21

194 24 12
                                    
























"Ah, jadi ini hadiah untuk ibumu? Tapi nampaknya sweater manis ini tidak pantas untuk diberikan kepada ibu dari babi sepertimu. Pecundang semacam dirimu ingin membahagiakan seorang ibu? Hahaha ibumu saja sudah sangat malu--"

BRAKKKKK!!!!!

"Kau sudah berlebihan, Choi Tzuyu."

"Hei, bung? Ada masalah dengan gadisku?" bela lelaki yang masih mengangkat tinggi-tinggi dompet berwarna hitam kusam itu dengan tangan kanannya. Sedang tangan kirinya ia gunakan untuk mengapit sebatang rokok yang menyala. 

Wanita yang dipanggil Tzuyu tadi lantas terlonjak dan bangkit dari duduknya. Berdiri dan mematikan rokok kemudian menata tampilannya. "M-mingyu-ssi, a-ah nampaknya kau sedang salah dengar. A-aku, aku--" perkataan wanita tersebut kembali terpotong karena lehernya kini telah dicekik oleh lelaki tadi. 

"Kau ingin membela diri dan bersikap manis dihadapan lelaki ini? Wah, jalang sepertimu memang memiliki wajah dimana-mana ya? Bertingkah manis, imut, dan polos kemudian rela mengangkang dan meneriakkan desahan untuk setiap lelaki. Kekeke~ aku tak heran. Setidaknya hargai dulu diriku yang baru saja memakaimu," ucap lelaki tersebut dengan penuh penekanan. 

Kanan kirinya yang ia gunakan untuk mencekik leher Tzuyu semakin erat. Batang rokok yang terselip di sana juga tak lupa ia dekatkan ke leher mulus milik sang wanita. Seringai penuh kekejaman ia lemparkan sembari menatap sang wanita yang sudah merengek kesakitan. 


SRATTT....

DUAGHHHH!!!


Lelaki tersebut sudah terhuyung mundur. Ia akui pemuda tinggi di depannya ini memiliki tendangan yang kuat dan gerak yang gesit. Sedikit memukau sebenarnya. Ia bahkan hendak melemparkan pujian jika situasi yang mereka hadapi saat ini memang tepat. 

"Kau siapa? Sudah sangat siap mencari perkara denganku, ha?!" tantang lelaki tersebut kepada Mingyu. Yang ditanya sebenarnya ragu, namun bukan saat yang tepat bagi dirinya untuk melangkah mundur. Sudah kepalang basah, sekalian saja bukan?

"Jika aku hanya berbicara dengan baik-baik apakah kau akan mendengarkanku? Apa kau akan membebaskan lelaki ini?" tanya Mingyu yang sebenarnya tidak akan mendapatkan sambutan yang baik. 

"Ah, kau tidak ingin membebaskan wanita itu juga? Wah, kasian sekali kau Tzuyu. Lelaki ini bahkan tidak peduli padamu." Gelak tawa langsung terdengar memenuhi toilet yang enggan dimasuki seseorang. 

"M-mingyu--"

"Wae geurae? Bukankah kalian berada di pihak yang sama?" perkataan Mingyu memotong pembelaan yang hendak dilontarkan oleh Tzuyu. 

"A-aniyaa, a-aku aku diancam dan aku akan terkena masalah jika tidak berada di pihak yang sama dengannya!" seru Tzuyu mencari pembelaan. Setidaknya dirinya harus selamat kali ini. 

"Bajingan!! KAU PEREMPUAN BAJINGAN!!!! HAHAHAHA. Aku tak heran, jika kau bisa mengangkang ke sana sini, tentunya kau juga bisa menjilat ke kaki ku maupun ke pantatnya juga kan?" serang lelaki itu. Bahkan dirinya sudah melesat menghantam tubuh Tzuyu yang menjadikan keduanya kini berada di atas lantai. Dengan tzuyu berada di bawah dan leher yang kembali tercekik. 

Mingyu yang melihat lantas menarik kerah belakang dari kaos yang digunakan oleh sang lelaki tersebut. Meskipun ia telah mengetahui tabiat buruk dari wanita tersebut, dirinya masih tau jika perempuan bukan lawan yang sepadan. "Jangan menyerang wanita, tuan. Kau yang bajingan ternyata juga pengecut ya?" lontar Mingyu dengan raut wajah yang datar. Ekspresi wajahnya yang dingin dan belum pernah Tzuyu lihat mampu membuat wanita itu meneguk ludahnya kasar. 

The UndergroundWhere stories live. Discover now