih penting dari apapun itu.
🍁🍁🍁
“lebih baik aku mati dari pada harus bersama bajingan itu” gumam Violet sembari memijit pelipisnya yang masih terasa berdenyut akibat menghirup obat tidur dari Rafael. Gadis itu kini tengah berjalan diam-diam menelusuri kapal. Ia berniat kabur dari pria gila itu. sungguh menyeramkan harus tinggal dalam jangka lama dengan seorang manusia gila seperti Rafael pikir Violet.
“rupanya kau di sini sayang. Aku mencari mu kemana-mana. Hahaha jangan berpikir untuk kabur oke?’ ucap Rafael yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Violet. Yang tentu saja membuat gadis itu terkejut bukan main. Ia tanpa sadar berjalan mundur kala pria itu mendekatinya dengan senyuman yang begitu mengerikan di matanya.
“jangan mendekat!” peringat Violet dengan nada setengah membentak. Kini ia sudah tak dapat berjalan mundur karena telah sampai pada tepi kapal. Ia tak bisa berlari kemanapun. Kini pilihan nya hanya dua. Jatuh ke dalam lautan biru itu atau merelakan Rafael membawanya.
“selamat tinggal orang gila!" ucap Violet sembari mengacungkan jari tengah nya, Kemudian tanpa ragu melompat dari kapal itu.. matanya terpejam, tanganya terkepal kuat. Ia tak bisa berenang, ia tahu mungkin hari ini adalah hari terakhir ia menghembuskan napas di dunia novel ini.
“TIDAK!! VIOLET!!” teriak Rafael dari atas kapal. Kini pria itu benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Ia sangat ingin menyelamatkan Violet, karena ia tahu bahwa gadis itu tak bisa berenang, tetapi di sisi lain ia ragu untuk melakukan itu karena gelombang laut yang begitu kuat. Ia bahkan yakin mungkin di bawa sana terdapat hiu ataupun hewan air buas lainya.
“ini sesak...sangat sesak dan menyakitkan...siapapun, tolong aku..."
batin Violet sebelum kegelapan menjemputnya. Sekilas sebelum ia tak sadarkan diri, ia melihat sesuatu mendekat kearahnya. Entah itu hiu atau mungkin seseorang yang datang untuk menyelamatkanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY SUN✔️
FantasíaLesya Abigail sama sekali tak menyangka dirinya akan bertransmigrasi ke raga salah satu seorang figuran novel yang terakhir kali ia baca. Novel favoritnya. Seorang introvert yang memiliki masa lalu menyakitkan, memilih bunuh diri dengan meloncat da...