24. Ditinggal?

421 94 22
                                    

Kini Anna berada di sebuah cafe bersama dengan Farhan. Lelaki itu tadi menjemput Anna di rumah Fajri.

Tak lupa lelaki itu mengeluarkan petuah untuk gadis kecilnya itu yang begitu keras kepala.

Farhan melirik Anna yang sedang sibuk dengan makanannya. Ada yang berbeda dari ekspresi yang diperlihatkan Farhan sekarang. Lelaki itu nampak begitu bimbang, seperti sulit untuk mengeluarkan semuanya.

"Kenapa?" tanya Anna saat menyadari gelagat Farhan.

Farhan menggelengkan kepalanya, tak lupa ia memberikan senyum pada Anna.

"Serius?"

Farhan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Anna pun mengangkat bahunya acuh, ia kembali melahap makanannya.

"Gue nggak berhasil dapat donor ginjal, An," ucap Farhan.

Anna mendongak, mulutnya bergerak mengunyah makanan. "Gue udah duga kok, Bang," balas Anna tersenyum hambar,

"gue tahu, nggak gampang buat nyari orang yang mau ngedonorin ginjal kaya gitu."

Farhan menggenggam tangan kiri Anna yang berada di atas meja, menatap gadis di hadapannya itu.

"Gue janji, gue bakal bantu cari donor ginjal, An. Lo sabar dulu ya."

"Jangan berjanji dengan hal yang belum pasti." Anna melepas genggaman Farhan, ia memilih kembali makan.

Melihat respon Anna, Farhan bergeming. Baru kali ini, ia merasa gagal menjadi seorang Kakak.

"Jangan di pikirin, Bang. Gue nggak papa, gue cuma nggak mau lo janji aja," ucap Anna seolah sadar dengan diamnya Farhan.

"Gue bakal berusaha sebisa gue, An."

Anna berdeham, menganggukan kepalanya.

Setelah itu suasana di meja mereka cukup hening, diantara keduanya tidak ada yang berbicara lagi.

Farhan menghela napas pelan.

"An," panggilnya bersamaan dengan makanan Anna yang habis.

Anna mendongak, menunggu Farhan berbicara.

"Menurut gue, sebaiknya lo kembali ke rumah lo yang dulu. Gue khawatir kalau lo tinggal sendiri di rumah itu, gue takut lo kenapa-napa," ucapnya.

Anna mengerutkan keningnya. "Kenapa khawatir? Kan ada lo Bang, yang selalu siaga jagain gue," balasnya.

Farhan menundukan kepalanya, ia bingung harus bicara atau tidak pada Anna tentang masalahnya.

"Lo baik-baik aja, Bang?" tanya Anna menggenggam tangan kiri Farhan.

Farhan berdeham, menganggukan kepalanya. "Gue baik-baik aja, hanya saja pikiran gue lagi nggak baik, rasanya ribut banget."

"Kenapa?"

"Gue udah nggak bisa jagain lo lagi, An," ucap Farhan. Refleks Anna melepaskan genggamannya, menyandarkan tubuhnya di kursi. Ini terasa begitu tiba-tiba.

"Kenapa? Mama lo, nyuruh lo nikah ya?" tanya Anna, dengan senyum merekah. Namun terlihat senyum yang di paksakan.

Farhan menggelengkan kepalanya, ia sedikit tertunduk menutupi kesedihannya.

"Gue harus ke luar negeri, An. Gue harus jalani bisnis keluarga gue disana," jelas Farhan menjeda ucapannya,

"gue tahu, gue nggak akan selamanya disana. Tapi, gue nggak bisa mastiin, kapan gue pulang. Gue takut nggak bisa jagain lo, gue takut lo kenapa-napa, apalagi gue bakalan jauh. Makanya gue minta, lo tinggal di rumah lama ya."

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang