5.

8 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku meneruskan cerita sebelumnya setalah memesan makanan. Dua gelas minuman lebih cepat terhidang di meja. Menatap warna air yang ku pesan itu seperti jendela yang terbuka dan menerobos masuk pada ingatan. Sekali lagi, aku melihat pada kejadian yang terjadi sepuluh tahun silam.

Aku tidak membalas dengan cepat, " Ku kira anak laki-laki ngga pernah bergossip. "

" Tapi itu fakta, bukan gossip, Crys. "

" LALU? " dibanding dengan bertanya karna penasaran, nada bertanya ku lebih pada menantang. Aku tidak suka dengan topik yang dibahasnya dan apa tujuannya? Tapi bila digunakan untuk semacam pemanfaatan, ku pikir mana mungkin.

" Aku ketua dikelompok ini, jadi jika terasa yang aneh pada tubuhmu – "

" . . tenanglah, aku GA selemah itu. "

" Tal, ku harap yang ada dipikiranmu bukan karna tidak ingin merepotkan orang lain. Sama sekali ngga ada kearah sana, sungguh. Jadi jangan memaksakan diri untuk merasa kuat setiap saat. "

" Akupun ngga ada berfikiran positif seperti yang kamu bilang. Aku masih mengutamakan nyawa ku sendiri, dan tidak akan memperdulikan seberapa repotnya mereka olehku nanti, karna alasan aku bergabung, adalah paksaan dari mereka. Jadi, aku pasti laporan padamu, apa bisa lebih tenang, sekarang?? "

Perbincangan kami selesai di sana, dia kembali meneruskan mendengar musiknya dan aku kembali pada pemandangan yang ku lihat. Karna tidak ada pembahasan lagi, sebenarnya sejak awal memang tidak ada pembahasan hanya terpaksa harus berbincang. Jadi, aku tertidur selama perjalanan sejak dia tidak mengajakku berbicara lagi. Kami berdua sama-sama terlelap.

Saat sadar, entah sejak kapan bahunya sudah menjadi bantalan yang nyaman menjadi sandaran sampai-sampai salah satu earphonenya terlepas, mungkin pergerakan tambahan dariku. Aku bertanya-tanya, apa itu tidak mengganggunya?? Sebelum aku tersadar, apa dia terbangun dan menyadari lebih dulu???

Memang tidak tau malu. Aku yang tidak ramah, selalu berprasangka tapi malah lebih dulu mengambil keuntungan darinya. Mau ku taruh dimana wajahku???

 Mau ku taruh dimana wajahku???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gratitude Journal (The Landlord Of Tightly Stored Memories)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang