1. Prolog: Hi Jeno, I'm Here!

4.1K 345 4
                                    

Halo semuanya!

Ini Kaput (@kelonin) sekedar ingin memberitahu secara tegas, bahwa cerita ini dan cerita aku yang lain adalah FIKSI.

Aku hanya meminjam wajah dan nama idol untuk ceritaku. Jadi, tidak ada sangkut pautnya dengan mereka di kehidupan nyata.

Karakter mereka sendiri disini hanyalah semata-mata berasal dari imajinasiku.

Jadi, tolong jangan menganggap idol seperti mereka di dalam ceritaku ini ya. Mereka ya mereka di kehidupan aslinya, sedangkan disini mereka adalah karakter buatan.

Terimakasih!

Salam hangat,
Kaput.

────────────────

Indonesia, 2017.

Lee Jeno, putra semata wayang keluarga Lee akhirnya berulang tahun yang ke-17 tahun. Pemuda tampan itu tak henti tersenyum setelah pesta ulang tahunnya selesai.

Tinggal dirinya sendiri di rumah besar yang terasa dingin seketika. Senyum indah itu pada akhirnya lenyap entah kemana dalam sekejap. Tidak ada lagi mata sipit yang membuat orang lain ikut bahagia menatapnya, hanya ada kekosongan disana.

Jeno meraih tisu yang ada di atas meja, mengusap wajahnya yang penuh dengan krim kue.

Kesepian. Jeno selalu berada dalam lingkaran menyesakkan itu, sendirian. Sejak kecil hidupnya memang sudah seperti ini, orang tuanya terlalu sibuk bekerja sampai melupakan anak mereka yang masih butuh kasih sayang.

Dia tidak punya memori indah bersama kedua orangtuanya. Bahkan dihari ulang tahunnya pun mereka tidak datang. Mengucapkan selamat? Mungkin lupa, atau melupa. Dia sudah tidak peduli lagi dengan itu semua.

Pada akhirnya yang Jeno lakukan adalah duduk di balkon kamarnya dengan gitar coklat yang sudah dimilikinya sejak kecil. Lebih tepatnya gitar milik almarhum kakaknya.

Gitar usang yang sudah berusia tiga puluh empat tahun. Usia kakaknya jika masih hidup.

Ayahnya yang membelikan ini untuk kakaknya yang bahkan masih di dalam kandungan saat itu. Dulu ayahnya adalah pemain gitar yang hebat, dan bercita-cita ingin menjadi seorang penyanyi. Namun, itu semua gagal karena ayah harus melanjutkan bisnis keluarga dan mewariskan bakat bermain gitarnya pada Jeno.

Tapi bahkan Jeno sudah lupa kapan terakhir kali melihat ayahnya bermain gitar. Memori itu sudah lama hilang dalam ingatannya.

Jari-jari panjang milik Jeno bermain apik pada senar gitar, membuat nada indah yang sedap didengar. Malam ini pun sangat cerah, mungkin dunia turut merayakan ulang tahunnya. Suasana jadi lebih baik.

"Wah~ keren banget mainnya!"

Jeno menoleh dengan cepat ke belakang. Sampai-sampai gitar coklat miliknya hampir jatuh jika saja ia tidak memiliki refleks yang bagus.

"S-siapa?!" Teriak Jeno menatap sosok pemuda yang sepertinya seusianya. "Lo gimana bisa masuk rumah gue?!"

Sosok manis itu tersenyum menunjukkan gigi rapinya. "Udah bisa lihat aku?"

"Hah?" Jeno menatap tidak paham. "Keluar atau gue telepon polisi sekarang." Gertak Jeno panik. Dia sudah siap memukulkan gitarnya.

Do You Remember Me?✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang