Tipuan di Final

18 8 1
                                    

"SAYA BERANI SUMPAH!"

"Kalem-kalem," pemuda jangkung berkemeja kotak itu menahan sosok Gema yang kini menatap tajam kearah beberapa pemuda seumurannya.

"Bukan kalem-kalem Go, tiga hari yang lalu kan udah fiks tanda tangan segala macem. Gue udah hitung total dana sponsorship didepan owner nya," jelas Jack pada Ugo yang tadi menahan Gema.

"Yang jadi pertanyaan, kenapa langsung transfer tanpa cek ulang. Gitu aja," kata Adam.

"Kita nanya Gem, bukan salahin," tambah Kak Hee.

"Gue gak merasa bersalah karna memang gue gak salah, cuman cara Juna nanya gak enak gak pantes," jawab Gema.

Juna yang daritadi diam, duduk diantara Ajay dan Ikal kini menghela nafas.

"Sorry atuh lah kalo bikin lo ngerasa gak enak," katanya, sedikit mengangkat dagu.

Gema mendecih.

Sedangkan Ojun yang baru mematikan putung rokok, menepuk bahu Gema menenangkan.

"Kita tunggu dan lacak sendiri dulu, kalo gak ketemu yaudah jalan tengah nya lapor polisi, nanti ayah gue ikut bantu." Kata Ajay.

"Gue bisa aja bikin thread tentang kasus ini,  produk mereka booming banget bulan lalu," ujar Ikal kini.

"Jangan. Jangan dulu." Ucap Ojun tegas.

Setelah tiga hari meeting dengan pihak yang bakal jadi sponsor. Semua jadi kacau.

Ditambah waktu pada hari H sebentar lagi.

Semua proges sudah mencapai sembilan puluh persen.

Alih - alih tinggal persiapan final malah kena tipuan di final.

Gimana bisa? Semua sudah deal. Proposal yang dikirim pihak Rustle Road sudah memenuhi kriteria sebagai pihak peminta sponsor. Total segala hal dalam sponsorship sudah dihitung dengan nominal yang jelas.

Namun, saat dana sudah di transfer tanpa kurang nominal sepeser pun.. Pihak perusahaan yogurth itu malah menghilang. Tanpa konfirmasi bahwa dana sudah diterima.

Jelas, Gema tak menerima saat baru saja datang langsung disambar pertanyaan,

"Gem, dana dibayar atau disakuin?"

Pertanyaan anjing dari Juna.

Data pembayaran udah dishare jelas di grup chat. Dan maksud Juna melontarkan pertanyaan itu apa?



"Dari awal, gue ragu buat urus semua ini tanpa bantuan Abang Kiming dan Mas Ta," kata Gema. "Ojun, juga ragu." Lanjutnya menoleh pada Ojun.

Ojun mengangguk, membenarkan duduknya kini. "Abang Kiming dan Mas Ta udah dikasih tau, tapi mereka belum bisa dateng hari ini. Nanti malem Abang Abin  yang kesini," katanya.

"Tapi harus lapor polisi, ini jelas penipuan," kata Ajay.

Mereka mengangguk setuju.

Suasana hening, hanya lagu Linger dari The Cranberries yang terdengar dari speaker diujung meja kayu.

Beberapa gelas yang berisi kopi dan sisanya hanya meninggalkan ampas hitam di dalamnya.

Kuaci yang masih utuh berada didalam toples coklat tanpa tutup dan cangkangnya dibiarkan berserakan sekitar meja.

Tak lupa, beberapa bungkus rokok dengan merek berbeda tergeletak disebelah asbak kayu.

Kepulan asap kini menyerbu diantara mereka. Melayang indah berwarna putih.

Ugo. Si cowok kelahiran bulan september ini hanya fokus pada ponselnya. Dia bukan perokok.





"Kumaha?" Tanya lelaki bertopi hitam yang baru saja datang dan menanyakan bagaimana pada mereka.

Gema mendongak melihat Abang Abin yang datang tak sendirian. Bersama, Abang Kiming dan Mas Ta.

Mereka membenarkan duduk.

Adam kini berpindah tempat, membiarkan Abang Abin, Abang Kiming dan Mas Ta duduk. Dan ia merapat pada Ajay dan Kak Hee.

Gema menjelaskan, Ojun menyampaikan ulang daftar proges acara dan Jack mentotalkan ulang segala dana.

Abang Abin mengangguk, "coba sini gue liat daftar nya," katanya.

"Tapi saya salut, kalian gak langsung datengin kantornya, bisa aja langsung gerebek kan?" Tanya Mas Ta.

"Ide nya Ikal tadi gitu sih Mas," ucap Ojun.

"Yehhh, bandel!" Celetuk Mas Ta sambil menjitak kepala Ikal. Ikal hanya tertawa kecil.

"Gak ada satu pun kontak yang bisa dihubungi?" Tanya Abang Kiming memastikan ulang.

"Gak ada bang, kita lacak lewat sosial media sampai spam chat lewat DM pun gak ada respon," jawab Gema.

"Biar gue aja yang datengin kantornya besok pagi," kata Abang Kiming.

"Perlu ditemenin gak?" Tanya Abang Abin, "Adam atau Ojun?" Lanjutnya.

Abang Kiming bergeleng, "gak usah."

"Jangan buat keributan," ucap Mas Ta.

"Udah sekarang balik, kalo acara nya gak terselanggara minggu ini gak usah dipaksa untuk bisa terselanggara kata Mas Wonu juga," jelas Abang Abin.

"Owner nya," kata Kak Hee memberikan photo pada Abang Kiming.

"Sip." Jawabnya.















abang abin tuh santai, sesuai namanya abin gak serem tapi bawaannya emang bikin takut aja gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

abang abin tuh santai, sesuai namanya abin gak serem tapi bawaannya emang bikin takut aja gitu..

Rustle Road Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang