Keberhasilan acara santunan tempo hari, rupanya terdengar oleh pihak kampus. Sehingga Pak Aydan, selaku dosen pembimbing kelompok ini pun memberi apresiasi melalui grup kelompok. Beliau juga meminta laporan acara kegiatan yang akan diserahkan ke pihak kampus sebagai salah satu contoh kegiatan P2M (Pengabdian Pada Masyarakat).
“Aduh, harus besok banget nih laporannya?” tanya Mahen yang baru saja ikut duduk melingkar di ruang tengah.
Arjuna yang juga baru saja membaca isi grup pun mengacak rambutnya. “Beliau gak minta besok, sih. Tapi masalahnya besok beliau mau ke sini, dan kita mau gak mau untuk kasih lihat laporannya besok.”
“Yuk, bisa, yuk.” Zuney menepukkan kedua tangannya, bermaksud memberi semangat kepada teman-temannya.
“Bisa, yuk. Bisa gila.” Qistiya menyenderkan kepalanya di pundak Zuney.
Semua tertawa.
“Mandi, gih, mandi.” Ardana yang baru saja selesai mandi pun melihat jadwal mandi yang tertempel di dinding. “Abis gue... Hakim.”
Jendra menendang pantat Hakim, karena sedari tadi Hakim asyik bermain game di ponselnya dengan posisi tubuh menelungkup di lantai. “Kim, mandi sono. Bentar lagi magrib. Gantian.”
“Lo dulu aja, Jen.” Hakim masih fokus pada ponselnya.
“Beneran gue dulu?” Jendra sudah siap berdiri.
“Iya. Tapi abis Jendra gue ya, gais.”
Arjuna hanya menggeleng melihat kelakuan Hakim. “Beban kelompok nih, yang begini.”
Mahen membuka laptop. “Gue cicil dari sekarang, deh.”
Qistiya pun mendekat. “Gais, ini tugas bersama, ya. Jadi jangan mentang-mentang gue sama Mahen itu sekretaris, jadi semua dikerjain berdua.”
“Siap, Qis!” Zuney pun menarik laptopnya. “Kita bagi-bagi aja. Jadi lo tinggal finishing aja, gimana?”
“Setuju gue. Gue bantu apa nih, Qis?” Charlo mendekat pada Qistiya.
“Gak usah modus!” Zuney melempar Charlo dengan tutup pulpen.
Charlo tertawa. “Gak modus, ih. Beneran gue mau bantuin.”
“Gabung per-partner, yuk? Biar ngerjainnya berdua-berdua,” ujar Arjuna.
Mahen menahan senyum, seraya meledek Arjuna lewat tatap. “Kukira cupu, ternyata suhu.”
“Eh yaudah ayo.” Zuney mendekat pada Arjuna. “Gue yang ngetik, lo yang mikir ya, Jun.”
Ardana melirik Hakim. “Partner gue mah Hakim, ih, gamau ah.”
Semua tertawa.
“Kim, anjir, main game terus.” Qistiya merebut ponsel Hakim. “Bantuin Nana atuh.”
“Ih atuh, bentar lagi, Qis.” Hakim berusaha merebut kembali ponselnya.
Ardana mendekat pada Arjuna dan Zuney yang sudah berfokus pada laptop. “Mas, gue gabung sama kalian aja, ya?”
Arjuna tertawa. “Gak, ah. Jangan ganggu, Dek. Sana sana.”
“Mas, ih. Gak kasian apa?”
“Dih, dulu siapa yang mau jadi partner Hakim, coba?”
“Mas....” Ardana semakin cemberut. Lalu duduk di samping Vannesa dan Panji. “Ca, lo kok gak bantuin Panji? Lo kenapa diem aja?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mel(ingkar) ✔
Teen FictionIni kisah tentang sepuluh orang yang mempunyai kebiasaan duduk melingkar, memecahkan berbagai masalah, dan menabung kenangan masa muda. Berikrar akan selalu berteman selamanya dan berharap tidak ada satu kata yang mampu mengubah lingkaran itu hanya...