Kali ini benar benar habis ya? Hehehe..
Banyak yang minta epilognya. Betewe aku nggak pake prolog, jadinya ekstra part aja. Tapi tetep sama lah intinya. Hahaha..
Buat kalian apa sih yang nggak? Kaliaann luaarrr biasaaa * ariel mode on*
Lophe,
221092♥
◆◆
Tahun ini Faya panen rezeki. Mulai dari dia yang lulus kuliah sampai dia akan melangsungkan pernikahan dengan Eza.
Rencananya mereka hari ini akan pergi ke pihak WO untuk membahas konsep pernikahan.
"Maaf menunggu mas dan mba, silakan masuk yuk" seorang wanita bertubuh gemuk menyuruh mereka masuk ke ruangannya.
"Jadi, kalian mau konsep pernikahan yang seperti apa?" tanya wanita itu.
"Saya maunya tema nightmare mba. Bisa kan?" celetuk Faya dan langsung dapat tatapan horror dari Eza. "Jangan mba Riska. Kamu kira ini hallowen? Yang cantik gitu kek temanya Fay" protes Eza. Faya pun menginjak kaki Eza dan cowok itu meraung kesakitan. Mbak Riska hanya tersenyum melihat pasangan aneh seperti mereka.
"Kayaknya belum ada deh tema nightmare mas Eza"
"Tuh kan! Bagus mba. Kali aja pernikahan kita masuk MURI karena temanya yang nggak biasa"
"Sekali nggak tetep nggak Fay!"
"Please Za. Sekali aja. Atau nggak kamu yang pilih sendiri deh souvenirnya. Eh kayaknya bagus tuh souvenirnya pake kepala tengkorak yang dijadiin mug atau gelas" Faya masih saja sibuk dengan imajinasinya.
"Fayaaaaa" Faya kalau dipanggil namanya dengan nada panjang, pasti dia akan diam.
"Mas Eza dan mbak Faya, pernikahan itu bukan hanya sekedar pesta tapi harusnya juga yang berkesan. Maknanya pun sangat sakral. Jadi jangan pernah salah untuk mempersiapkan segala sesuatunya"
"Begini saja, kalian pikir baik baik dulu apa yang bagusnya untuk kalian. Saya akan menunggu kepastiannya besok" kata mbak Riska dengan ramah.
◆◆
Di perjalanan pulang, mereka saling diam.
"Kamu marah Fay?"
"Nggak"
"Kok diem?"
"Sariawan"
Lalu hening lagi. Eza masih sibuk menyetir dan Faya tiba tiba menangis. Akhirnya Eza meminggirkan sementara mobilnya. Dia panik saat tau Faya menangis.
"Hey, kenapa nangis?"
"Aku maunya tema nightmare Za. Masa sih nggak boleh?" tanya Faya sesegukan.
Eza membawa Faya ke dalam pelukannya. Di elus pelan rambut Faya yang wangi strawberry itu. "Kamu tadi denger kan kata mbak Riska, pernikahan itu nggak cuma sekedar pesta. Tapi pernikahan itu sakral. Gini aja deh, aku ikut mau kamu" Faya langsung melepaskan pelukan Eza dan mengelap air matanya cepat. "Beneran?" tanyanya nggak yakin. Eza mengangguk.
Mereka pun sampai di rumah dan langung di sambut oleh Iqbal dan Sofia.
"Cie abis darimana tuh? Kok kita nggak diajak ajak sih?" ledek Sofia.
"Abis dari WO. Ngapain ngajak kalian ntar yang ada malah bikin ribet" celetuk Faya. Iqbal dan Sofia hanya tertawa menanggapi Faya. Semenjak Faya mengenal Sofia, mereka jadi lebih akrab. Ternyata dia nggak seburuk yang dipikirkan Faya. Sofia anak baik dan juga lucu.
Terkadang Sofia menginap di rumah Faya.
Faya masuk ke dalam rumahnya dan melihat ibunya sedang duduk di halaman belakang sambil melihat album foto besar yang sudah usang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbour is Love
Fiksi RemajaSial, kalau saja gue nggak pindah rumah,gue nggak bakalan kena jebakan cewek itu sampai bikin gue nyasar ke Bogor.Awas saja kalau ketemu nggak akan gue lepasin. --Eza Magali Dewandaru-- Denger denger tetangga yang pengen nempatin rumah depan itu ada...