Jingga masih menangis di belakang posko. Disini ada tempat jemuran, pohon mangga, lalu sebuah bangunan yang hanya ada atap genteng untuk menyimpan batu bata milik Bu Narti. Belakang posko ada jalan keluar menyamping yang tembus ke depan.
"Ngga.." Jingga mengusap air matanya cepat-cepat saat tahu ada yang memanggilnya.
"Ya Din.."
"Pak Raka mau pulang" sahutnya
"Biar saja, kan sudah ada yang lainnya"
"Dia menghitung jumlah personel kita, kurang satu katanya" gadis kalem itu menyentuh bahunya sembari tersenyum. Jingga menganggukkan kepalanya.
"Aku lewat samping sini saja" katanya. Mereka berdua melangkah menuju halaman posko. Raka melihatnya datang, namun ia sengaja memalingkan muka. Laki-laki itu menaiki mobil, melajukan mobilnya perlahan. Raka menatapnya tajam saat kedua mata mereka bersiborok lalu jingga membuang muka kembali."Gila ya DPL kita baik banget. Kemaren dibeliin makanan, eh sekarang bakso. Aku tanya ke kelompok lain katanya pak Raka nggak gini amat. Eh ternyata ada maunya. Baikin calon adik iparnya" celoteh Lusiana, sekomplot dengan Ivy sih mereka. Ivy hanya tersenyum bangga, setengah menyombongkan diri.
"Ya iyalah, dosen cocoknya sama dosen. Sama-sama pinter, cakep cakep juga" Novi menimpali.
"Eeh jangan ke geeran kalian. Siapa tahu dia kayak gitu emang ada pawangnya" kali ini suara kordes Ferry menimpali. Sepertinya Ferry sekarang jadi agen lambe turah deh selain jadi kordes.
"Maksudmu pawangnya? Ya iya kan pawangnya Bu Sarah, adeknya disini. Ya tentu lah ambil hati adeknya" cetus Lusiana tak mau kalah.
Di tempat yang tak jauh dari kegaduhan mereka ada yang lainnya yang tak tersentuh dengan pembicaraan itu.
"Hallah baru calon adik iparnya aja udah geer nya ngalah-ngalahi mau ketemu artis. Suombongnya minta ampun. Kalo nggak jadi hmm awas aja. Inget sebelum janur kuning melengkung masih bisa di tikung!" Kali ini Karin bersungut-sungut sendiri. Diana dan Dinda sampai tak kuasa menahan tawa mereka.
----------------*************---------------
Hari ini piket kelompok Jingga. Ia harus bangun jam 4 pagi agar bisa ke pasar setelah subuh nanti. Jingga, sakti, Dinda dan Andre. Jingga harus membangunkan sakti lebih dahulu agar pria itu mau mengantarnya ke pasar.
"Sak... Aku pingin itu" sakti menoleh pada seorang pedagang yang ditunjuk jingga.
"Apa tuh"
"Nasi jagung, aku lagi pingin ini hehe"
"Ini masih pagi ngga..."
"Aku udah laper, semalem aku nggak makan" iya, semalem habis apel malam, ia langsung tidur dan nggak selera makan karena peristiwa kemaren siang.
"Ya udah, nggak sekalian sama bubur candilnya tuh?" Tawar sakti kembali.
"Hehe boleh" sakti geleng-geleng tak percaya.
"Nanti masih makan di posko?"
"Hehe, .." jingga hanya meringis malu. Sakti benar-benar amazing dengan gadis di depannya.-------------------***********----------------------
Seharian ini berjalan sesuai rencana. Jingga dan Sakti bersama ke SMA, yang lain dengan proker masing-masing. Jingga sedang sibuk akan mencuci piring setelah agenda makan malam mereka. Dinda dan Andre masih menyelesaikan tugasnya yang lain."Aku bantuin Ngga..." Tawar sakti yang sudah ada di sebelahnya.
"Eh nggak usah Sak... Cuma dikit gini"
"Biar cepet, tadi Ferry bilang kita di suruh ikut pengajian rutin ke dusun sebelah habis itu silaturahmi ke kamituwo" jelasnya."Ohya, siapa saja"
"Aku, kamu, Dinda sama Nurdin, dia kan ikut UKM keagamaan barangkali nanti disuruh sambutan biar dia maju""Yang lain?"
"Yang lain ke karang taruna, ke rumah pak lurah sama ada yang jaga posko" Jingga manggut-manggut, pekerjaan hampir selesai. Ia berdiri mengibas-ngibaskan tangannya yang basah sembari berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romance#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...